FLIPPED

2.4K 26 16
                                    

Aku duduk di kantin sambil memainkan sedotan dalam gelas Milkshake didepanku seraya membuka handhphone untuk mengirimkan pesan singkat kepada Andini.

Ya belakangan ini aku mulai sering saling mengirim pesan singkat sekedar menanyakan sedang apa atau mengobrol hal tidak berfaedah lainnya dengan Andini, seperti pagi ini aku mengirimkan pesan singkat hanya untuk menggodanya.

Panji:
Pagi Bandung!
Ku harap kabarmu hari ini tidak merenung.
Karena diriku yg tak datang berkunjung.

Andini:
Hai Pendatang!
Nasibmu sesungguhnya lebih malang.
Punya rindu ingin pulang.
Namun di Jakarta sudah tidak punya Yayang 

Panji:
Wahai Bandung!
Ketahuilah cuaca di Jakarta sedang tidak mendung.
Jadi untuk apa pundung.
Karena di Bandung, tersimpan jutaan rindu yg tak terbendung.

Andini:
Gembel!! Gila lama-lama kalo sms sama lo nji! XD

Aku hanya tersenyum melihat Andini yg sudah tidak lagi bisa membalas gombalanku meski dalam hati ada tanya, apakah ia punya rasa yg sama denganku. Ya ya ku akui diriku sendiri pun ragu, apakah aku sudah benar melabuhkan rasaku kepada Andini atau hanya pelarian karena tak mampu lagi memiliki hati Clara.

Saat sedang asik memikirkan kata-kata untuk membalas pesan singkat Andini, Regas Angga dan Helen nongol ikut duduk bersamaku di meja kantin yg membuatku langsung menutup handphoneku.

“Lo ngapa tadi nyet?” tanya Regas meledek yg kubalas dengan tatapan penuh dendam.
“Udah Regas ih jangan diledek, masih untung tadi Panji mau naik panggung.” sahut Helen membelaku.
“Bagus ko nji tadi nyanyinya.” lanjut Helen yg kupikir hanya untuk menghiburku.
“Tapi rusak gara-gara nendang mic.” sahut Angga tertawa yg langsung dicubit oleh Helen. Regas yg mau ikut tertawa pun memilih menahan tawanya daripada diserang cubitan oleh Helen.

“Clara mana?” tanyaku heran karena tadi mereka masih bersama saat aku diatas panggung.
“Dijemput Adit.” jawab Helen singkat yg ku respon dengan anggukan.
“I know that feel bro.” ujar Angga menepuk pundak ku yg langsung ku tepis.
“Bodo!” ujarku ketus.

“Kalo gitu mumpung ngumpul, gue mau curhat dong.” lanjutku memohon kepada mereka bertiga untuk mengobrol serius.
“Ayo ayo cerita apa, mau usaha lagi balik ama Clara kan? Kita siap bantu jiwa raga.” sahut Helen semangat.

“Gue lagi mau deketin Andini.” ujarku mengabaikan ocehan Helen sambil menatap serius kepada mereka. Helen terlihat sedikit kecewa dengan kalimat yg keluar dari mulutku.

“Kan udah deket tinggal di tembak.” tembak Regas yg memang kondisinya sudah mengenal dan sering kumpul bersama aku dan Andini di kampus.
“Serius? Sedeket itu nji?” tanya Helen penasaran.

“Justru itu semenjak Enci satu ini ke kampus nyulik gue ngaku-ngaku pacar, dia nolak mulu tiap gue ajak jalan berdua. Alesannya nanti aja gampang.” lanjutku memotong Helen dan bercerita dengan serius.
“Itu artinya dia nolak gue ga sih? Iya ga ci? Lo kan cewe pasti paham.” tanyaku kepada Helen yg membuatnya terdiam untuk berpikir lama dan setelahnya hanya menggelengkan kepala.
“Yaaaah.” jawab aku Regas dan Angga kompak.
“Ya gue kan ga kenal deket sama Andini, jadi ga bisa nebak sifat dia.” elak Helen membela diri.
“Bilang aja lo ga dukung gue move on ci.” balasku sambil cemberut kearah Helen.
“Andini kaya gimana sih orangnya? Penasaran gue.” sahut Angga bertanya ke Regas.

“Ya antara Queen of Spades ama Queen of Diamond lah ama Clara.” jawab Regas asal.
“Apaan sih?” balas Angga tak mengerti dengan analogi aneh Regas.
“Ya udah gini aja, gue punya ide. Kalo dia ga mau diajak jalan berdua, lo ajak bertiga aja ama Regas.” usul Helen yg membuatku mengerutkan dahi.
“Ogah ah. Nanti Andini malah demen ama gue, kasian Panji.” sahut Regas dengan pedenya yg direspon Helen dengan melempar tusuk gigi kearahnya.

"YOUTH"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang