hatiku resah

2.9K 135 12
                                    

Hari ini harusnya menjadi hal yang membuatku bahagia karena hari ini acara ngunduh mantu dan seluruh keluarga Wildan berkumpul, mereka sangat menerima ku walaupun aku baru masuk dikeluarga mereka, aku bahagia tapi aku resah, aku takut tak bisa membahagiakan Wildan, aku melihatnya begitu bahagia jika bersama anak-anak, sedangkan aku pasti akan sulit hamil karena penyakit kista yang pernah ada didalam tubuhku, setelah acara ngunduh mantu selesai, Wildan langsung mengajakku pulang kerumah kita, karena besok dia sudah mulai kembali bertugas menjadi dokter
"Bie, kita langsung pulang yuk"
"Iya sayang tapi kita pamit sama keluarga besar kamu dulu ya"
Kita menuju ruang keluarga rumah Wildan dimana semua keluarga Wildan berkumpul
"Mama papa dan semua aku sama ricis pamit pulang ya, besok aku sudah mulai dinas kembali"
"Memang kalian ga langsung bulan madu sayang??" Tanya papa
"Ga pah bulan depan kami baru berencana bulan madu"
"Urusan rumah sakit gampang papa yang handle dan dokter yang lainnya, kamu tidak usah tergesa-gesa untuk kembali bertugas"
"Ga pa2 pah, aku dirumah sakit bukan hanya sekedar Bekerja aku menolong dan melayani masyarakat"
"Baiklah nak jika itu keputusan kamu, tapi ricis jangan dulu kembali bertugas ya, nanti setelah bulan madu baru boleh bertugas, ini perintah papa jangan dibantah ok"
"Baik pah" sahutku
"Ya sudah kalian hati-hati dijalan, cepat-cepat kasih cucu buat papa mama ya.."
Seketika aku tersentak, keluarga Wildan menginginkan segera kami punya anak, aku hanya tersenyum, membalas perkataan papa, selama perjalan aku terdiam, sesekali air mataku jatuh, Wildan menggemgam tanganku
"Kenapa bie??"
"Ga pa2 sayang"
"Kalau ga pa2 kenapa diam?? Ga seperti biasa kamu diam begini bie"
"Nanti kita omongin dirumah ya sayang"
"Iya sudah kalau begitu kamu istirahat aja dulu nanti sampai rumah kita bicarakan"
Wildan sangat khawatir apa yang akan dikatakan ricis, apa yang membuat wanitanya ini berubah menjadi pendiam dan bersedih, sesampainya dirumah Wildan menggendong ku kekamar karena aku tertidur selama perjalanan dari rumah papa mama kerumah kita, dia menidurkan aku dikasur dengan sangat perlahan melepas sepatu dan kaos kaki yang kukenakan, dalam benaknya berkata
"Apa yang membuatmu bersedih bie??"
Wildan memelukku tiba-tiba aku mengngigau dalam tidurku,
"Maafkan aku sayang"
Sambil meneteskan air mataku, Wildan membangunkanku
"Bie bangun sayang kamu kenapa??"
Aku membuka mataku dan ternyata aku sudah dikamar,
"Kenapa kamu ga bangunin aku?? Pasti berat menggendongku ke kamar"
"Ga bie, angkat mobil aja aku kuat apalagi cuma angkat kamu"
Aku tertawa mendengar perkataan Wildan
"Gitu dong bie kan lebih cantik kalau tertawa, mau aku ambilkan minum?? Atau kamu mau apa??"
"Aku ga butuh apa-apa cuma pengin bersih-bersih mandi dan ganti baju"
"Yaudah yuk aku mandiin"
"Wildan Alamsyah sultan Akbar genitnya ga ilang-ilang"
"Genit sama istri sendiri kan ga pa2 bie"
"Udah aku mau mandi dulu ya, jangan tinggalin aku tidur"
"Iya ga mungkin lah bie, ga akan bisa tidur sebelum peluk kamu, oh iya tadi kamu mau ngomong apa??"
"Nanti habis mandi ya"
Wildan mengangguk, setelah aku selesai mandi, aku menghampiri wildan, semoga Wildan tidak marah dengan apa yang mau aku katakan,
"Sudah selesai bie?"
"Iya sudah"
"Kamu itu ya masih aja kaku, aku ini suami kamu kalau dari kamar mandi ga usah pakai jilbab bie"
Aku menyengir
"Sudah kebiasaanku sayang keluar kamar mandi tak pernah hanya menggunakan handuk saja, sudah berpakaian lengkap"
"Iya udah ga pa2 sini duduk disamping aku, aku buka jilbabnya ya??"
Aku hanya mengangguk
"Tadi mau bicara apa??"
"Tapi janji jangan marah ya??"
"Insya Allah ga akan marah"
"Aku sedih entah aku bisa memberikan kamu keturunan atau tidak, sedangkan kamu sangat mencintai anak-anak dan papa mama sudah sangat menginginkan cucu"
Dengan terisak aku bicara dengan Wildan, Wildan memelukku
"Hadir atau tidaknya anak dikeluarga itu bukan masalah yang besar buatku yang terpenting aku dan kamu bahagia, seperti yang sudah pernah aku bilang sama kamu, kamu bukan tidak bisa mempunyai anak, kamu hanya kehilangan 1 indung telur dan itu bukan masalah besar, kita bisa program untuk mempunyai keturunan,tidak usah terburu-buru kita nikmati kebersamaan kita dengan penuh cinta,jangan pernah bersedih,karena kesedihan mu menyakitiku, perkataan wildan sedikit menenangkan aku, tapi Wildan melepas pelukannya, dengan matanya yang nakal
"Kita masih terus berusaha dan terus berusaha lebih keras"
Aku melempar bantal kearah wajah Wildan yang ingin menciumku,aku berlari menghindarinya agar dia tak dapat menggapai ku tapi tetap saja aku kalah lari dengannya, Wildan dimemerangkapku dipelukannya, wajah manis dan ganteng itu semakin mendekat, membuatku semakin sulit mengelak, Tuhan aku sangat mencintainya jaga cinta kami sampai nanti kami berada disurgaMU, aku sangat mencintai mu dokter gantengku..

Dokter CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang