Rock'0

13.7K 1.3K 275
                                    






Minho menggeliat dalam tidurnya, matanya ia buka secara perlahan dan mengedipkannya beberapa kali guna membiasakan dengan cahaya pagi. Tangannya ia gunakan untuk menutupi matanya dari cahaya matahari yang masuk. Apa ia lupa menutup gorden, pikirnya.

Ia terduduk, mengusak rambutnya kasar lalu menghembuskan nafas.
Tubuhnya ia bawa ke pinggir ranjang, kakinya hendak ia turunkan namun urung ketika melihat ada seorang lelaki yang tengah tertidur dibawah sana.

"Astaga!! Masa iya gue semabuk itu sampe ngebawa cowok kedalem?!" Gumamnya.

Kakinya dengan ragu menendang paha orang yang tidak dikenalinya itu dengan pelan guna membangunkannya.

Yang ditendang pelan pun menggeliat lalu membuka matanya secara perlahan.

"Selamat pagi, tampan"

Minho memutar bola matanya malas saat orang asing itu menyapa dirinya.

"Pergi lo"

Lelaki itu terduduk, matanya membola lucu dengan kepala yang sedikit ia miringkan. "Huh? Pergi kemana? Jisung nggak punya rumah"

"Gue nggak peduli, dan maaf kalo gue asal ngebawa lo. Lo itu pelayan, kan?"

"Pelayan cafe maksudnya?"

Minho menggeleng, "Pelayan dalam artian lain, pasti gue ngebawa lo karena hal itu"

"Pelacur? Bitch? Atau apa?" tanyanya

"Keduanya sama"

Minho beranjak dari sana, membiarkan lelaki itu mengikutinya dari belakang. Saat dirinya sudah berhadapan dengan sebuah pintu, langkahnya dihentikan, ia berbalik guna menatap lelaki asing tersebut lalu memberikannya selembar uang.

"Pergi dari sini, dan ini bayaran lo"

"Huh? Pergi? Nggak mau" lelaki itu menjauh dari sana, ia berlari menuju tempat dimana tadi ia tertidur.

Minho yang melihat lelaki asing itu kabur  pun ikut mengejarnya.

"Uang yang gue kasih kurang?" Minho memandangi lelaki tersebut dari depan pintu kamar.

Lelaki yang tengah berbaring dengan posisi telungkup itu menggeleng ribut. Tangannya ia rentangkan dan memegang karpet yang ditidurinya itu dengan kuat seakan tidak ingin lepas dari sana.

"N-namaku Jisung"

" -dan Jisung akan tinggal disini!"

Mata Minho membola karena terkejut mendengar ucapan lelaki yang diketahui bernama Jisung tersebut. Ia melangkah mendekati lelaki itu dan menarik kakinya hingga membuat sang empu tertarik dan menggeleng-gelengkan kepalanya ribut.

"Nggak, nggak mau!"

Minho berdecak, tarikannya pada kaki tersebut ia lepas. "Nggak mau sarapan? Yaudah!" Setelahnya ia beranjak dari sana membiarkan Jisung yang kini langsung terduduk.

"Jisung juga mau makan!!"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Minho menatap Jisung yang sedang menikmati ramyeon buatannya. Lelaki itu begitu lahap hingga membuat area sekitar mulutnya kotor karena cara makannya yang terkesan buru-buru itu.

Pipinya terlihat lebih besar dua kali lipat saat Jisung mengunyah makanannya.

"Tampwan twdak mawkan?"

Minho mengernyit begitu mendengar ucapan lelaki dihadapannya itu. Dengan mulut yang masih mengunyah membuat ucapannya tidak begitu jelas didengar.

"Telen dulu, sih!"

Jisung mengangguk lalu langsung menelan makanannya buru-buru hingga membuat ia tersedak.

"Ck, bukannya pelan-pelan!!" Minho menyodorkan segelas air padanya dan langsung diteguk habis oleh Jisung.

"Kamu nggak makan?" Tanya Jisung.

"Nggak nafsu"

"Terus kalo liatin Jisung makan, udah bikin kamu kenyang?"

Minho menyipitkan matanya sinis, "Lo lagi godain gue, ya?"

" -oh, atau lo mau gue makan?"

Jisung membulatkan matanya lucu, ia menatap Minho dengan wajah kebingungannya. "Memangnya Jisung bisa dimakan?"

"Nggak usah sok polos, gue emang nggak sadar semalem, tapi gue yakin kalo lo itu pelacur yang nggak sengaja kebawa disaat gue mabuk!"

"Bukan. Jisung bukan pelacur, tampan salah menebak!"

Minho kembali mengernyit mendengar panggilan Jisung padanya itu.

"Nama gue Minho, jangan panggil gue tampan walaupun gue beneran tampan"

"Minho tampan?"

"Oke, terserah lo mau manggil gue apa"

Jisung mengangguk lalu kembali menyantap makanannya.

Baru beberapa suapan, matanya menatap Minho dengan pandangan puppy, ia menunjukkan mangkuk yang telah kosong tersebut kearah Minho.

"Jisung mau lagi!!"

Minho menggeleng, ia beranjak lalu menarik Jisung agar segera pergi dari apartemennya.

Jisung yang memang pada dasarnya lebih kecil dari Minho dengan mudahnya ditarik begitu saja. Berusaha menahan tapi tidak menghasilkan apa-apa.

"Keluar, gue udah kasih lo makan!"

Jisung meremat pergelangan tangan Minho, ia menatap lelaki itu dengan mata berair sembari menggelengkan kepalanya.

"Jisung nggak mau jadi batu lagi"

Minho menghentikkan tarikannya, ia berhenti tepat didepan pintu sembari menatap aneh lelaki tersebut.

"Hah? Siapa yang ngutuk lo jadi batu, sih. Gue kan cuma minta lo angkat kaki"

"Tapi kan kamu yang ngambil Jisung dijalanan, masa habis dibawa Jisung diusir gitu aja"

"Jalanan? Yang bener aja gue ngambil pelacur dari pinggiran!"

"Ihh, Jisung bukan pelacur!!! Jisung batu!!"

Minho melepas genggamannya pada Jisung dengan begitu kasar, ia menjauhkan tubuhnya dari Jisung sembari menatap aneh kearahnya.

"Kayaknya lo bukan dari jalanan deh"

"Kamu tau Jisung dari mana?"

Minho mengangguk, "Dari Rumah Sakit Jiwa, kan?"











































.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.






Plisss aku masih ngetawain jalan pikir aku kenapa bisa jadiin Jisung siluman batu, astagaaa😂 tapi aku gemes mau nyoba wkwkw.

Maaf kalo aneh begini jadinya ◉‿◉















Let's start & Stay enjoy.

ROCK [Minsung]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang