Samantha menekan nomor telepon designer kenamaan tempat Xavier biasa membeli baju-baju mewahnya. Sang designer memastikan bahwa dalam waktu satu jam, dia akan sampai di Winston Corp.
Untuk kali ini, Samantha merasakan kepuasan karena telah mengerjai Xavier. Dia berharap Xavier tidak akan pernah mengetahui keistimewaannnya sehingga kapan saja Xavier memperlakukannya seenak hati Xavier sendiri, dia bisa membalasnya.
"Beritahu aku jika Charlie datang... Oh tidak... Maksudku suruh dia langsung masuk. Kau mengerti??" gerutu Xavier marah.
Belum sempat Samantha memberi respon, Xavier telah meninggalkannya seperti biasa.
Tak sampai satu jam, designer bernama Charlie tiba juga. Laki-laki gemulai itu nampak tidak nyaman dengan langkah cepat yang diambilnya. Bahkan dia tidak berhenti ketika melihat meja sekretaris didepan ruangan Xavier. Ketika Samantha hendak mempersilahkan Charlie masuk, Charlie malah telah masuk terlebih dahulu. Samantha mengendikkan bahunya saat langkahnya tidak bisa menyamai langkah Charlie. Lagipula Xavier juga menyuruh Charlie untuk segera masuk begitu tiba.
***
"Ada apa denganmu, Dear? Kau selalu saja memaksaku datang tiba-tiba." kata Charlie seraya menata setelan jas yang dibawanya dengan hati-hati keatas meja.
Xavier setengah berlari kearah Charlie. "Kau lihat saja apa yang terjadi." Xavier menunjukkan noda kecoklatan pada celana dan jasnya.
"What the hell! Apa yang kau lakukan pada karya masterpiece-ku?!" seru Charlie dipenuhi kekecewaan.
"Sudahlah. Aku enggan menceritakan kejadian absurb seperti tadi." Xavier meraih setelan yang dibawa Charlie menuju sebuah ruang dibalik rak buku sudutnya.
Tak berapa lama kemudian, Xavier keluar dengan setelan barunya. Kemarahan dan emosinya segera menguap ketika dia telah kembali tampil sempurna seperti sedia kala.
"Kurasa kau tidak bisa memakainya lagi." ucap Charlie sedih sambil menunjuk setelan kerja Xavier lama yang bernoda.
"Kurasa begitu." Xavier melemparkan setelan baju itu ke sofa. Dia akan meminta Samantha untuk memberesinya nanti.
"Apa yang terjadi sehingga kau membuat karyaku rusak begitu?" Charlie terlihat belum puas ketika Xavier belum menjawab pertanyaannya.
"Entahlah." Xavier mengendikkan bahunya. "Kurasa semua berjalan baik tadi lalu tiba-tiba saja tanganku seolah menyentuh gelas itu kemudian kopi didalamnya tumpah.
Charlie menyilangkan kedua tangan didepan dada. "Kurasa kau amat lelah dengan pekerjaanmu."
"Tidak. Aku merasa baik-baik saja."
Charlie berjalan mendekat. "Kau harus mengistirahatkan tubuhmu dengan baik." Charlie terhenyak kegirangan ketika mengingat sesuatu. "Bagaimana kalau kau datang saja ke acara runway-ku nanti sore? Aku akab mengadakan fashion show dengan tema bikini party. Kau akan melihat model-model cantikku berjalan dengan bikini hampir topless rancanganku."
***
Acara makan siang dan rapat bersama client berjalan dengan baik. Samantha menunjukkan hasil kerja yang cukup memuaskan Xavier. Setidaknya cukup mampu memperbaiki mood Xavier yang rusak karena kejadian tadi siang.
Begitu juga dengan acara dinner pengembangan showroom dengan client dari Moskow. Xavier berhasil mendapatkan sebuah lokasi yang tepat baginya untuk mendirikan showroom baru.
***
Xavier dan Samantha berada dalam mobil Xavier guna kembali ke kantor setelah perjalanan kerja keluar kantor. Ponsel Xavier berdering. Dia meraih ponselnya dari dalam saku jasnya dan sedikit tercengang ketika melihat id penelepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
MagicaLove
Lãng mạnBagaimana jadinya jika setiap kata umpatan yang timbul dari kemarahan hati selalu menjadi kenyataan? Samantha Clark, gadis muda yang ceria namun menyimpan kepedihan yang ditutupi dalam-dalam menjadi satu dari salah satu manusia yang beruntung mendap...