POSSESIVE BROTHERS | Part 4

118K 8.2K 681
                                    

—————

Playlist : Yellow Hearts - Ant Saunders

—————

Hampir semua anggota keluarga sudah berkumpul untuk makan malam.

Suara perdebatan Aksa dan Farren mengisi meja makan. Lelaki itu memprotes bahwa saat ia bangun tidur, Steela tidak berada di dekatnya.

Sedangkan Farren hanya mengedikkan bahu dengan raut wajah acuh.

Steela duduk di antara Farren dan Arkan, ikut memperhatikan tontonan yang terjadi.

Satrio dan Anne yang melihat hal itu hanya bisa tersenyum, entah berapa lama sejak mereka bisa berkumpul seperti ini.

Biasanya, mereka akan makan dengan keheningan. Tapi berkat kembalinya si bungsu, suasana perlahan kembali seperti semula.

Para pelayan berjejer masuk dan membawa berbagai macam hidangan, membuat mata Steela berbinar.

Anne menoleh, "Steela, tolong panggilkan Savier. Kamu belum bertemu dengannya kan?"

Wanita itu sengaja menyuruh Steela menghampiri anak tertuanya, alasannya tentu saja karena ia ingin mempertemukan mereka.

Seketika perdebatan terhenti. Farren, Arkan dan Aksa menatap iba pada Steela yang mengangguk polos.

Aksa bersuara ragu, "Biar aku saja, Mom." tawarnya. Ia tahu betapa parah tabiat dingin Savier saat malam—salah satu alasan mengapa lelaki itu tidak pernah ikut makan malam bersama, dan ia tidak mau Steela menghadapi amarah sang kakak.

Anne menggeleng membuat Aksa menunduk pasrah.

Steela hanya memperhatikan saat Anne kembali tersenyum padanya, "Kamarnya berada tepat di sebelah kamarmu, sayang."

Ia pun segera menuju tempat yang di arahkan dan mengetuk pintu tersebut sampai suara tegas yang meneriakinya dari dalam,

"Pergilah!!"

Sentakan membuat nyalinya menciut. Tapi sialnya, saat akan menjauh, pintu tiba-tiba terbuka hingga tubuhnya tertarik masuk.

Aroma maskulin langsung memenuhi indra penciumannya.

"Apa perkataanku kurang jelas?!"

Steela menegang takut. Seumur hidup, ia tidak pernah dibentak. Rasa sakit menjalari hatinya.

"Maafkan aku, Kak." gadis itu menunduk, tidak berani menatap pemilik mata tajam yang kini berjalan ke arahnya.

Kelopaknya menutup saat lelaki itu mengangkat dagunya sedikit kasar.

Mata Savier melebar melihat siapa yang kini berada di depannya.

Tanpa aba-aba, ia melingkari tangannya di pinggang gadis itu dan merengkuhnya posesif. Berusaha meyakinkan dirinya bahwa yang dihadapannya sekarang bukanlah imajinasi semata.

Setiap malam lelaki itu selalu memohon kembali adiknya. Mataharinya yang telah lama pergi.

Pencarian atas gadis bernama 'Auri Bagaskara' sudah dikerahkan sejak lama, namun tetap tak ada hasil—meski sudah berapa tahun terlewat.

Hingga kini, hatinya kembali utuh dengan kehadiran sosok dalam pelukannya.

Steela merasakan bajunya sedikit diremas. Satu tangannya naik mengusap punggung kakaknya.

"Kak Savier.." panggilnya khawatir.

Savier semakin mengeratkan pelukannya lalu menghujani wajah Steela dengan ciuman bertubi-tubi.

Setelah puas, ia meraih tubuh gadis itu dan mendudukkannya di pangkuan,

"Semua orang menunggu kakak untuk makan malam!" Steela dengan semangat menarik Savier.

Yang lain menunggu kehadiran keduanya dengan tidak sabar. Sampai mereka mendengar langkah kaki dari arah tangga.

