"Salah!" Mike melempar dokumen biru itu ke mejanya.Sella - asisten pribadi Mike hanya bisa menundukkan kepalanya. Dia tidak berani membuka mulut sedikit pun jika Mike sedang mengomel seperti itu. Sejak pagi, atasannya itu uring-uringan. Emosinya tengah labil bak anak remaja. Entah apa yang sudah mengganggu pikirannya.
Baru masuk kantor saja, Mike sudah mengomel ke staff office boy, katanya lobby kantor kotor, padahal lantainya baru saja selesai dibersihkan lima menit sebelum Mike datang. Lalu ia mengamuk karena ada meeting di jam sebelas dan dia tidak mengetahuinya, padahal Sella sudah memberitahukannya lusa lalu. Dan tadi Mike memecahkan gelas kopi karena menurutnya itu terlalu pahit, padahal itu kopi yang biasa di minumnya.
Sella dan Adrian hanya bisa menggelengkan kepala seraya mengelus dada melihat tingkah Mike hari ini.
"Suruh Angela untuk memperbaikinya sekarang juga. Aku beri waktu satu jam! Minta seluruh datanya pada Adrian!" Perintah Mike mutlak.
Mata Sella terbelalak, mulutnya terbuka hendak melayangkan protes. Tapi sorot mata Mike berubah tajam mengintimidasi seolah tahu asistennya itu hendak protes. Sella langsung mengatupkan mulutnya rapat-rapat, dia tidak ingin Mike sampai menyemburkan kemarahannya apalagi ancamannya.
"Baik, Sir! Permisi!" Jawab Sella mengalah. Dia memberi hormat lalu berlalu dari ruang kebesaran Mike.
Mike menghela napas kasar, ia menyandarkan punggung tegaknya ke kursi kebesaran. Dia memutar kursi itu menghadap jendela besar di belakangnya. Mike melipat tangannya di dada, sesekali jari telunjuknya mengetuk-ngetuk lengan. Mata hazel itu meneliti jalanan Manhattan yang selalu ramai di lalui mobil.
Mike mengehela napas berat.
*KRING* suara telepon berdering memenuhi ruang kebesaran Mike yang senyap. Dengan malas, Mike meraih ponsel itu dari mejanya lalu meletakkannya di telinga.
Mike berdeham malas sebagai responnya.
"Hari ini kau pulang jam berapa, sayang?" Suara Mom Delina menyapa lembut telinganya.
Mike menarik napas dalam-dalam berusaha meredam emosinya yang akhir-akhir ini di luar kendali.
"Tidak tahu, Mom, pekerjaan di kantor hari ini banyak sekali. Jadi mungkin aku akan pulang malam, bahkan mungkin menginap di kantor." Jawab Mike lesu.
Dari seberang sana Mike dapat mendengar Delina menghela napas kasar.
"Kau lupa ya kalau hari ini kita ada janji makan malam dengan keluarga Scott?" Tuding Mom Delina tepat sasaran.
Mike menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Urusan di kantor membuatnya melupakan janji makan malam itu.
"Aku tidak lupa kok, Mom."
"Bohong," Mom Delina mendesah kecewa.
"Sungguh! Aku akan pulang jam lima sore. Lalu kita akan makan malam bersama keluarga Scott!" Janji Mike.
Mom Delina memekik senang. Mike memang sangat menyayanginya. Dia hanya perlu bersandiwara kecewa atau menangis, pasti Mike akan luluh dan menurut padanya. Delina akui itu memang jahat, tapi tidak masalah jika memanfaatkan kelemahan Mike toh itu juga demi kebaikkannya.
Sambungan telepon tertutup. Mike meletakkan ponselnya. Matanya terpejam, jarinya memijit pangkal hidungnya yang mendadak berdenyut.
***
Mike melangkahkan kakinya lebar memasuki rumah keluarganya. Sepi. Dia melempar jas abu gelapnya ke sofa. Saat hendak menaiki anak tangga satu per satu, Mom Delina menghampirinya dengan wajah sumringah. Tanpa bicara, Mom Delina langsung menarik Mike.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours, Mr. Arrogant! [ON GOING]
Romance[ FOLLOW DULU KUY GAESS SEBELUM BACA ] WARNING: 21++ Namanya, Catherine Anderson. Sejak kecil, dia dan ibunya harus tinggal di panti asuhan lantaran rumah keluarganya terbakar hangus. Hidupnya baik-baik saja, sampai malapetaka itu datang. Panti yang...