CONFESSSION

1.3K 15 0
                                    

Di depan ku berdiri seseorang yg dalam seminggu ini aku sudah lupa pernah mengenalnya, penipu ulung, ratu drama sejati, dan pemaksa sekelas hitler. Vina.

Aku mengingat kembali ucapan Regas yang mengatakan akan menjauhi Vina dariku, memberinya ultimatum untuk tidak lagi muncul dihadapanku, menyembunyikan semua informasi tentangku tapi sepertinya Regas melewatkan satu hal yg penting, ia lupa Vina punya Ibuku yang tidak tahu masalah kemarin dan tidak pula berencana untuk diberitahu.

Aku bangkit dari tempat tidur ku, berdiri mendekatinya menatapnya tajam penuh amarah. Ingin rasanya kalimat kasar keluar dari mulutku, tapi aku ingat ini di rumahku, ada ibu ku dibawah yg pasti akan mendengar jika aku ribut dengan Vina di kamar ini.
Ilustrasi Vina

Vina sedari tadi hanya menatapku dengan raut wajah yg takut, aku yakin ia pun memikirkan kalimat apa yg pantas untuk memulai dramanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vina sedari tadi hanya menatapku dengan raut wajah yg takut, aku yakin ia pun memikirkan kalimat apa yg pantas untuk memulai dramanya.
Aku pun mencerna segala diksi untuk digunakan menjadi sebuah kalimat yg bertujuan mengusirnya dari hadapanku sebelum ia mengucapkan satu patah kata pun, namun sementara aku baru mau mengatakannya muncul Ibu ku dibelakang Vina.

“Panji, kenapa kamu ga jujur ke Papa dan Mama kalo yg mukulin kamu itu Rian?” selidik Ibuku meminta alasan yang masuk akal dari mulutku.
“Kamu yg cerita?” tanyaku kepada Vina seraya menoleh menatap wajahnya dengan emosi yg makin memuncak karena ulahnya lagi-lagi membuatku geram.
“Panji! Kamu belum jawab pertanyaan Mama. Dan kamu jangan menyalahkan Vina, apa yg dia lakukan itu sudah benar.
Kejadian kemarin itu bukan masalah kecil. Itu kriminal nak! Masih untung kamu bisa selamat. Papa harus tau masalah ini termasuk pihak sekolah. Ayo Vina ikut Tante.” jawab Ibuku panjang lebar seraya menarik tangan Vina untuk mengikutinya namun Vina sempat mengatakan sesuatu sebelum pergi.

“Setelah ini kamu boleh benci denganku.”
Benci terlalu bagus untuk mu Vin, aku tidak akan lagi menganggap kamu pernah ada dihidupku gumamku dalam hati.

Ibuku bersama Vina naik taksi meninggalkan rumah, kupikir mereka akan kesekolah.
Aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi, aku hanya bisa pasrah membayangkan berita ini akan membuat satu sekolah heboh, setelah itu beredar gosip-gosip bahwa aku berkelahi dengan Rian memperebutkan Vina dan bagian terburuknya adalah gosip itu tentunya akan sampai ke telinga Clara.

Dua hari berlalu semenjak orangtua ku mengetahui bahwa yang bertanggungjawab dalam kejadian pemukulan terhadapku saat itu adalah Rian dan melaporkannya ke sekolah.

Sekarang aku ayahku dan orangtua Rian berada di Kantor Polisi, jika kalian berpikir bahwa aku dan ayahku melaporkan pengaduan atas tindakan penganiayaan diriku oleh Rian dan gengnya maka kalian salah. Kami disini karena sudah dua hari Rian menghilang dari rumahnya.
Hal itu terjadi saat Ibuku dan Vina datang kesekolah untuk melaporkan masalah pemukulan Rian dan gengnya kepadaku yg otomatis membuat Kepala Sekolah langsung memanggil semua orangtua mereka hari itu juga dan memberi sanksi sementara berupa skorsing kepada semua siswa yg terlibat sambil menunggu keputusan Dewan Guru atas sanksi lanjutan yg bisa berujung DO atau tidaknya mereka dari sekolah.

"YOUTH"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang