MOVE ON

2K 24 11
                                    

Malam itu aku berangkat ke rumah Helen menggunakan mobil ayahku dengan perasaan bimbang. Aku enggan bertemu dengan Clara, tapi disatu sisi aku tak bisa menolak permintaan Helen yg sekarang sudah kuanggap sebagai sahabat seperti Regas dan Angga.

“Hey nji, masuk sini.” sapa Helen ketika aku sudah menunggu didepan teras rumahnya yg besar seraya ia menarik tanganku untuk masuk dan dipersilahkan duduk di ruang tamunya.

Aku sengaja datang lebih dulu dari Clara untuk mengobrol dengan Helen terkait maksud permintaannya.
“Mau minum apa nji?” tawarnya seraya berlalu untuk mengambilkan ku minum namun ku cegah dengan menarik tangannya.
“Gampang, duduk dulu sini.” pintaku pada Helen yg diturutinya.

“Kenapa gue harus ikut ketemu Clara sih len?” lanjutku yg mencoba menghindar dari usulnya. Helen terdiam sesaat.
“Gimana ya nji jelasinnya, gue emang kesel ama Clara dan gue pun disini ada dipihak lo. Tapi..” belum sempat Helen menyelesaikan kalimatnya, pembantunya menghampiri untuk memberitahu Helen bahwa ada temannya yg datang yg tentu saja adalah Clara.

“Non, ada temennya.”
“Suruh masuk aja bi.” jawab Helen singkat.
Clara pun masuk, aku yg sudah lama tak bertemu dengannya segera memalingkan wajahku untuk menghidari bertatap muka dengannya.

Aku takut, aku takut hati ini luluh lagi apabila melihat matanya, melihat wajah cantiknya, melihat senyum indah dibibirnya yg selalu menjadi pemandangan favoritku selama ini.
“Hey len.” sapa Clara kaku kepada Helen.
“Hey.” jawab Helen dingin disertai aku yg masih pura-pura memainkan handphone mencoba menghilangkan eksistensiku disana, biar Clara menganggap ku tak ada disini.

“Ko ada Panji? Kan gue ngajak ketemu lo doang len.” lanjut Clara heran yg membuatku tak bereaksi seolah tak mendengar ucapannya.
“Gue kebetulan juga janjian ketemu ama Panji malem ini, sekalian aja.” jawab Helen membela posisiku.
“Tapi gue cuma mau ngobrol ama lo len.” sahut Clara yg sepertinya memang tak mengharapkan keberadaanku disini.

“Kenapa sih ko lo ngatur gue? Panji sahabat gue, gue mau dia disini nemenin gue.” ujar Helen yg mulai ketus.
Aku yg mulai gerah pun mendekati Helen dan membisikinya untuk pamit menghindari adu mulut mereka berdua.
“Gue tunggu didepan aja, yg penting gue masih disini kan.” ujarku berbisik kepada Helen.

“Ih lo disini aja.” balas Helen ngotot.
“Udah percaya ama gue, gak apa-apa.” sahutku yg masih berbisik seraya tersenyum kearah Helen. Aku pun bangkit dari sofa dan meninggalkan mereka berdua melewati Clara tanpa menyapa, bahkan untuk sekedar melihat kearahnya pun aku enggan dan memilih untuk membuang muka kearah lain.

Di teras rumah Helen aku menelepon Angga hanya untuk basa-basi menghilangkan rasa salah tingkahku atas kondisi sekarang.
“Halo nyet, lagi ga sibukan kan?” sapa ku ditelepon.
“Ga ko, lagi santai. Kenapa nyet?” balas Angga disebrang telepon.
“Mau ngasih tau aja gue lagi di rumah Helen nih.” ujarku menginformasikan sekalian mencari bahan obrolan dengannya.
“Oh iya Helen udah bilang ko ke gue, udah ketemu ama Clara?” tanya Angga.
“Mereka lagi didalem noh berdua, gue nunggu di teras.” jawabku menjelaskan kepada Angga kondisi disini.
“Loh gue kira lo ikutan ketemu Clara.” sahutnya heran.
“Ya tadinya sih, cuma ga usah lah males ga ada lagi yg mau gue omongin juga ke dia.” balasku dengan nada yg mulai getir.
“Nyet, ga ada salahnya lagi berjuang. Kalo kata gue omongan Helen ada benernya juga.

Siapa tau Clara ke cowo kampret itu cuma perasaan sesaat. Lo coba dulu, kemaren tuh lo udah nyerah sebelum perang nyet.” lanjut Angga yg sekarang entah kenapa mencoba membujuk ku.
“Ga tau lah nyet, gue udah nyaman kaya gini. Sementara kalian bertiga udah cukup buat gue.” jawabku yg entah dari hati atau hanya mengingkari kenyataan isi hatiku sendiri.
“Ya semuanya balik lagi ke lo, apapun itu kita selalu siap dukung keputusan lo.” ujar Angga menimpali.
“Thanks nyet.” balasku singkat.
“Ya udah lo mending nemenin Helen lagi sana.” pinta Angga.
“Oke kalo gitu, baek-baek lo di Surabaya.” jawabku singkat mengakhiri telepon ku dengan Angga.

"YOUTH"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang