Pukul lima lewat sepuluh menit, ini masih terlalu pagi. Tangan kekarnya dengan teliti mengancing satu per satu kemeja putihnya. Tiba-tiba tangan mungil kuning langsat melingkar tepat di perutnya.Dengan sekali sentakkan saja tangan mungil itu terlepas. Dia memutar tubuhnya, melayangkan tatapan jijik pada wanita yang tengah menggodanya.
Dia menghela napas kasar, lalu mengambil arloji rantai peraknya yang ada di atas nakas dan segera ia pakai.
"Ini masih terlalu pagi, Mr. Miller. Masih ada waktu satu jam lagi, mungkin, untuk bercinta dengan tempo cepat?" Wanita itu mengedipkan sebelah matanya seraya berjalan mendekat.
Pria itu - Mr. Miller menatapnya tajam. Mendorong keras bahu wanita itu agar menjauh.
"Tidak perlu buru-buru begitu, Tuan." Wanita itu duduk di tepi ranjang, menahan gerak tangan pria itu. "Kemarilah!" Pinta wanita itu sambil mengelus sisi ranjang di sebelahnya yang masih kosong.
Mr. Miller masih tetap diam, tidak mempedulikan ocehan si wanita. Tangannya menyisir rambut legamnya ke kanan. Dia menatap pantulan wajahnya di cermin, sempurna!
Wanita itu mengalungkan tangannya, memutar tubuh lelaki itu agar menghadapnya. Dia menggigit bibir bawahnya, sembari merapatkan tubuhnya pada pria yang hanya melempar tatapan datar. Dia menciumi setiap sudut leher Mr. Miller. Tetap, tidak ada respon apa pun.
Pria itu menggeram.
Dia mendorong bahu wanita itu kasar hingga tersungkur di lantai. Dia tersenyum miring, melayangkan tatapan membunuhnya.
"Jangan sampai membuatku semakin jijik kepada mereka yang biasa disebut 'pelacur' dengan sifat murahan yang selalu memohon untuk disentuh."
Setelah mengeluarkan ucapan menusuknya, tak lupa juga dia melempar banyak uang pada wanita itu. Tanpa perasaan, dia mencengkeram rahang wanita itu kuat.
"Itu bayaran untukmu karena sudah melayaniku dengan baik! Ambil dan pergilah! Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi setelah malam ini!"
Mr. Miller mengambil jas hitamnya dari sofa white lalu keluar seraya membanting pintu hotel itu kencang.
***
"Selamat pagi, Mr. Miller!" Seluruh karyawan kantor menyapa seraya memberi hormat pada sosok pria tampan nan gagah yang berjalan dengan ekspresi datarnya.
Langkah pria itu terhenti, matanya menyorot tajam pada dua orang wanita yang tengah asik menggosipkan sesuatu. Dia menghampirinya.
"Miller Company tidak membayar kalian untuk menggosip! Tidak berguna!"
Dia berlalu meninggalkan dua wanita itu. Baru saja mereka bernapas lega atas kepergian atasannya, namun seketika dunianya runtuh kala mendengar ucapan sang atasan.
"Kalian berdua saya pecat!"
Setelah memastikan kedua wanita penggosip itu mendengar perintahnya, pria itu berlalu dengan angkuhnya tanpa menghiraukan kedua wanita itu yang memohon agar tidak di pecat.
"Kau yakin memecat mereka, Mike?" Tanya Adrian - selaku tangan kanannya di Miller Company sekaligus sahabatnya.
"Miller Company tidak membutuhkan pekerja seperti itu!" Desisnya tajam.
Mereka berjalan beriringan menuju lantai dua puluh satu. Mike Miller lebih suka ketenangan, itulah sebabnya iya memilih lantai paling atas sebagai ruang kerjanya.
Mike melirik arlogi perak yang melingkar dipergelangan tangannya, waktu menunjukkan pukul sembilan pagi.
"Adrian, kumpulkan para staff di ruang meeting dalam sepuluh menit!" Perintah Mike mutlak.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours, Mr. Arrogant! [ON GOING]
Storie d'amore[ FOLLOW DULU KUY GAESS SEBELUM BACA ] WARNING: 21++ Namanya, Catherine Anderson. Sejak kecil, dia dan ibunya harus tinggal di panti asuhan lantaran rumah keluarganya terbakar hangus. Hidupnya baik-baik saja, sampai malapetaka itu datang. Panti yang...