Part 10 || Fahmi jadi ayah

59 3 0
                                    

"Sedikit empati yang kau berikan saat sempit lebih berarti dari kata kata manis yang kau ucapkan di saat lapang."

-old promise-

Sudah dua hari Humaira tak sadar kan diri, kata dokter wajar saat orang kehilangan banyak darah dan yang mendonorkannya bukan sedarah melainkan darah pengganti. Maka dari itu tubuh perlu memproses darah dari sang pendonor.

Sudah dua hari ini pula Fahmi di rundung dalam penyesalan karena telah membuat adiknya celaka, dan selama dua hari ini hubungannya dengan Aisyah dan juga Amir adiknya belum membaik, Fahmi cemas dengan keadaan adiknya dan juga calon istrinya, calon istri? Ah....entahlah Fahmi juga tidak tau dengan kelanjutan hubungannya dengan Aisyah sekarang.

Padahal niat Fahmi waktu bertemu dengan Aisyah waktu di cafe itu ingin membicarakan tentang ketetapan hatinya untuk menjalin hubungan ke jenjang yang lebih halal, ia takut khilaf karena menaruh hati kepada Aisyah lebih dalam, dan ia takut akan zina hati kepada perempuan yang tak sengaja bertemu dengannya waktu di tempat perumahan pemulung, waktu itu ia melihat Aisyah untuk pertama kalinya tengah mengajar anak anak pemulung yang tak mampu.

Saat itu Fahmi tengah mengambil potret kehidupan sehari hari pemulung untuk ia jadikan konten sodaqoh jumat berkah, dan saat itu entah sadar atau tidak sadar kameranya membidik seorang bidadari ber seragam SMA yang tengah mengajari anak anak yang tidak mampu dengan sabar dan telaten.

Niat Fahmi ingin segera menemui orang tua Aisyah untuk meminta restu meminang anaknya untuk menjadikannya kekasih hidup dunia dan akhiratnya, tapi naas incident  waktu di cafe membuatnya jengkel dan marah kepada Humaira adiknya.

Dan di satu sisi ia juga kecewa dengan Aisyah yang mengambil keputusan tanpa mendengar penjelasan dulu darinya.

Dua hari ini ia sering menghubungi Aisyah entah melalui via WhatsApp atau menghampiri ke sekolahannya, tapi Aisyah memiliki seribu cara untuk tidak bertemu dengan dirinya, dan yang membuatnya semakin jengkel dan berakibat melampiaskan kepada adiknya adalah saat Fahmi memergoki Aisyah tiga hari yang lalu tengah berdua mengobrol dengan seorang pria di taman dekat sekolahnya, walaupun Fahmi tak dapat mendengar pembicaraan mereka tapi Fahmi tau betul mereka sangat akrab terlebih lagi pria tadi seperti menyukai Aisyah , memang keadaan taman saat itu sangat ramai dan mereka pun duduk sangat berjauhan tapi Fahmi yang melihatnya merasa hatinya teriris dan tersayat pisau yang tajam, di sini ia kalang kabut memikirkan keadaan Aisyah saat ini, tapi perempuan yang ia pikirkan justru berdiam dengan lelaki yang bukan mahramnya. Sungguh saat itu Fahmi benar benar marah dan kecewa, dan mengakibatkan Rara lah korban keksalan dan kemarahannya.

Bodoh! runtuk Fahmi dalam hati, ia tersenyum kecut mengingat kejadian beberapa hari yang lalu, kejadian yang membuatnya di penuhi amarah dan melampiaskannya kepada adiknya, ia menyesal karena telah mendiamkan Rara, tapi sungguh di dalam hati Fahmi yang terdalam ia tak tega dan merasa sakit di ulu hatinya ketika Rara menangis di depannya.

Sekarang hari Minggu, Fahmi ingin melihat keadaan adiknya, karena kemarin dia tak diperbolehkan oleh Amir untuk melihat kondisi Rara, katanya biar dia yang menjaga dan menemani Rara, yasudah lah Fahmi menurut biar Amir saja yang menjaganya, dan sekarang Fahmi ingin melihat kondisi adiknya.

Dengan setalan casualnya Fahmi pergi ke tempat adiknya di rawat dengan mengendarai mobil miliknya, butuh waktu empat puluh lima menit untuk ia sampai ke rumah sakit karena perjalanan dari rumahnya ke rumah sakit memang terbilang cukup jauh, tapi Fahmi tidak memperdulikan itu, satu yang ada dalam benaknya ia sangat rindu dengan adiknya yang manja dan tengil itu.

Aahh...... Jika menyangkut dengan adik perempuannya itu entah kenapa Fahmi tidak bisa berhenti tersenyum dan sekarang sudut bibirnya pun tak berhenti untuk melengkung ke atas.

Nikah Dadakan [Mager Ngelanjutin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang