Part 6 - Kenyataan

8.7K 306 3
                                    


Catherine membawa nampan berisi pancake dan bacon dengan telur ceplok di atasnya. Dia berjalan tegak tak lupa dengan senyum cantiknya, namun tetap berhati-hati karena itu adalah pesanan pelanggan restoran.

Sudah hampir satu bulan berlalu sejak kejadian malam yang ia lewati bersama Mike. Keadaan pun perlahan mulai membaik. Catherine juga sudah berhenti bekerja di tempat maksiat itu, ia bersumpah tidak akan pernah menginjakkan kakinya di club itu lagi.

"Satu bacon dengan telur dan pancake," Catherine menghidangkan kedua pesanan pelanggannya dengan sopan. "Selamat menikmati!" Catherine memberi hormat sebelum pergi dari sana.

Langkah kaki Catherine menuju dapur mendadak berhenti. Matanya melotot lebar. Mulutnya sedikit menganga.

"Terkejut melihatku? Huh?"

Catherine menelan salivanya susah payah. Rahel berdiri di hadapannya sambil bersedekap dada, matanya menyorot tajam membuat Catherine menundukkan kepalanya takut. Wanita itu berjalan menghampiri Catherine yang berdiri bak patung. Niatnya, Catherine ingin berlari menghindari Rahel, tapi mendadak kakinya sulit untuk digerakkan.

"Kenapa kau melakukan itu?" Tanya Rahel setelah berhadapan dengan Catherine. Matanya menuntut penjelasan Catherine.

"A-aku te-terpaksa," Jawab Catherine sambil meremas jemari tangannya.

"Kau tau, Kate, yang sudah kau lakukan itu sangat mempengaruhi reputasiku di mata Mr. Miller! Karena ulahmu, dia jadi meragukanku. Bahkan malam itu dia marah besar padaku." Ujarnya geram.

"Maafkan aku, Rahel, aku tidak bermaksud seperti itu."

"Sekarang ceritakan padaku semuanya!" Titah Rahel seolah tak ingin di bantah.

Catherine mendongak, berharap Rahel hanya bercanda saja, tapi ternyata ekspresi wajahnya  serius. Catherine melirik sekitarnya was-was, lalu ia menarik Rahel ke meja restoran di sudut belakang yang kebetulan kosong. Wanita berambut merah menyala itu memekik terkejut kala Catherine menarik tangannya tanpa aba-aba.

Catherine dan Rahel duduk di sana.

Mendadak suasana hening.

Helaan napas berat lolos dari mulut mungil Catherine. Rahel masih setia menatapnya tajam dalam diam.

Catherine memejamkan matanya perlahan. Ingatannya melayang menembus dimensi kenangan malam itu bersama Mike.

***

Mike mendorong tubuh mungil Catherine ke atas ranjang hotel. Pria itu menyeringai. Catherine dapat melihat kabut gairah yang begitu tebal di matanya. Jemari Mike dengan cekatan membuka satu per satu kancing kemejanya, lalu di lemparnya ke sembarang arah.

Catherine meneguk salivanya kasar. Baru setengah telanjang saja Mike terlihat begitu menggoda imannya, itu pun baru di bagian atas saja. Bagaimana jika full naked? Dia pasti sangat, – Catherine menggelengkan kepalanya, bisa-bisanya pikiran seperti itu muncul di otaknya.

Tapi jujur saja, perutnya bak roti sobek. Dadanya yang bidang. Tubuh atletis dan lengan yang kekar semakin menunjukkan aura ketegasannya. Ditambah lagi rambutnya yang sedikit berantakan. Oh Tuhan dia terlihat sangat seksi. Sungguh.

Mike melepas sepatu dan ikat pinggangnya, lalu ia merangkak naik ke atas tubuh Catherine yang masih terbalut dress merah -  bak anak kecil yang sedang melihat seonggok permen tak bertuan.

Mike mengecup lembut kening Catherine. Perlahan bibirnya itu turun dan berhenti tepat di bibir ranum Catherine. Tanpa aba-aba, ia mengecupnya. Awalnya hanya sebuah kecupan singkat saja, tapi lama-kelamaan Mike melumatnya. Lumatan lembut namun menuntut.

I'm Yours, Mr. Arrogant!  [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang