Ada satu hal yg tidak aku sepakati dalam Ilmu Biologi yaitu tentang mendefinisikan kesempurnaan metamormofosis hanya pada perubahan struktur fisik dengan mengesampingan perubahan psikis.Padahal manusia jauh lebih pantas mendapat predikat metamorfosis sempurna karena memiliki banyak fase perubahan dalam hidupnya secara psikis yg dipengaruhi oleh hormonal meski tanpa perubahan struktur fisik pada setiap tahap perubahan tersebut.
Seperti perubahan pola pikir, cara pandang dan hal-hal prinsipil lainnya.
Belum lagi stratifikasi dalam setiap tahap tersebut, sebagai contoh saja kita semua pasti mengalami masa kanak-kanak, dimana hidup tanpa rasa beban, tidak punya rasa takut kecuali dengan hantu atau orangtua, serta dianugerahi intuisi keingintahuan yg tinggi.
Lalu beranjak remaja kita mulai dipenuhi oleh hormon puber, dimana timbul rasa malu, tertarik dengan lawan jenis dan akhirnya paham bahwa menangis itu rasa sakitnya di hati bukan di mata.
Hingga berlanjut ke masa transisi pencarian jati diri lalu dewasa, dan menua. Kupu-kupu tentunya tidak mengalami itu kan saat ia bermetamorfosis dari kepompong, sehingga merasa galau ketika sayapnya ternyata berwarna unggu padahal ia merasa dirinya bukanlah janda.
Atau seekor Katak yg awalnya berudu hitam buruk rupa menjadi hijau elegan dan meningkatkan percaya diri hingga merubah tongkorongan dari selokan sawah menjadi di drainase Mall.
Bahkan rasanya bagiku kucing lebih mengalami perubahan psikis yg kompleks, kalian pernah lihat kucing dewasa berantem? Perhatikan perbedaannya dengan anak kucing atau kitten yg hanya saling pukul.
Kucing dewasa ketika berantem pasti diiring dengan adu mulut yg seolah meributkan masalah yg besar sekali, persis seperti Adit dan Clara.
Oke mulai ngaco, intinya adalah fase-fase tersebut pasti dilalui oleh semua manusia sebagai proses belajar dan tumbuh dalam menjalani kehidupan ini.
Seperti aku dan Clara yg telah mengalami fase puber sejak jadian lalu putus dan balikan lagi, oleh karena itu aku merasa cerita kami masih jauh dari kata selesai dan masih akan banyak lagi fase lain yg menanti kami didepan sana. Setidaknya begitu menurutku.
Semarang, 2006
Sinta Darmawan, Sarjana Psikologi.
Seorang wanita cantik berbusana kebaya dibalut jubah toga besar itu pun bangkit dari duduknya dan berjalan menuju panggung sambil tersenyum ketika namanya dipanggil.“Sinta pah, anak kita.” ujar Ibuku kepada Ayahku yg duduk disampingnya sambil meneteskan air mata, sebuah air mata bahagia melihat hasil pencapaian anaknya yg selama empat tahun jauh dari kota kelahiran dan orangtuanya namun mampu mendapatkan predikat terbaik di hari kelulusannya.
Ayahku mengajak Ibuku bangkit dari duduknya untuk memberikan tepuk tangan ketika tali toga Kak Sinta dipindah oleh Guru Besar Universitasnya dan berbalik tersenyum sambil melambaikan tangan kearahnya.
Inilah salah satu fase kehidupan manusia, ketika mereka sukses melewati masa pendidikan yg telah dienyamnya selama total tujuh belas tahun, dan berita baiknya fase ini masih belum selesai.
Fase kehidupan yg sering dilabeli welcome to the junggle oleh para pendahulu akan segera menanti, sebuah masa yg katanya penuh tidak kepastian dan tanggungjawab yang lebih besar dari sebelumnya.
Namun setidaknya untuk hari ini, biarlah Kak Sinta merayakan kelulusannya dulu.
“Pah, Mah, Kak Sinta! Senyum dong.” tegurku menyambut mereka bertiga yg baru saja keluar dari gedung aula wisuda seraya membidik dalam bingkai kamera SLR.
“Akunya tampan tidak nji??” teriak Ayahku sesaat setelah aku melihat hasil jepretan tadi yg kubalas dengan tersenyum sambil menaikan jempolku kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
"YOUTH"
RomancePANJI dan kisah Persahabatan humor nan rumit 3 (tiga) pemuda di sekolah. dengan percintaan rumit khas darah muda. penuh gairah seks dan DRAMA.