Part 20 - Honeymoon (2)

10.7K 251 8
                                    


Mike menyalakan pemantik rokoknya lalu menghisapnya dan menghembuskan gumpalan asapnya. Sebenarnya Mike bukan tipe cowok perokok, hanya ketika dia sedang banyak pikiran saja. Semalaman dia tidak bisa tidur karena desahan seksi Catherine yang menyebutkan namanya setiap kali berhasil mencapai puncak itu selalu menggema di telinganya. Sesuatu di bawah sana selalu saja berhasil mengeras setiap kali melihat tubuh polos Catherine yang basah dan lengket akibat peluhnya.

Mike sudah berusaha untuk tidur, tapi kelopaknya itu tidak bersahabat. Jika Mike bersikap jahat dan egois, bisa saja dia menggepur Catherine, tapi Mike tidak mau melakukannya. Dia ingin belajar menghormati Catherine semampunya, mungkin dengan begitu Catherine bisa lebih merasa nyaman setiap kali berada di dekatnya. Kedatangan orang di masa lalu Catherine, jujur membuat Mike takut. Takut kalau dirinya sampai salah mengambil langkah atau keputusan dan malah berakhir dengan Catherine yang meninggalkan dirinya dan lebih memilih pria berengsek itu.

Alhasil di sinilah Mike berada sekarang. Dia menyambut fajar di tepian laut sambil menghisap sebatang rokok yang terselip diantara telunjuk dan jari tengahnya. Saat matahari mulai semakin bergerak naik semakin tinggi di langit biru cerah dan rokoknya telah habis, Mike pun memutuskan kembali ke kamarnya.

Pintu kamar terbuka, Mike langsung dihadapkan dengan Catherine yang tengah mengeringkan rambutnya. Sepertinya, istrinya itu baru saja selesai mandi. Tanpa mengatakan apa pun, Mike berjalan melewati Catherine tanpa menghiraukan tatapan lekat Catherine.

"Kau dari mana?" Tanya Catherine dengan suara lembutnya.

"Luar. Jalan-jalan sambil mencari udara segar. Sambil merokok juga." Jawab Mike singkat, padat, jelas, tak lupa juga dengan ekspresi datarnya.

"Sejak kapan?" Alis Catherine terangkat naik sebelah.

Mike hanya mengedikkan bahunya acuh. Lalu mengambil handuk di lemari dan pergi ke kamar mandi. Catherine memandangi punggung tegak Mike yang telah tenggelam di balik pintu toilet. Pikirannya bertanya-tanya, mengapa Mike mendadak bersikap acuh tak acuh seperti itu? Apakah dirinya habis melakukan kesalahan lagi?

Catherine menghela napas panjang. Dia beranjak dari duduknya dan berpindah duduk di tepi kasur sambil menunggu Mike yang tengah mandi, terdengar dari suara gemericik air dari dalam toilet menandakan kalau memang pria hazel itu tengah mandi. Catherine berpikir sejenak, kesalahan apa lagi yang dia lakukan sampai Mike bersikap cuek begitu.

Lalu Mike keluar dari kamar mandi sudah menggunakan boxer hitam namun bertelanjang dada. Ia melempar handuknya ke kasur lalu berjalan melewati Catherine seolah wanitanya itu tidak ada di sana.

Catherine memperhatikannya. Sejak tadi dia duduk menunggu Mike keluar dari kamar mandi. Catherine mencebikkan bibirnya saat Mike melewatinya begitu saja tanpa meliriknya sedikit pun. Catherine beranjak dari duduknya dan mengintip di balik jendela, Mike tengah duduk bersandar di kursi sambil berjemur.

Catherine menghela napasnya, ada apa sama Mike pagi ini. Catherine menyandarkan bahunya ke bingkai jendela, matanya melirik ke atas, memaksa otaknya untuk mengingat apa yang terjadi kemarin. Catherine mengetuk dagunya.

Catherine menggelengkan kepalanya, dia yakin kalau dirinya tidak melakukan kesalahan apapun. Sudah cukup untuknya berpikir. Sekarang waktunya untuk bertindak.

Ia berlalu dari kamar tak lupa memakai jubah handuknya terlebih dulu, tidak mungkin ia keluar kamar dengan memakai lengerie saja. Bisa-bisa Mike mengamuk nanti.

Saat di koridor resort, Catherine berpapasan dengan pelayan perempuan.

"Permisi! Begini, saya ingin segelas kopi. Apa bisa dibuatkan sekarang ya?" Tanya Catherine sopan tak lupa dengan senyum simpulnya.

"Oh bisa, Nyonya. Kopi apa?" Tanya pelayan itu sambil mengeluarkan secarik kertas dan pulpen.

"Kopi latte tapi jangan terlalu manis. Terus di atasnya di kasih gambar muka senyum. Terus saya juga minta kentang goreng yang sambalnya di ukir 'sorry'." Cerocos Catherine panjang lebar dengan sekali tarikan napas saja. Matanya berbinar, dia menggigit bibir bawahnya setelah selesai berkicau panjang.

Pelayan itu menuliskan setiap pesanan Catherine dengan sabar dan teliti.

"Akan saya siapkan dulu, Nyonya." Ujar pelayan itu lalu pergi. Namun, baru tiga langkah, Catherine berseru kembali membuat si pelayan balik badan.

"Jangan di antar ke kamar. Saya akan menunggunya di sini." Ucap Catherine dengan tatapan memohon.

Si pelayan tersenyum simpul, ia bisa membaca maksud Catherine. Pelayan itu mengangguk patuh lalu pergi.

Tak lama, selang lima belas menit si pelayan itu kembali menghampiri Catherine dengan nampan berisi pesanan Catherine.

"Terima kasih!" Seru Catherine dengan senyum lebarnya. Tak lupa sebelum pergi ia memberikan uang tip.

Catherine melangkahkan kakinya memasuki kamar. Mike masih setia berjemur di balkon kamar padahal matahari semakin terik.

Catherine mendudukkan dirinya di bangku kosong yang terletak di samping Mike. Pria bermata hazel itu tidak menoleh meski sedetik pun. Kacamata hitam yang Mike kenakan membuat Catherine semakin bingung apakah dia tidur atau sedang menatap birunya langit.

"Sarapanmu." Ujar Catherine setelah beberapa menit bungkam dan hanya menatap Mike.

Mike bergeming tak menghiraukannya.

Catherine menghela napas panjang lalu berdecak sebal. Ia meletakkan nampan itu di atas pangkuannya dan melepas kacamata hitam Mike dengan sekali sentakkan saja.

"Mike!" Rengek Catherine sambil mengguncangkan bahu pria mata hazel itu.

Catherine tahu kalau Mike hanya pura-pura tidur. Terbukti saat Catherine melepas kacamatanya, kening Mike mengernyit samar dan bola matanya bergerak-gerak di balik pelupuknya yang terpejam.

Mike membuka sedikit kelopaknya, mengintip dari balik bulu matanya. Nampak Catherine tengah menatapnya sendu dengan ujung bibirnya yang melengkung ke bawah. Mike mengerjapkan matanya seolah-oleh dia baru saja bangun dari tidurnya, lalu sedikit menegakkan punggungnya.

"Tidak perlu bertingkah seolah-olah kau baru bangun tidur. Aku tau kalau kau hanya berpura-pura saja." Sembur Catherine sambil mengerucutkan bibirnya sebal.

Mike mengedikkan bahunya dan memandang lurus ke laut biru. Mike bingung harus bersikap bagaimana sekarang.

"Maaf," Ucap Catherine tulus sambil menyodorkan nampan berisi kentang goreng dan kopi.

Mike melirik nampan itu dengan enggan. Kopi dengan mimik wajah tersenyum dan saus kentang dengan ucapan sorry. Dia tidak tertarik. Saat hendak membuang wajah, Mike menangkap gurat tulus yang bercampur dengan kesedihan di wajah istrinya. Mike menghela napas berat, kalau sudah begini gairah Mike semakin tersulut saja.

"Kalau kau masih marah soal aku dan Leo sewaktu di taman dan restoran, aku minta maaf. Tapi sungguh, tidak ada apapun diantara aku dan Leo. Memang benar kami pernah punya hubungan spesial, dan aku tidak menyangkalnya. Tapi itu dulu, Mike, sekarang sudah tidak ada yang tersisa lagi diantara aku dan Leo. Sungguh.” Mata Catherine menunduk, nadanya terdengar tulus dan menyesal.

Mike membenarkan posisi duduknya dan melipat kaki panjangnya itu. Dia ambil nampan yang Catherine sodorkan dan ia letakkan di depan dekat kakinya. Mata elangnya tak lepas memandangi Catherine.

"Aku iri pada pria berengsek itu. Dia pasti sudah mengenalmu dengan sangat baik. Bahkan setelah apa yang dia lakukan, kau masih mau memaafkannya, duduk dan berbincang hangat begitu seolah dunia milik berdua.” Ucap Mike tenang namun tetap tajam menusuk.

Sebenarnya Mike itu cuek pada Catherine karena sedang menahan gairahnya yang selalu turn-on. Tapi tiba-tiba Catherine malah membahas Leo dan berpikir kalau Mike masih marah perihal waktu itu. Tapi memang benar juga, Mike sebenarnya masih marah dan kesal pada pria berengsek itu.

Napas Catherine memburu lantaran tatapan Mike yang mengintimidasinya. Kalau Catherine bilang Mike itu cemburu, apakah dirinya terlalu naif?

Mike memajukan wajahnya semakin mengikis sisa jarak di antara mereka. Ia memiringkan sedikit kepalanya, mata hazelnya tak luput memandang bibir ranum Catherine yang entah sejak kapan menjadi candu untuknya.

Tinggal beberapa centi lagi bibirnya dengan bibir Catherine akan bertemu, tapi Mike urungkan. Ia menarik kepalanya menjauh dari Catherine dan memilih menatap laut biru yang ada di depannya.

Mike tersenyum miring.

"Kau kecewa karena hubunganmu dengan Leo kandas di tengah jalan?" Tebak Mike asal. Entah angin apa yang membawa pikiran seperti itu ke kepalanya.

"Mungkin. Tapi, tetap saja takdir manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, hanya jalannya saja yang beraneka ragam." Timpal Catherine dengan mata yang sudah mulai____berkaca-kaca.

"Kau masih mencintai Leo?" Tanya Mike cepat tanpa basa-basi dengan nada bicara yang menuntut.

Catherine yang semula menundukkan kepalanya spontan mengangkatnya dan memandang manik hazel tegas itu, dia tak percaya mendengar pernyataan suaminya.

Lengang.

Catherine diam, tak menjawabnya. Matanya semakin memanas, cairan beningnya semakin menggenang di pelupuk.

"Aku sangat mencintainya, Mike, tapi itu dulu. Sebelum dia-" Catherine menggantungkan kalimatnya, ia tak sanggup melanjutkan ucapannya.

Hatinya terasa sesak setiap ia mengingat Leo yang tega meninggalkannya dan pergi bersama perempuan lain. Luka dan pengkhianatan yang Leo torehkan menyayat hatinya terlalu dalam. Butuh waktu lama dan panjang untuk Catherine pulih dari luka hatinya.

Air mata mengalir membasahi pipi Catherine, isakkan pilu lolos dari mulutnya. Walau pun isakkannya terdengar samar, tapi telinga Mike dapat menangkapnya.

Mike menoleh pada Catherine, kemudian ia meraih pipi Catherine agar lebih mendekat padanya.

"Lupakan Leo, dia pria berengsek. Kau cukup mengingat semua pengkhianatannya saja, bukan cintanya. Karena ketika pria berkhianat meski apapun itu alasannya, maka saat itu juga cintanya patut untuk dipertanyakan." Ucap Mike berbisik lembut namun tajam menusuk tepat di depan wajah cantik Catherine.

Bagai hipnotis, Catherine menganggukkan kepalanya pelan tanpa mengedip.

Mike mengusap air mata di pipi Catherine, mata hazel Mike turun memperhatikan bibir Catherine dengan serius. Perlahan, Mike mendaratkan ciuman lembut di bibir Catherine. Mata Catherine terpejam, dengan senang hati ia menerima ciuman itu. Dari kecupan singkat lama-kelamaan Mike melumat bibir bawahnya.

"Aku suamimu, Kate." Gumam Mike di sela-sela ciuman mereka. Catherine membuka matanya perlahan, ia menatap ke dalam mata hazel itu. Mata yang tajam dan tegas namun memabukkan.

"Camkan itu." Lanjut Mike lagi dan semakin memperdalam lumatannya. Catherine menyambutnya hangat, cairan bening kembali tumpah membasahi di pipinya.

Ingin sekali Catherine mengutarakan perasaannya pada Mike, hanya saja lidahnya terlalu kelu untuk mengatakannya.

"Mike-" Ucap Catherine saat Mike baru saja melepaskan lumatannya.

"Maaf jika aku lancang. Sepertinya aku mulai mencintaimu, Mike. Apa boleh? Apa kau akan membalas perasaanku? Atau kau malah akan meninggalkanku seperti yang Leo lakukan dulu?" Cerocos Catherine, tapi bukan keluar di mulut bibirnya melainkan sebatas di batinnya saja.

Catherine belum mempunyai keberanian yang besar untuk mengakui itu. Catherine cukup tahu diri kalau dia dan Mike tidak sepadan baik dari segi apapun itu. Mereka bak bumi dan langit, jauh sekali.

Iya, Catherine mulai mencintai Mike. Dia bukan gadis remaja lagi yang salah mengerti dalam mengenali tanda-tanda munculnya cinta. Sejak malam dia bertemu pertama kali dengan Mike melalui Rahel, atau sejak malam mereka menghabiskan waktu bersama, atau bahkan sejak Mike bersikap manis padanya malam itu. Entahlah sejak kapan, tapi yang jelas benih-benih cinta itu tumbuh dan mulai bermekaran di hati Catherine.

Akhirnya, Catherine hanya mampu mengulum senyum sendunya saja.

"Jangan pernah meninggalkanku apapun yang terjadi kelak, meski keadaan sendiri yang memaksa kau agar meninggalkanku." Akhirnya perkataan itulah yang terucap di bibir Catherine.

Setidaknya, perkataan itu sudah cukup untuk mewakili semua perasaan Catherine pada Mike.

Mike mengangguk, senyum tipis terpatri di wajah tampannya. Kemudian Catherine menabrak tubuh Mike, dia memeluk suaminya itu erat. Sangat erat. Seolah Catherine memang tidak ingin pria itu lepas dari pelukkannya. Jujur, Catherine takut. Takut kehilangan pria mata hazel itu.

****











_______________

T.B.C

CILUKBAAA AUTHOR HERE😁 BETEWE SELAMAT HARI KEMERDEKAAN GENGSSS!! DIRGAHAYU INDONESIAKU!!🇮🇩 PADA LOMBA GAK NIH READERS? LOMBA APA? LARI DARI KENYATAAN?🤣🤣 CANDA GENGSSS😚

MAAF BANGET YAA READERS TERCINTAH, KARENA WFH DAN APA" SERBA ONLEN KEGIATAN AUTHOR JADI TERBATAS DAN BENTROK MAKANYA KEMAREN" TIDAK SEMPAT UPDATE😣😥 TAPI TENANG, HARI INI SPESIAL AUTHOR BAKALAN USAHAIN UP 2 PART KOK HEHEHEHE 😍😘😗😗 SO STAY TUNED YA GENGSSS 😙😚😚

OH IYA SETELAH BACA PART INI JANGAN LUPA UNTUK PENCET BINTANG DI POJOK KIRI SEBELAH KANAN YA GENGSSS😍😎

PELUK CIUM SAYANG DARI BABANG MIKE😗😙😚

BONUS PICT NIH

BONUS PICT NIH

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING ALL

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING ALL...😍😘

LUVLUV.....💖💕 SALAM HANGAT, TEREE BINA💞💗

I'm Yours, Mr. Arrogant!  [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang