Sudah seharian ini gue di cuekin sama abang gue, oke fix lo yang mulai bang dan so gue ikutin cara main lo.
Gue pergi ke bawah untuk ke kamar umi sama abi karena kamar mereka di lantai bawah sedangkan di atas kamar gue beserta abang abang gue.
Tok tok tok
"Umi, abi yuhuuuu~~" emang dasar gue bukannya salam malah kayak gitu.
"Abi, umi." etdah ini bapak sama mak gue kenapa lama amat buka pintunya gue jadi curiga mereka di dalem ngapain.
"ABI UMI! KALAU NGGAK DI BUKAIN PINTUNYA RARA DOBRAK YA!" Gue kesel buka main gue gedor gedor aja pintunya sambil teriak teriak kayak orang kesetanan.
Ceklek
"Salam Ra bukan malah teriak teriak."
"Ye, salah sendiri abi bukanya lama banget yaudah Rara teriak aja." gue langsung asal masuk aja ke kamar mak bapak gue.
Wah, wah nggak beres nih sama mak bapak gue, jadi mulai curiga saia teh, gue tatap umi gue dengan penuh selidik sang empunya pun hanya menaikan alisnya.
"Hayo umi sama abi lagi ngapain?" Ucap gue sambil melihat mereka secara bergantian.
"Umi mau tidur lah masak mau makan ya kali Ra," ucap umi gue, tapi kok gue nggak percaya.
"Bi!" Sekarang gue menatap bapak gue dengan intens.
"Ya sayang anak abi mau apa?" Ucap bapak gue sambil mengelus rambut gue.
"Hmm, Rara mau minta ijin boleh?"
Mak sama bapak gue cuma menatap gue heran sambil menautkan alisnya dan saling tatap satu sama lain
"Umi, abi ihhhh! Dengerin Rara nggak sih!"saking sebelnya gue teriak aja sekalian, untung kamarnya kedap suara.
"Astaghfirullah Rara," ucap mak bapak gue barengan.
"Dasar anak nya Bagas suka teriak teriak," ucap umi gue.
Gue yang mendengar hanya memutar bola matanya malas. Umi gue ini emang paling ajaib.
Dia kalau lagi keluar kalem kalau udah di rumah? Beh jangan di ragukan! Persis kayak gue pecicilan! Tapi boong, muheheheh."Loh, yang? kan kita bikin berdua kalau kamu lupa." Abi gue yang nggak terima pun langsung membela dirinya.
"Ya, kan dulu kamu bikinnya waktu kamu mabuk, terus kamu lampiaskan ke aku."
"Ungkit aja terosss, sampai kita punya cucu!"
"Udah kenapa sih, Rara capek tau nggak liat kalian itu debat terus lama lama pecah kepala Rara." gue yang udah bosan plus nahan kantuk langsung aja tidur di paha umi gue, sebelum itu gue nyusul umi ke tempat tidur.
"Kenapa sayang? Nggak biasa nya kamu ke sini, terus kalau panggilan mu jadi manja gitu berarti ada sesuatu, ank umi mau apa?" Wih emak gue peka amat.
"Nggg... Rara minta ijin boleh?" Tanya gue hati hati takut nanti mak gue mencak mencak.
"Loh kok minta ijin sama umi? Minta ijin sama abi Bagas" ucap umi gue sambil ngelus ngelus rambut panjang gue.
"Minta ijin apa sayang?" Abi gue mendekat berjongkok di depan gue yang sedang tidur di pangkuan umi gue.
Gue yang terlena akan sisiran tangan umi hanya memejamkan mata tanpa menjawab pertanyaan Abi gue
"Ra itu lo di tanyaain ayah" umi gue yang gak liat gue buat buka suara akhirnya narik hidung mancung gue
"Aishah bunda igh! Yah bunda tu suka narik narik hidung Rara!"
"Ya salah kamu tadi ayah nanya gak di jawab" gue hanya cengengesan untuk menjawab pernyataan Abi gue
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Dadakan [Mager Ngelanjutin]
Romance[•••] Judul cerita sebelumnya: Old promise Ini kisah tentang Humaira gadis yang senantiasa sabar menunggu sahabat karib nya untuk menepati janji lama mereka untuk hidup bersama. Kisah tentang kehidupan keluarga yang sangat over posesif terhadap diri...