Samantha Clark

34 1 0
                                    

"Bisakah aku memesan latte ringan untuk dua orang?"

Pria itu nampak bingung. Sudah dua kali dia meminta pesanan yang sama pada orang yang sama tapi sepertinya orang tersebut sedang tidak sepenuhnya berada di alam yang sama dengannya.

"Ms. Clark?" panggil si pria itu ketika membaca name tag barista di coffee shop langganannya.

Yang dipanggil pun segera kembali ke alam nyata setelah bergumul hebat dengan alam bawah sadarnya.

"Apa?" ulang Samantha sedikit kaget.

Pria itu mendegus kasar. "Aku sudah memesan dua kali dan Anda tidak mendengarkan dengan baik."

Samantha terlihat panik. Merutuki kelalaiannya dalam hati. Bagaimana bisa dia membiarkan dirinya melamun saat kerja.

"Sorry, Sir! Bisa Anda ulangi pesanan Anda?" tanya Samantha dengan muka memerah.

"Dua latte ringan." jawab pria tadi menahan sedikit kekesalannya.

Dengan sigap, Samantha segera menyiapkan pesanan pria tadi. Dengan cekatan dan cepat, Samantha segera memberikan pesanan tersebut. "Dua puluh dolar, Sir."

Pria tersebut memberikan dua puluh dolar pada Samantha.

Sepeninggalan pria tadi, Samantha menghela napas kecil. Hati dan pikiran Samantha masih berkutat pada wawancaranya tadi siang. Urat kekecewaan tergambar jelas pada wajah pucatnya.

"Kau terlihat tidak baik."

Samantha menoleh kearah suara yang berbincang padanya. Robert, pria pemilih coffee shop tempatnya bekerja. Robert sudah seperti pamannya sendiri.

"Aku baik-baik saja. Maaf pelangganmu pasti kecewa." ujar Samantha dipenuhi wajah penuh penyesalan.

"It's okay. Aku tahu kau sedang tidak baik-baik saja."

Samantha harus akui jika dia tidak pandai berbohong apalagi pada Robert yang sudah lama mengenalnya.

"Apa wawancara tadi tidak berlangsung dengan baik?"

"Mungkin. Aku ragu jika aku bisa diterima bekerja."

"Hei...hei....mana Samantha yang penuh semangat seperti biasa? Kenapa kau jadi pesimis begini?"

Samantha mengangkat bahunya. "Entahlah. Firasatku saja yang tidak enak."

"Apa kau ingin pulang saja? Wajahmu yang sudah pucat jadi tambah pucat."

Samantha menggeleng. "Aku akan bekerja sampai akhir shift-ku. Ini sudah jadi tugasku. Kau tidak boleh sering-sering memanjakanku."

Robert terkekeh. Dia mengakui semangat luar biasa yang dimiliki Samantha. Dia teringat ketika pertama kali Samantha menginjakkan kakinya ditempat ini sekarang.

Seorang wanita muda yang berasal dari kota kecil, Lake City datang kepadanya meminta pekerjaan paruh waktu. Awalnya Robert tidak yakin jika Samantha mampu melakukan pekerjaan paruh waktu dengan kuliah tapi Samantha terus meyakinkannya dengan datang tiap hari sampai Robert akhirnya mengabulkan permintaan Samantha.

Samantha membuktikan omongannya. Samantha bekerja dengan penuh semangat dan giat walau penghasilan paruh waktu tidak seberapa.

"Ada pelanggan." Robert mengingatkan Samantha untuk segera bekerja kembali.

Samantha mengangguk. Senyum ceria kembali terulas diwajahnya. Samantha menyemangati dirinya begitu Robert masuk kembali keruangannya. Dia tidak boleh mengecewakan Robert yang telah mempekerjaannya selama ini.

MagicaLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang