Catherine melangkahkan kakinya gontai memasuki panti yang sudah menampungnya sejak kecil. Tadi pagi-pagi sekali Nyonya Regina menelponnya dan meminta ia untuk datang ke pantai."Kate!" Seru anak-anak panti girang. Lalu mereka langsung berlarian memeluk Catherine.
Catherine membalas pelukkan mereka, tangannya mengelus gemas rambut anak-anak itu.
Setelah puas melepas kerinduannya bersama anak-anak, Catherine berjalan ke taman belakang. Kata anak-anak, Nyonya Regina sedang di belakang. Dan benar saja, wanita setengah abad itu tengah berkebun seorang diri.
Mata hitam Catherine menyapu sekeliling panti, ia belum melihat tanda-tanda kehadiran ibunya.
"Bagaimana kabarmu, Nyonya Regina?" Sapa Catherine hangat.
Nyonya Regina mendongak, ia menyeka peluhnya yang mengucur lalu berjalan ke gubuk yang ada di tengah taman itu. Mereka berdua duduk di sana.
"Pernikahanmu-"
Belum selesai Nyonya Regina menyelesaikan perkataannya, Catherine sudah lebih dulu memotongnya dengan cemas.
"Itu tidak seperti yang kau pikirkan, Nyonya. Aku bisa jelaskan semuanya."
Senyum tipis nan hangat tercetak jelas di wajah senja Nyonya Regina.
"Semuanya terjadi begitu cepat dan di luar kendaliku, Nyonya. Pengantin wanita kabur bersama kekasihnya, dan pengantin pria meminta pertanggung jawabanku karena telah membiarkan calonnya kabur." Catherine mulai menjelaskan akar permasalahan yang menyebabkannya berakhir dengan pernikahan. Tidak semua, hanya garis besarnya saja.
"Tapi kenapa kau menerimanya? Kau bisa menolaknya 'kan?"
Catherine menggeleng pasrah. "Harusnya bisa, Nyonya, tapi aku tidak punya alasan untuk menolaknya."
"Kenapa?" Desak Nyonya Regina.
Lengang seketika.
Catherine memejamkan matanya. Haruskah ia memberi tahu Nyonya Regina tentang uang itu? Kalau sudah seperti ini mau bagaimana lagi, mundur tembok dan maju jurang.
"Kenapa?" Ulang Nyonya Regina, kali ini nadanya lebih mendesak lagi.
Catherine menghela napas pasrah. "Karena uang lima juta yang kuberikan pada Mr. Yopi hari itu adalah uang milik pria yang sekarang berstatus suamiku." Gumamnya parau.
"Apa?" Nyonya Regina terkejut, mulutnya menganga sedikit.
Catherine mengangguk lemah. "Aku berjanji akan mengembalikannya. Namun, di hari pernikahan pengantinnya justru kabur dan ia memintaku menggantikannya dengan alasan membayar uang lima juta itu."
Nyonya Regina menarik tubuh mungil Catherine yang rapuh ke dalam dekapannya. Detik itu juga air mata Catherine meluruh, tangisnya pecah.
"Karena aku hidupmu menjadi sulit seperti ini. Maafkan aku, Kate!" Ucap Nyonya Regina pilu. Bahunya bergetar. Dia menangis.
Catherine menguraikan pelukkannya. Dia menggeleng tegas. Tangannya dengan lembut menghampus jejak air mata Nyonya Regina.
"Sudah aku bilang kalau kalian itu keluargaku, Nyonya."
"Oh iya, apa ada kabar tentang orang tua Lexa? Atau mungkin kabar tentang keluarga terdekatnya?" Catherine berusaha mengalihkan topik pembicaraannya sambil menghapus cairan bening di pipinya.
"Belum," Nyonya Regina menggeleng lemah.
"Lalu Lexa bagimana? Apa dia masih terus menanyakan orang tuanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours, Mr. Arrogant! [ON GOING]
Romance[ FOLLOW DULU KUY GAESS SEBELUM BACA ] WARNING: 21++ Namanya, Catherine Anderson. Sejak kecil, dia dan ibunya harus tinggal di panti asuhan lantaran rumah keluarganya terbakar hangus. Hidupnya baik-baik saja, sampai malapetaka itu datang. Panti yang...