"Aku sangat menyukai kebersamaan karena kebersamaan mengajarkan kita tentang suka dan duka di lalui bersama."
-Humaira Fatimmah-
Humaira POV
Kenalin nama gue Humaira Fatimmah Putri Bagaskara, gue terlahir dari rahim umi gue yang bernama Almeira Putri Az-zahra dan abi gue Bagaskara Zainul Mubbarok.
Abi adalah seorang pengusaha properti, salah satu perusahaan properti yang di tekuni oleh abi adalah Bagaskara company. Sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang properti dan pembangunan.
Selain memiliki perusahaan properti, abi adalah anak pemilik pesantren Al-Huda di Kudus. Walaupun ia penerus dari pesantren Al-Huda, abi memilih menjalani bisnisnya menjadi seorang pengusaha properti, pada akhirnya penerus Al-Huda adalah om Rama, adik kedua abi. Abi tiga bersaudara dan mereka kembar bertiga.
Umi adalah seorang ibu rumah tangga yang paling sabar dan pengertian. Sabar ketika menghadapi kita yang bandel dan pengertian ketika kita terpuruk. Selain itu umi memiliki memiliki cita-cita membangun sebuah cafe, tapi saat ini belum kesampaian.
Gue tiga bersaudara dua cowok dan satu cewek, yaitu gue. Gue anak terakhir dan anak yang paling super paling disayang diantara yang lain, sebenarnya lebih tepatnya posesif ke gue karena menurut mereka gue adalah mutiara yang harus mereka jaga.
Kenalin saudara gue, si sulung Fahmi Mubbarok Bagaskara yang memiliki sifat pendingin, pendiem, ngirit ngomong kalau nggak bareng keluarga. Ternyata sikap abi yang dingin nurun ke abang gue yang sulung. Abang gue ini memiliki julukan the dark boy di keluarga gue, karena abang gue suka banget yang namanya warna hitam.
Yang kedua Amiruddin Mubbarok Bagaskara cuma beda di depan doang sih. Kalau ini beda banget sifatnya sama si sulung, abang gue yang ini miliki sifat humble, penyayang, penyabar.
Pendidikan agama di tanam di diri gue sejak kecil dan sejak sedini mungkin, karena untuk bekal kita nantinya juga di akhirat, untuk apa kita pintar dalam akademi tapi ilmu agama tidak punya? Bakal sia sia ilmu akademinya!
Pagi ini gue jalani hidup seperti biasa, bangun jam 03.00 pagi untuk melaksanakan sholat malam, setelah itu gue tidur lagi sampai subuh, adzan subuh gue mandi dan melaksanakan kewajiban gue sebagai umat muslim.
Setelah itu mandi dan berpakaian cukup rapi, kerudung yang selalu melekat di kepala gue. Di rasa sudah cukup gue turun untuk sarapan bareng sama keluarga gue.
Pukul 06.00 Di meja makan
"Assalamualaikum... Selamat pagi semua," sapa gue yang ada di meja makan sambil mencium pipi semua yang ada di sana. Itu adalah rutinitas setiap pagi gue, mencium kedua pipi orang tua dan saudara tersayang gue.
"Waalaikumsallam," jawab mereka serempak.
"Eh umi masak apa umi?" Sebenarnya sih gue cuman basa basi, sambil memasukan nasi ke piring tak lupa lauk pauk beserta teman temannya.
"Umi buat ayam pedes balado kesukaan mu sayang, dimakan ya di habisin," jawab umi gue yang gue tanggapi dengan dengan anggukan kepala.
Setelah acara basa basi selesai gue melahap makanan yang dimasak oleh umi, uhmmm enak. Emang masakan umi paling the best lah! Pantesan, abi nggak pernah makan di luar, orang umi makannya enak gini.
"Bang, nanti aku berangkat sekolah naik angkutan umum aja ya," pintaku pada abang gue yang lagi pada asik makan dan gue nggak berani ngomong pake gue-lu di depan kelurga gue karena abi selalu mengajarkan tentang tata krama jika sedang berkumpul dengan keluarga tapi kalau di luar ya gue pake gue-lu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Dadakan [Mager Ngelanjutin]
Romance[•••] Judul cerita sebelumnya: Old promise Ini kisah tentang Humaira gadis yang senantiasa sabar menunggu sahabat karib nya untuk menepati janji lama mereka untuk hidup bersama. Kisah tentang kehidupan keluarga yang sangat over posesif terhadap diri...