Matahari pagi enggan menampakkan sinarnya. Dia memilih untuk bersembunyi dibalik awan mendung yang telah menghiasi Kota Chicago dari dini hari. Angin dingin yang berembus membuat siapa saja enggan untuk bangun dan memilih untuk berlindung dibalik selimut yang hangat.
Berbeda halnya dengan Samantha. Ketika kebanyakan orang memilih kembali beristirahat. Samantha memilih untuk tetap bangun pagi dan berolahraga pagi seperti biasa. Dia harus tetap menjaga tubuhnya untuk tetap bugar supaya pekerjaannya mampu dilakukan dengan baik.
Samantha telah menuliskan beberapa hal yang harus dipersiapkan untuk hari ini dari semalam. List pekerjaan yang harus dia lakukan telah disiapkan dengan baik. Mulai dari yang pertama, membeli beberapa biji kopi pesanannya di kedai Robert. Xavier selalu menghabiskan paginya dengan minum kopi. Berhubung Samantha pernah menjadi bartender, dia meminta Samantha membuatkan kopi begitu tiba di kantor.
Setelah berpakaian dan berdandan rapi, Samantha melangkahkan kakinya menuju pintu keluar lalu menuju ke kedai Robert.
"Hallo, Sweetheart! Do you miss me?" Robert merentangkan kedua tangannya.
"Always." Samantha membalas pelukan Robert yang begitu hangat dipagi yang dingin.
"Apa semua berjalan dengan baik?" tanya Robert ketika melepaskan pelukannya.
"Tidak semua hal berjalan dengan sangat baik dihari-hari pertama."
Robert tersenyum kecil. "Kau juga mengalaminya ketika pertama kali bekerja disini." Robert mencoba menguatkan Samantha.
"Karena itu aku harus segera beradaptasi dengan cepat."
"Kau pasti bisa." Robert teringat sesuatu. Dia mengambilkan segera pesanan Samantha. "Ini pesananmu. Kopi terbaik yang kupunya. Aku yakin Xavier pasti menyukainya. Apalagi bartender terbaikku yang membuatnya."
"Thanks."
***
Samantha melanjutkan perjalanannya lagi. Dia menuju ke halte bis terdekat. Tidak banyak orang yang menunggu bis sepertinya masih banyak yang enggak keluar dari rumah yang hangat. Samantha mengeratkan lagi mantel yang dipakainya. Tubuhnya sedikit menggigil karena dinginnya udara yang menusuk tulang.
Begitu bis yang ditunggu tiba, Samantha bergegas menuju kearah pintu bis. Didalam bis pun tidak banyak penumpang. Samantha memilih tempat yang berada tidak jauh dari pintu. Begitu mendapat tempat duduk, Samantha segera meraih ponsel yang berada didalam tasnya. Dia memencet nomor telepon Mr. Winston.
Cukup lama dering telepon berbunyi sampai akhirnya sambungan teleponnya diangkat.
"Saya ingin mengingatkan Anda tentang jadwal Anda pagi ini, Mr. Winston. Jam dua belas Anda memiliki jadwal makan siang dengan client dari Monaco. Kemudian jam tiga sore Anda memiliki jadwal meeting pengembangan showroom di Moskow."
"Ya."
Klik. Sambungan telepon terputus.
Samantha menghela napas kasar. Panjang lebar menjelaskan dan dia hanya disambut dengan kata 'ya' serta sambungan telepon yang langsung terputus.
"Beruntung karena kau adalah bos. Jika saja tidak..." Samantha menggerutu menahan emosi kesalnya.
***
Jam menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas menit ketika Samantha tiba di kantor. Samantha menunjukkan kartu tanda pengenalnya pada petugas keamanan.
"Good morning, Ms. Clark." sapa petugas bernama Richard itu dengan senyuman hangat.
"Bagaimana kau bisa mengenalku?" tanya Samantha keheranan. Baru kemarin dia bekerja di Winston Corp bagaimana bisa petugas ini sudah mengetahui namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MagicaLove
RomanceBagaimana jadinya jika setiap kata umpatan yang timbul dari kemarahan hati selalu menjadi kenyataan? Samantha Clark, gadis muda yang ceria namun menyimpan kepedihan yang ditutupi dalam-dalam menjadi satu dari salah satu manusia yang beruntung mendap...