Silver Lion

10 0 0
                                    

Udara musim panas yang mulai menerpa Chicago, membuat Samantha berkali-kali mengibaskan tangannya untuk sekedar mencari angin untuk meredakan panas yang menerpanya. 

Winston Corp yang tinggi menjulang sudah mulai terlihat dari belokan bangunan yang dilewatinya. Rasa pegal dan lelah pada kakinya terus mengganggunya sepanjang perjalanan, membuatnya ingin segera sampai dan memijit kakinya yang lelah.

Seperti biasa tidak banyak pegawai yang telah datang. Hanya sedikit pegawai yang mau menyapanya. Pagi ini Samantha datang lebih awal karena harus mempersiapkan rapat peluncuran Silver Lion II. 

Samantha menghentikan langkahnya ketika kakinya sudah tidak kuat lagi menahan sepatu heels yang terus dipakainya selama berjalan tadi. Dia melepaskan sepatunya dan kemudian memijitnya ringan sembari duduk di sebuah sofa yang berada tidak jauh dari jangkauannya.

"Ada apa, Sam?"

Samantha sangat hapal dengan pemilik suara yang baru saja didengarnya serta satu-satunya orang yang memanggilnya dengan nama Sam. Dia mendongakkan kepalanya dan betul bahwa pemilik suara itu adalah Thomas, tepat sesuai dugaannya.

Belum sempat Samantha menjawab, Thomas telah berjongkok dan memeriksa kaki Samantha yang memerah akibat sepatunya.

"Kurasa kakimu lecet dan... sedikit parah." Thomas menaikkan kaki Samantha dan meletakkannya diatas lututnya lalu memeriksanya dengan teliti.

Degupan jantung yang telah lama tak dirasakannya, akhirnya kembali dirasakannya. Seolah memberi tanda pada Samantha untuk mengetahui persis siapa pemiliknya.

"Apa kau berlari tadi?" Thomas mendongakkan kepalanya untuk mendapatkan jawaban dari Samantha.

Mendapat pandangan tajam secara tiba-tiba dari Thomas membuat Samantha mengerjapkan matanya. "Ya." jawab Samantha pendek.

Thomas tersenyum kecil ketika menangkap kegugupan dalam nada bicara Samantha. "Kurasa kau harus segera mengganti sepatumu dengan yang baru kalau kau tidak mau kakimu lebih lecet."

"Kurasa begitu."

"Tapi apa kau bisa menanggung sakitnya sampai nanti ketika pulang?"

"Kurasa aku bisa menahannya."

"Kau bisa cedera kalau terlalu lama menahan sakitnya."

Baik Samantha maupun Thomas sama sekali tidak menyadari bahwa sedari tadi Xavier dan Nicholas yang baru saja tiba, tengah melihat mereka. Keduanya menunjukkan tatapan tidak suka atas apa yang sedang dilihat keduanya.

Xavier mulai jengah dengan pemandangan yang dilihatnya. Dia memupus jarak dan berjalan mendekat. "Apa yang terjadi?" Pertanyaan yang sinis terucap dari mulutnya.

Samantha dan Thomas menoleh bersamaan. Thomas segera berdiri.

"Kaki Ms. Clark mengalami sedikit lecet jadi saya memeriksanya."

Xavier berbalik menatap Samantha. "Apa kau baik-baik saja?"

"Ya. Kurasa begitu, Sir."

"Baguslah kalau begitu. Jadi kau bisa mempersiapkan rapat siang nanti dengan segera." ucap Xavier ketus lalu segera pergi meninggalkan  Samantha dan Thomas.

Sementara itu, Nicholas mencoba mencerna dengan baik perubahan-perubahan raut muka diantara orang-orang didepannya. Seolah ingin menganalisa lebih dalam lagi tentang hubungan keduanya.

Nicholas ingat dengan jelas bahwa pria inilah yang dulu mengajak Samantha berdansa di pesta tahunan Winston Corp. Dia menyadari tidak ada yang berubah dari kejadian itu sampai sekarang.

MagicaLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang