"Semoga saja bahagia akan selalu ada di dunia dan tidak akan pernah hilang saat kita sedang membutuhkan."
-old promise-
Menit berganti menit dan jam berganti jam, seakan dunia berputar lebih cepat dari porosnya.
Sekarang waktu menunjukan pukul 18.10 yang artinya sudah memasuki adzan magrib.
Humaira gadis kecil, bukan bukan gadis kecil lagi sekarang melainkan sudah menjadi perempuan remaja yang sangat cantik, dia yang biasa di panggil Rara itu tengah melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim di seluruh penjuru dunia, yaitu sholat.
Setelah sholat Rara melakukan murojaah terlebih dahulu baru dia menyusul ke meja makan untuk menunaikan makan malamnya bersama keluarganya.
Setelah sampai di meja makan, Rara menarik salah satu kursi di samping Fahmi abangnya yang telah duduk manis memainkan hpnya sedang kan abi dan abangnya yang satu tengah menunggu masakan uminya matang.
"Hehehehe, udah nunggu lama ya, maaf umi masaknya lama soalnya umi kira abi pulangnya malem makanya umi masaknya telat," ucap umi menyesal.
Fahmi yang mendengar suara dari sang ibu pun langsung meletakkan hpnya di saku celana training yang tengah ia kenakan dan fokus kepada keluarganya. Memang di keluarga Bagaskara tidak di berijin kan jika sedang berkumpul dengan keluarga dilarang memainkan handphone karena nanti dapat mengurangi aktivitas ke akrab an di antara mereka.
"Enggak kok, mi. Rara aja baru dateng,"ucap Rara pada uminya.
"Iya mi ini juga Amir baru dateng," ucap Amir tak mau kalah dari adiknya.
"Yaudah yuk makan jangan lupa berdoa terlebih dahulu," titah umi Rara pada anaknya.
"oh ya bi, mau di ambilin atau ambil sendiri?" Tanya umi pada suaminya.
"Terserah umi aja kalau nggak mau dapet hukuman malem ini dari abi," jawab Bagas dengan tampang flatnya, wajah umi langsung memerah menahan malu dan amarah tapi ia tahan karena ada anak anaknya.
"Emang umi mau di apain, hemm? coba aja kalau berani!" ancam umi pada Bagas yang tak kalah datarnya dengan raut wajah Bagas yang tadi.
Tapi sungguh di balik itu semua Almeira menahan malu karena telah di goda suaminya di depan anak anaknya.
Sedangkan mereka sebagai anak, hanya menjadi penonton setia ke uwuwan mereka ini.
"Oke kalau gitu abi tunggu umi di kamar! jangan coba coba melarikan diri! karena abi tidak suka apabila mangsa abi telah tertangkap dan memberontak melepaskan diri," ucap abi Bagas tegas pada umi, ya Allah apa apaan mereka ini? Tidak bisakah melakukan adegan romantis di kamar saja bukan di depan anak mereka?
"Hahahaha... hayo loh abi mau ngapain?" tanya Rara dengan wajah polosnya sambil nunjuk nunjuk Bagas dengan jari telunjuknya.
"Mas kamu tu ya jangan ngomong kayak gitu di depan anak anakmu!" ucap umi Almeira yang memberi jeda dalam ucapannya, "kalau nggak malem ini mas tidur diluar!" sambung umi dengan penuh penekanan.
Bagas yang merasa di ancam pun langsung memeluk tubuh istrinya dari samping dan menenangkan sang istri supaya sang istri tidak mengamuk, karena nanti kalau istrinya mengamuk tamatlah sudah riwayat Bagas karena akan berpuasa satu bulan lamanya.
"Yah sayang mas minta maaf tadi mas cuma bercanda maafin mas ya?" ucap Bagas yang tengah membujuk umi.
"Nggak aku maafin! lepas deh mas tangannya aku mau makan, nggak enak tuh di liatin anaknya," ucap umi Almeira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Dadakan [Mager Ngelanjutin]
Romance[•••] Judul cerita sebelumnya: Old promise Ini kisah tentang Humaira gadis yang senantiasa sabar menunggu sahabat karib nya untuk menepati janji lama mereka untuk hidup bersama. Kisah tentang kehidupan keluarga yang sangat over posesif terhadap diri...