She is the one

17 1 0
                                    

Samantha bangun lebih pagi dari biasanya. Semalamam dia terjaga sampai akhirnya baru tertidur jam 2 pagi. Dan pagi ini matanya telah terbuka ketika waktu masih menunjukkan jam 6 pagi.

Karena tidak bisa lagi memejamkan matanya, Samantha menuju kamar mandi. Membuka kran air dan membasuhkan pada mukanya. Tidak lupa menyikat giginya.

Samantha telah berganti pakaian dengan pakaian olahraga.'Mungkin dengan sedikit olahraga pagi, pikiranku menjadi lebih jernih.'

Samantha menuruni anak tangga sempit yang sudah berkarat. Kamarnya berada dilantai dua sebuah flat kecil dengan sewa yang bisa dibilang murah untuk kawasan tengah kota.

Jalanan Kota Chicago masih sepi pagi ini. Mungkin karena cuaca dingin sehingga orang-orang malas untuk beranjak dari tempat tidurnya.

Samantha melangkahkan kakinya menuju sebuah taman kecil yang berada tidak jauh dari flat-nya. Begitu sampai, Samantha melakukan pemanasan ringan lalu berlari kecil mengelilingi taman beberapa kali.

Sampai pada putaran ketiga, Samantha mulai merasa kelelahan. Dia mengistirahatkan tubuhnya yang sudah tidak mampu berlari lagi. Dia mulai menyadari keadaan taman yang mulai ramai tidak seperti tadi yang masih begitu sepi.

Samantha melayangkan pandangannya ke segala arah. Menikmati pemandangan pagi dengan sinar matahari yang muncul dengan malu-malu ditutupi awan putih. Paru-parunya mengisap sebanyak mungkin oksigen yang dihasilkan dari banyak pepohonan disekitarnya. Sungguh menenangkan.

Kening Samantha berkerut ketika melihat seseorang yang amat dikenalnya tengah berada didalam sebuah mobil dengan kaca yang terbuka. "Rebecca?" Samantha mengucek matanya, memastikan bahwa dia tidak salah melihat orang. "Tidak mungkin itu Rebecca. Mungkin aku salah melihat orang. Ya pasti aku salah lihat." Samantha berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Tiba-tiba kerinduan akan rumah menyeruak dihatinya. Semenjak dad meninggal 2 tahun lalu, Samantha memang jarang pulang. Selain karena biaya, dia enggan menemui mom tapi begitu melihat seseorang yang mungkin mirip dengan Rebecca, dia jadi rindu rumah.

***

Samantha membuat sarapan seadanya. Dia tidak pandai membuat makanan yang lezat. Omelette dan roti adalah menu sarapan langganannya serta segelas susu hangat.Samantha melirik jam dinding yang berada didalam kamarnya, waktu menunjukkan pukul delapan.

Mungkin Robert sudah berada di kedai, pikir Samantha.

Samantha segera berganti baju dengan kemeja kotak-kotak warna hijau dan celana denim warna biru muda. Dia meraih tas selempangnya dan bergegas menuju tempat kerjanya. Samantha tidak membutuhkan tranportasi umum menuju tempat bekerja. Samantha hanya perlu berjalan beberapa blok untuk sampai di kedai Robert.

Samantha menghela napas lega begitu melihat mobil Robert telah terparkir didepan kedai. Belum banyak pegawai yang datang ketika Samantha membuka pintu.

"Morning, Pete! sapa Samantha pada seorang pria bertubuh tambun yang sedang mengepel lantai. Samantha merentangkan kedua tangannya.

Peter menoleh. "Morning, Sunshine!" Peter meletakkan gagang pelnya dan membalas pelukan hangat dari Samantha. "Kurasa kau tidak kerja pagi ini." 

Samantha mengangguk. "Aku ingin ijin hari ini. Tiba-tiba aku rindu rumah."

"Akhirnya kau ijin juga." Peter menunjukkan ekspresi takjub. "Selama kau bekerja disini kau sama sekali tidak pernah ijin kerja pada Robert."

MagicaLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang