RECOVERY

2.2K 19 5
                                    

Part 10:

Aku memacu motorku kearah Setiabudi dengan pikiran yg kosong, kupikir aku butuh menyendiri sejenak.

Dalam logika ku masih berharap bahwa apa yg telah terjadi di rumah Vina adalah sebuah mimpi tapi ternyata tidak, aku merasakan sakit saat kepala ini aku benturkan ke helmku.

Aku memaki diriku atas kebodohan konyol yang kubuat, neurotik yg menguasai saraf sadar ini mengapa selalu kalah dengan dominasi hormon dopamin. Biologi bangsat umpatku dalam hati.

Handphone ku berdering memecah lamunan ku malam itu di pinggir jalan Setiabudi yg ramai namun sepi bagiku.

“Iya mah, Panji pulang.” ujarku menutup telepon dari Ibuku. Aku langsung kembali memacu motorku ke arah rumah.

“Nji bulan depan kakak mu pulang, nanti kamu bantu Mama beresin kamarnya yah.” ujar Ibu ku saat kami sedang di meja makan menemani Ayahku yg sedang makan malam.
“Iya mah.” jawabku singkat yg saat itu padahal bisa dibilang aku tak mendengar satu patah katapun ucapan Ibuku.

“Kau kenalkan juga kakak mu itu dengan Clara biar nanti selama liburan dia ada temannya, tak perlu lagi memintamu mengantarnya kesana kemari.” lanjut Ayah ku sambil mengunyah makan malamnya.
“Iya pah.”
“Kamu daritadi bengong mulu kayanya nji? Kenapa?” selidik ibuku.
“Iya mah.”
“Panji!” panggil Ibuku dengan nada yg agak tinggi mengagetkanku dari lamunanku.
“Eh iya mah? Ada apa?” sahutku.
“Kamu kenapa ngelamun sayang?” tanya Ibuku yg hanya kujawab dengan menggelengkan kepalaku.
“Oh iya gimana kondisi Vina?” lanjut Ibuku.
“Ah kau akhirnya menjenguknya nji? Bagus itu kau harus dewasa.” tambah Ayahku.
“Mulai baikan ko pah mah.” jawabku singkat tanpa memperdulikan nasehat Ayahku.
“Panji pamit tidur yah, ngantuk.” lanjutku seraya pamit dan bangkit meninggalkan Ayah dan Ibu ku di meja makan dengan langkah gontai.
Hari itu aku berharap tidak pernah dilahirkan.

Paginya aku terbangun dari mimpi yg membuatku tak bisa lepas dari masalah kemarin.

Aku bermimpi tentang Clara, dalam mimpi itu ia membalas perbuatanku bersetubuh dengan orang lain yg membuat kepala belakangku terasa berat dan pening saat bangkit dari kasur.

Mimpi sialan umpatku dalam hati.
Aku memutuskan untuk berangkat sekolah dengan menaiki motorku yg sebelumnya mengabari Clara lewat pesan singkat bahwa ia tak perlu menjemputku ke rumah.

Sesampainya di sekolah saat itu masih cukup pagi sekotar pukul 6.30, aku yg turun dari motor dan berjalan ke dalam sekolah berpapasan dengan Vina dikoridor menuju kelas.

“Pagi dung.” sapanya.
“Hai vin, udah mulai masuk lagi hari ini?” sahutku mencoba bersikap normal yg ia jawab dengan anggukan.
“Makasih ya buat kemaren.” ucapnya namun hanya kujawab dengan senyum simpul.
“Oh iya aku lupa di sekolah kamu punya Clara, aku duluan ya. See you.” lanjutnya seraya berlalu meninggalkanku yg lumayan membuatku menghelakan nafas panjang.

Tak lama kemudian dua mahluk astral bernama Regas dan Angga mengagetkanku dari belakang menyapa sambil sedikit berteriak.
“Si kampret!”
“Apaan sih.” sungutku kesal atas teriakan mereka.
“Lo balikan lagi nyet ama Vina?” ujar Regas.
“Tai! Jadian aja ga pernah!” sahutku ketus.
“Terus tadi ngapain? Ketauan Clara abis lo nyet!” lanjut Angga.
Aku menoleh kebelakang kearah parkiran untuk memastikan mobil Clara masih belum datang.
“Ga ada kan Clara nya? Kalo sampe dia tau ya gue tau mulut siapa yg ember.” ujarku berlalu meninggalkan mereka berdua.

“Si kampret mulai main api lagi.” jawab mereka berdua kompak.
Dikelas aku duduk sendiri sementara Regas dan Angga sedang asik membicarakan sesuatu yg tak ku dengar.
“Keboooo!!” suara teriakan Clara menyadarkanku dari lamunan. Ia berlari menghampirku dengan cemberut.

"YOUTH"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang