Mata tajam setajam elang dengan warna hitam secerah langit malam di musim semi itu memandang ke segala arah. Tatapannya terlihat enggan meski banyak wanita-wanita cantik memandang menggoda padanya.
Tak ada yang istimewa dari pesta tahunan yang kedua kali telah didatanginya itu. Beberapa gelas whiskey telah dihabiskannya dalam sekali teguk tapi wajahnya tidak terlihat mabuk sama sekali.
"Mr. Winston Jr. apa kau yakin masih ingin menambah minumanmu? Kau sudah menghabiskan lima gelas whiskey."
Nicholas memandang kearah bartender yang mengetahui namanya. "Bagaimana kau tahu siapa aku?"
Barista laki-laki paruh baya itu terkekeh. "Siapa yang tidak mengenalmu? Apa kau lupa bahwa kita pernah bertemu diacara ini? Kurasa saat itu kau masih berusia sembilan tahun." Bartender bertubuh gempal itu terlihat mengingat-ngingat.
Nicholas segera mengalihkan pandangannya kearah lain. Dia lupa umur berapa dia pertama kali mengikuti acara pesta tahunan.
"Kudengar kau akan pulang bulan depan." tambah bartender itu penasaran.
"Aku akan berhenti minum minumanmu kalau kau terus bertanya padaku." ucap Nicholas kesal.
Bartender itu menaikkan kedua tangannya ke udara. "Oke. Baiklah. Aku menyerah padamu, Mr. Winston Jr."
Setelah gangguan si bartender itu hilang, Nicholas kembali memandang kesegala arah untuk sekedar menemukan hal menarik yang mungkin akan menarik perhatiannya. Disudut bagian depan sebelah kanan, dia melihat pamannya dikerubuti dua wanita cantik namun murahan.
Nicholas mendecih. Keduanya jelas bukan tipe wanita idaman Xavier. Lagipula dia akan menentang rencana Xavier jika menikah dengan salah satu dari wanita itu. Dia tidak ingin keturunan Keluarga Winston dilahirkan dari wanita sembarangan.
Tak lama kemudian lampu meredup temaram. Musik yang berirama rock berubah menjadi irama lembut. Lantai merah pun mulai dihiasi dengan beberapa pasangan yang berdansa seirama dengan musik yang mengalun.
Tak ada dari pasangan dansa itu yang menarik perhatiannya. Tak ada juga wanita yang menarik perhatiannya untuk diajak berdansa dengannya. Sampai ekor matanya menangkap sebuah gambaran seseorang yang tidak asing baginya.
Nicholas mengikuti arah ekor matanya menatap. Seorang gadis dengan gaun warna hijau tua dengan rambut disanggul kecil yang menyisakan anak-anak rambut disekitar tengkuknya. Hatinya berdetak tak wajar seolah baru saja hatinya ditabuh sehingga berdetak lebih keras dari biasanya.
Cukup lama Nicholas memandangi gadis itu sampai akhirnya hatinya mulai berdetak dengan wajar kembali. Sudut bibirnya akhirnya mampu menggoreskan senyum kecil dengan tatapan sendu tatkala dia menyadari bahwa gadis yang berada beberapa meter jaraknya benarlah gadis yang selama ini mengisi mimpi-mimpinya tiap malam dan menyisakan kerinduan ditiap paginya.
----*----
Malam ini seperti malam-malam sebelumnya bagi Nicholas. Mungkin agak sedikit berbeda ketika penawar rindunya telah muncul kembali dihadapannya tanpa diduganya. Pandangannya kembali membuka lembaran ingatan beberapa jam lalu.
Samantha masih terlihat seperti dulu. Tidak ada yang berubah. Hanya saja dia lebih cantik dan anggun. Tujuh tahun yang lalu ketika pertama kali dia bertemu dengan Samantha dan enam tahun yang lalu sejak dia berpisah dengan gadis itu.
Napasnya menderu berat. Sungguh rasanya tak adil. Seolah takdir sedang memainkan dirinya dan alur hidupnya. Kenapa dia harus kembali bertemu dengan gadis yang telah menawan hatinya namun tak bisa memilikinya? Mungkin dia bisa berjuang mendapatkan gadis itu tapi bagaimana jika sampai akhirnya dia tidak bisa menjaga gadisnya?
Nicholas bangkit dari ranjang dan berjalan pelan menuju balkon kamarnya. Malam ini begitu cerah dengan banyak bintang yang berkilauan digelapnya langit malam. Dia tersenyum kecil ketika tidak menemukan keberanian untuk menemui Samantha secara langsung. Samantha terlihat bahagia dengan pria yang berdansa dengannya tadi. Mungkin pria itu adalah kekasih Samantha.
Walau sebenarnya tidak bisa merelakan Samantha bersama pria lain, tapi Nicholas sadar bahwa Samantha tentu akan lebih berbahagia dengan pria lain daripada dirinya. Ya... itulah salah satu alasannya meninggalkan Samantha enam tahun lalu. Dia tidak ingin tambah terikat sehingga dia tidak bisa melepaskan perasaannya suatu saat nanti.
--Tujuh Tahun Lalu----
"Chicago University... I am coming!" Nicholas berteriak penuh semangat ketika melangkahkan kakinya menuju universitas yang telah diimpikannya selama ini untuk melanjutkan jenjang pendidikan.
Ketika dia berjalan menuju aula, dia menyadari banyak pasang mata para haum hawa tengah memperhatikan langkahnya tapi dia tidak peduli. Rasanya tidak ada wanita yang mampu menghentikan langkahnya saat ini.
Aula Universitas Chicago sudah mulai penuh sesak dengan mahasiswa baru seperti dirinya. Dia menuju kesalah satu barisan tempat fakultasnya berada. Nicholas memberikan salam pada beberapa teman barunya yang beberapa sudah dikenalnya.
Acara penyambutan mahasiswa baru telah dimulai beberapa menit yang lalu. Nicholas cukup antusias mengikuti acara.
"Sorry."
Nicholas menoleh saat sebuah suara dan sesuatu menyentuh kepalanya.
"Sorry." ulang sebuah suara ketika Nicholas mengelus-elus kepalanya yang sakit akibat tertubruk sesuatu.
Nicholas mendongak kearah sumber suara. Seorang gadis bermata coklat gelap tengah balik memandanginya dengan tatapan menyesal.
"Okay." jawab Nicholas seadanya.
Gadis itu duduk disebelahnya dengan tangga kecil yang memisahkan keduanya.
"Apa kau baru datang?" tanya Nicholas pada gadis itu.
Gadis itu mengangguk sambil meletakkan tasnya disamping kirinya. "Apa sudah lama dimulai?"
Nicholas menggeleng. "Kurasa baru beberapa menit yang lalu." Nicholas menatap intens gadis itu. Gadis itu terlihat buru-buru. Banyak peluh yang memenuhi dahinya. "Nicholas." Nicholas mengulurkan tangannya.
Gadis itu menyunggingkan senyum kecilnya yang secara langsung meruntuhkan dunia Nicholas. "Samantha. Samantha Clark."
----*----
Sekarang senyuman itu kembali dilihat Nicholas secara langsung. Bukan dalam mimpi-mimpi seperti sebelumnya. Nicholas berkali-kali menghembuskan napas kasar. Perasaan itu harus kembali ditutupnya rapat-rapat. Menjalani kebiasaan yang satu tahun dulu dilaluinya bersama Samantha. Menjadi seseorang yang bukan dirinya ketika berada disamping gadis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
MagicaLove
RomanceBagaimana jadinya jika setiap kata umpatan yang timbul dari kemarahan hati selalu menjadi kenyataan? Samantha Clark, gadis muda yang ceria namun menyimpan kepedihan yang ditutupi dalam-dalam menjadi satu dari salah satu manusia yang beruntung mendap...