Baru hari pertama bekerja, Samantha merasakan stress yang luar biasa. Apalagi banyaknya telepon untuk masuk untuk menjalin kerjasama dengan Winston Corp. Dia hampir saja melupakan fakta bahwa dirinya sekarang adalah sekretaris pemilik Winston Corp.
Samantha buntu tentang semua perusahaan mana yang harus diutamakannya untuk bertemu dengan Xavier. Untung saja Susan meninggalkan catatan yang banyak membantunya. Termasuk perusahaan mana yang harus diutamakan terlebih dahulu.
Samantha mencatat seluruh telepon yang masuk terlebih dahulu. Kemudian mengurutkan mana perusahaan yang harus diutamakannya kemudian mengatur jadwal Xavier untuk keesokan harinya.
Sudah menjelang tengah hari namun Samantha belum juga menyelesaikan jadwal Xavier besok. Dia sedikit memijit pundaknya yang kelelahan. Tak berapa lama kemudian Xavier keluar dari ruangannya. Samantha segera bangkit dari kursinya.
"Aku keluar untuk makan siang. Kau boleh sedikit beristirahat untuk makan siang. Kau harus kembali kesini sebelum aku kembali." Xavier menarik lengan setelannya dan menatap jam tangannya. "Aku akan kembali dalam satu setengah jam. Kau boleh gunakan waktu itu untuk melakukan apapun yang kau mau."
Tanpa mendengarkan tanggapan Samantha, Xavier segera melajukan langkah kakinya menuju lift. Samantha terus memandangi bosnya itu sampai Xavier menghilang dalam jangkauan pandangannya.
Samantha menghela napas beratnya. Xavier. Entah apa yang Samantha ingin katakan tentang Xavier. Pria itu begitu dingin dan sangat mengintimidasi. Kesempurnaannya dalam bekerja membuat Samantha sulit untuk bernapas bebas. Seolah tidak ada dinding pemisah antara mereka sehingga Xavier bisa melihatnya dari balik dinding.
Samantha teringat bahwa dia memiliki janji makan siang dengan Emma. Dia menarik tas jinjingnya dan bergegas menuju lobi tempat Emma menunggunya.
Didalam lift, Samantha harus berdesak-desakan dengan beberapa pegawai yang juga menggunakan jam makan siang mereka untuk keluar sejenak dari kantornya masing-masing. Mungkin ini salah satu keuntungan memiliki tubuh mungil.
"Apa kau baru?"
Samantha menoleh pada seseorang yang berada tepat disamping kirinya. Seorang pria jangkung dengan bola mata abu-abu tengah memandanginya. Pria itu begitu tampan. Hampir saja Samantha kehilangan akal sehatnya selama beberapa saat karena tersihir ketampanan pria itu.
"Ya..." jawab Samantha gugup. Semoga pria itu tidak menyadari kegugupan dirinya.
"Pantas saja. Kurasa aku belum pernah melihatmu."
Samantha hanya merespon dengan senyum kecil kemudian mengalihkan pandangannya pada pintu lift yang masih tertutup. Semoga saja detak jantungnya yang kencang ini tidak terdengar oleh pria disampingnya itu.
"Kau bekerja di divisi apa?"
"Aku bekerja sebagai sekretaris Mr. Winston."
Pria itu tampak terkejut. "Jadi kau pengganti Susan?"
Samantha mengangguk kecil.
"Aku memang mendengar bahwa hari ini Mr. Winston akan memiliki sekretaris baru. Tapi tak kuduga bisa bertemu denganmu disini. Sungguh beruntungnya aku." Pria itu kembali menyunggingkan senyum manisnya yang makin membuat jantung Samantha berdegup kencang.
Dalam hatinya, Samantha berharap pintu lift segera terbuka. Dia tidak bisa berlama-lama dengan pria ini. Bisa-bisa seluruh hatinya remuk redam seperti dialiri arus listrik yang mulai menghangat pada tubuhnya.
"Kau tahu, banyak orang yang berharap menjadi sekretaris Mr. Winston. Jadi kau adalah salah satu orang yang beruntung. Mr. Winston tidak memilih dengan sembarangan sekretarisnya. Jadi aku tahu kau pasti spesial." Pria itu mendekatkan kepalanya pada telinga Samantha dan setengah berbisik pada Samantha.
![](https://img.wattpad.com/cover/212358199-288-k854323.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MagicaLove
RomanceBagaimana jadinya jika setiap kata umpatan yang timbul dari kemarahan hati selalu menjadi kenyataan? Samantha Clark, gadis muda yang ceria namun menyimpan kepedihan yang ditutupi dalam-dalam menjadi satu dari salah satu manusia yang beruntung mendap...