Langkah kaki Catherine berhenti. Matanya menatap bingung sekitaran panti. Dalam hati bertanya-tanya mengapa semua penghuni panti berkumpul di depan? Mengapa ada tiga orang asing bertolak pinggang sambil marah-marah? Dan mengapa terselip kesedihan di mata Regina – pemilik panti, juga ketakutan yang menguasai anak-anak terutama Lexa – si anak periang.“Kalian semua angkat kaki dari sini!” Usir salah satu dari orang asing itu. Telunjuknya mengacung di udara.
Catherine yang merasa itu sudah kelewat batas, dia menghampirinya. “Anda tidak bisa seenaknya mengusir mereka dari sini, Sir! Panti ini sudah lama berdiri dan ini milik Nyonya Regina! Jadi anda tidak berhak mengusir kami dari sini!”
Orang itu tersenyum sinis, “Yang berhak atas rumah ini adalah ayah saya, Regina hanya anak haram dari mendiang kakek saya. So, jadi saya datang hanya ingin mengambil apa yang seharusnya menjadi milik saya.”
Catherine merangkul pundak Regina erat, menyalurkan seluruh kekuatan yang dimilikinya. “Ta-tapi caranya bukan dengan mengusir, Sir. Anak-anak menjadi ketakutan. Lagipula ini sudah malam, kita akan pergi kemana, Sir. Kasihanilah kami.”
Alis matanya terangkat sebelah, memandang Catherine datar. Tatapannya seolah berkata: 'saya tidak peduli!' Tapi, Catherine bersikeras memohon dengan wajah melasnya.
Pria asing itu menghela napasnya kasar, dia berpikir sejenak, menimbang-nimbang. “Baiklah, saya beri kalian waktu sampai besok siang untuk mengosongkan panti ini.”
Mata Catherine membulat sempurna, dia pikir pria asing itu akan merubah pikirannya. Tapi ternyata tidak. Memang semua lelaki sama saja!
“Apa tidak ada cara lain selain pergi dari sini, Sir? Kami tidak punya tempat tinggal lagi, kemana kami akan membawa mereka semua?” Catherine berusaha membuat pria itu mengerti.
“Ada satu cara-"
“Apa itu, Sir?” Serobot Catherine tidak sabaran.
“Kalian tidak perlu pergi dari sini, rumah ini juga akan menjadi hak Regina sepenuhnya, asalkan Regina membayarnya minggu depan.” Jeda beberapa detik. “5.000.000 dollar.”
Mata Catherine membulat sempurna. Apa dia tidak salah dengar? Lima juta dollar? Dalam seminggu?
Satu kata yang terlintas di otaknya,
Gila.
Dari mana dia mendapatkan uang dengan jumlah yang bisa dibilang cukup banyak, ralat, sangat banyak.
***
“Kate, kau tidak harus menyetujui permintaan konyol Yopi.” Lirih Regina, dia merasa tidak enak hati.
Yopi, dia adalah pria gila yang membuat keributan dan hampir mengusir mereka dari panti. Namun sebagai gantinya, dia meminta lima juta dollar dalam seminggu.
“Lalu akan kita bawa kemana nanti anak-anak ini, Nyonya?”
“Lalu bagaimana caranya kita mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat?” Terdengar nada pesimis di setiap ucapan Regina.
Hening seketika.
“Selama ini uang pemberianmu hanya cukup untuk makan sehari-hari saja, Kate. Untuk kebutuhan lainnya? Itu pun harus selalu berhemat.” Keluhnya.
Selama ini, Catherine hanya bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran bintang lima. Gajinya memang lumayan, tapi hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup semua orang di panti itu.
Gober – suami Regina, sudah meninggal lima tahun lalu akibat kecelakaan lalu lintas. Dan kini panti hanya bergantung kepada Catherine saja. Regina dan Hania – ibunya, sudah hampir setengah abad, mana sanggup lagi untuk bekerja keras. Lagipula Catherine mana tega menyuruh orang tua bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours, Mr. Arrogant! [ON GOING]
Любовные романы[ FOLLOW DULU KUY GAESS SEBELUM BACA ] WARNING: 21++ Namanya, Catherine Anderson. Sejak kecil, dia dan ibunya harus tinggal di panti asuhan lantaran rumah keluarganya terbakar hangus. Hidupnya baik-baik saja, sampai malapetaka itu datang. Panti yang...