Munculah si bungsu dan si sulung, mereka mengerjap pada Savier yang tengah tersenyum lebar menatap Steela.

Savier mengajak Steela duduk disampingnya, dan itu membuat Aksa protes—lagi.

"Auri duduk disebelahku!"

Savier tidak memedulikannya dan memilih menyiapkan lauk di piring sang adik.

"Terima kasih, Kak." Steela tersenyum manis membuat Savier mencium pipinya lembut, membuat Satrio dan Anne mengangguk senang. Berbanding terbalik dengan Aksa yang mendengus sebal.

"Mari makan." Satrio menginstruksi, membuat mereka makan dengan lahap.

Terutama Steela, ia menikmati dengan binar yang tidak luput dari matanya.

"Besok kami akan mengunjungi wanita yang telah merawat Steela," Savier menatap bingung.

"Steela adalah nama yang di berikan ibu asuh Auri. Juga nama yang sudah nyaman ia gunakan." Jelas Satrio pada anak tertuanya.

"Kami juga berencana mengganti namanya menjadi 'Auristeela' Bagaimana pendapatmu, Savier?"

Savier mengangguk setuju. "Ya, itu indah."

Tangan Savier meraih jemari Steela yang berada di atas meja lalu mengecupnya lembut.

***

Steela keluar dari kamar mandi, dengan perasaan segar. Gadis itu memasuki ruang ganti dan memasang piyama yang diberikan oleh Anne.

"Oh!" pekiknya terkejut, Farren menatapnya penuh selidik.

"Kenapa lama sekali? Farren hampir menerobos saat mengira kau tenggelam." Terdengar lagi suara dari arah meja riasnya. Savier.

Farren mendengus sebal, "Kau yang membuatku takut." ujarnya tak terima.

Savier tidak menjawab, ia mendekat dan langsung mengangkat Steela di pundaknya hingga gadis itu memekik, tubuhnya didudukkan di atas pagar balkon dengan tangan Savier yang menahan punggungnya dengan kuat.

Angin malam berembus kencang membuat Steela dapat melihat jelas wajah kakaknya.

"Kakakku tampan sekali." pujinya dengan wajah terpesona, membuat Savier terkekeh dan mengecup kening adiknya.

Tangannya menarik pelan hidung sang adik, "Kau juga sangat cantik. Siapa yang tidak akan terpesona?"

Seakan tersadar dengan ucapannya, Savier memandang Steela lekat. "Siapapun pria yang dekat denganmu, harus menghadapiku terlebih dahulu, mengerti?" anggukan Steela membuat Savier tersenyum hangat.

Sebelum hari ini ia sangat jarang untuk tersenyum, menurutnya senyum hanya membuang tenaga. Namun sekarang, hanya dengan melihat wajah adiknya, ia bisa dengan mudah melengkungkan bibirnya.

"Berduaan saja, berlima kan lebih seru!" Savier menghembuskan nafas berat, kepalanya berbalik mendapati ketiga adiknya yang lain sudah duduk santai di kasur, menatap mereka dengan jahil.

Mereka berlima berpindah untuk menonton film bersama lalu tidur dengan berdesakan di kamar milik gadis itu.

Steela di kasur sedangkan kakak-kakaknya dapat terlihat tertidur di sofa ataupun terlelap di lantai.

Anne masuk ke dalam dan terharu melihat keharmonisan anak-anaknya, ia memberi semuanya selimut dan memperbaiki tidur mereka agar lebih nyaman, lalu mengecup keningnya satu-persatu.

Anne lalu menghampiri sang suami yang ikut tersenyum dan berdiri tidak jauh darinya, wanita paruh baya itu langsung masuk ke dalam pelukan Satrio yang mengecup kepalanya dengan sayang.

"Semoga kebahagiaan selalu menyertai keluarga Bagaskara."

***
26-01-2020

Possesive Brothers [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang