Part 22 - Ronald dan Cameron

3.1K 102 9
                                    


Jet pribadi yang membawa Mike beserta istri dan adiknya baru saja mendarat di pelataran mansion. Mike melangkahkan kakinya gontai namun tegas memasuki mansion, disusul Catherine dan Claudia di belakangnya.

Mom Delina menoleh saat Mike memasuki rumah dengan Catherine dan Claudia yang berjalan di belakangnya.

"Eh, kalian kok sudah pulang? Bukannya honeymoon kalian baru berakhir beberapa hari lagi?" Tanya Mom Delina bingung saat mereka bertiga sudah bergabung.

Lengang. Mike maupun Catherine tidak menjawab pertanyaan Mom Delina.

"Loh, Claudia? Bagaimana kau bisa datang bersama kakakmu?" Tanya Mom Delina lagi.

Claudia yang baru saja ingin mendudukkan bokongnya di sofa langsung menoleh pada Mom Delina. Ia memikirkan baik-baik jawaban yang membuat Mom Delina percaya padanya dan tidak akan mengajukan pertanyaan lagi.

"Saat kami mendarat kebetulan mobil Claudia juga baru tiba di pelataran, jadi kami masuk bersama." Bohong Mike membuat Claudia menghela napasnya lega.

Kakaknya itu memang selalu sigap menolongnya dalam keadaan genting, berbeda dengan kakaknya yang satu lagi. Joel tergolong pria yang usil dan menyebalkan. Jika ada yang berkata kalau orang cuek dan dingin pasti tipikal orang yang sangat pengertian, Claudia setuju akan itu.

"Ronald, Cameron, karena Mike sudah pulang jadi Mom tinggal ke salon dulu ya." Ujar Mom Delina pada dua pria bertubuh tegak dengan kemeja gelap yang lengannya di gulung hingga ke siku.

Ronald dan Cameron yang merasa namanya di panggil itu pun menoleh dan mengangguk paham sambil tersenyum manis. Kemudian Mom Delina melenggang pergi meninggalkan semua orang yang masih setia bungkam dan saling pandang memandang.

"Aku baru saja mendapatkan-" Ucap salah satu pria bermata abu-abu itu, tapi terpotong karena Mike melolot tajam seolah memintanya untuk diam.

Mike berbicara dari melalui sorot matanya, dagunya mengedikkan ke samping. Lalu ia beranjak dari sofa dan berjalan ke taman yang ada di belakang mansion, kedua pria itu pun berjalan mengikutinya.

Setibanya di taman, kedua pria itu duduk di kursi besi yang memang sengaja disediakan di sana.

"Katakan!" Seru Mike sambil berdiri membelakangi mereka berdua dengan tangan yang dimasukkan ke saku celananya.

"Aku baru saja mendapatkan informasi bahwa satu truk berisi ratusan emas batangan akan dikirim ke Australia." Pria bermata amber itu buka suara melanjutkan ucapannya yang sempat terpotong.

"Lalu, apa hebatnya?"

Ronald, si mata abu-abu yang menyeringai lebar itu hendak menjawab. Tapi lebih dulu di sela oleh Cameron.

"Itu emas dengan kualitas terbaik, Mike. Dan kau juga pasti tau kalau harga emas tahun ini sedang naik dratis." Camerone menatap punggung Mike dengan rawut serius, tangannya bersidekap dada.

Mike berbalik badan memandang temannya datar, posisi tangannya masih tetap setia dimasukkan ke kantong celananya.

"Kalian sudah menemukan dalang dari pelaku pencurian puluhan ton emas milik Dad sepuluh tahun yang lalu?"

Cameron dan Ronald kompak menggelengkan kepalanya.

Tangan Mike mengepal kuat di balik saku celananya, rahangnya mengetat. Matanya menatap nyalang kedua temannya yang menyengir dengan tatapan tidak berdosa sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu.

"Aku sudah bilang pada kalian untuk tidak kembali ke sini jika belum menemukan siapa dalangnya. Lalu kenapa kalian sekarang kembali?!" Hardik Mike, suara baritonnya terdengar begitu menakutkan.

I'm Yours, Mr. Arrogant!  [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang