"Engkau hadir untuk memberi warna dalam kehidupan ku, yang semula putih abu-abu kini berubah menjadi putih berwarna"
-old promise-
Bel sekolah telah berbunyi 5 menit yang lalu, tetapi seorang wanita cantik dan manis sedang duduk menatap lapangan olahraga yang akan ia gunakan untuk berlatih basket nanti.
Wanita itu adalah Rara, dia sedang menunggu teman temannya berganti baju di ruangan ganti sedangkan ia sudah berganti sejak tadi.
Rara menghela nafas panjang inilah yang sangat di benci Rara ketika ia akan latihan, ia selalu teringat akan sosok Cece teman masa kecilnya dulu.
Cece lah yang mengenalkannya pada dunia basket waktu Rara menduduki bangku sekolah dasar. Waktu itu kira kira Rara masih duduk di bangku kelas 3 SD dan Cece meminta dirinya untuk bermain bola basket bersama.
Waktu itu abinya melarang karena takut anak perempuan semata wayangnya kenapa kenapa, tapi Rara tetap pada pendiriannya ingin main bola basket.
Dan pada akhirnya abinya menyerah mengizinkan anaknya untuk bermain bola basket.
Untuk pertama kalinya Rara bermain bola basket itu, ribet, susah, dan sangat menjengkelkan.
Untuk pertama kalinya ia bermain kesulitan melompat dan mendribble bola basket, kakinya yang waktu itu masih sangat kecil menyulitkan ia berlari, tapi ia tak pantang menyerah berusaha untuk berlari dan mendribble bola.
Dan saat itulah Rara menyukai olahraga basket, setiap hari ia berlatih dengan teman masa kecilnya Cece di waktu sore.
"Ra, yuk lah pemanasan dulu!" lamunan Rara menjadi buyar karena ucapan Kristin.
"Eh? astaghfirullah, iya yuk! Udah semua kan?" Tanya Rara pada Kristin.
Memang sahabat Rara yang satu ini mengikuti ekstrakurikuler sama dengan Rara kalau Aliya dia berbeda dia mengikuti ekstrakurikuler tari, katanya lebih baik menari daripada olahraga lantaran dia tidak terlalu menyukai banyak bergerak, padahal sama sama bergerak ya apa bedanya?
"Iya tuh udah pada nungguin, yuklah!"
Rara dan Kristin berjalan menghampiri teman temannya yang sedang melakukan pemanasan.Mereka menyusul dan menyamai gerakan teman temannya, yang telah melakukan peregangan otot terlebih dulu.
Tidak butuh waktu lama Rara dan teman temannya menyelesaikan latihannya tepat pukul 17.00 sore, sebelum mengikuti ekskul, Rara memang melaksanakan sholat ashar terlebih dahulu, untuk menghindari keterlambatan dalam menunaikan ibadah.
Rara dan teman temannya sudah selesai latihan, sekarang mereka akan pulang ke rumah masing masing.
Tapi Rara tidak langsung pulang ke rumah dulu ia akan mampir ke cafe miliknya hanya sekedar untuk memeriksa adakah masalah.
Dengan menaiki angkutan umum ia pergi ke cafe yang letaknya tak jauh dari sekolahnya, sebetulnya ia bisa meminta abangnya untuk mengantar tapi ia tak ingin merepotkan abangnya. Motor dan mobil pun ada tapi entah kenapa Rara ingin sekali menaiki angkutan umum, selain hemat dan aman dari kejahatan.
Sebenarnya sih Rara sudah di wanti wanti abangnya agar menaiki motor atau mobil agar menghemat pengeluaran katanya, tapi Rara sih keras kepala dia tetap pada pendiriannya, ya walaupun uang saku Rara masih jadi tanggungan abinya sih, tapi Rara jarang sekali menggunakan uang dari abinya, Rara lebih memilih untuk di tabung daripada di gunakan untuk berbelanja yang unfaedah. Jika Rara lapar atau ingin membeli barang yang ia butuhkan Rara akan memakai uangnya sendiri, hasil dari kerja kerasnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Dadakan [Mager Ngelanjutin]
Romance[•••] Judul cerita sebelumnya: Old promise Ini kisah tentang Humaira gadis yang senantiasa sabar menunggu sahabat karib nya untuk menepati janji lama mereka untuk hidup bersama. Kisah tentang kehidupan keluarga yang sangat over posesif terhadap diri...