—————
Playlist : See You Again - Wiz Khalifah; Charlie Puth
—————
"Auristeela!"
Steela tersadar dari lamunannya. Menyadari guru di depannya yang sudah berkacak pinggang dengan tatapan tajam.
Kepalanya menunduk malu saat kedapatan tidak memperhatikan pelajaran, sekarang perhatian seluruh kelas terarah padanya.
"Tolong fokus pada materi yang saya bawakan." Steela mengangguk dengan wajah memerah, guru tersebut kembali menerangkan.
"Lagi banyak pikiran?" Steela menoleh pada teman sebangkunya, ia mengangguk pelan dan kembali melihat papan tulis.
Tanpa disadarinya, seorang siswi terus menatap ke arahnya dengan tatapan benci.
Suatu saat gue bakal buat lo menderita! Batin siswi itu.
***
"Kami pulang!" Teriakan Aksa menggelegar ke seluruh penjuru rumah membuat Arkan menatapnya sinis, Steela terkikik geli akan kebiasaan aneh kakaknya itu.
Gadis itu membuka pintu kamarnya dan menaruh tas di pinggir kasur, tubuhnya ia hempaskan membuat tempat tidurnya bergoyang.
Steela membalikkan tubuh hingga ia dapat melihat dengan jelas bingkai foto di atas nakasnya. Tanpa sadar, setitik kristal bening keluar dari netra coklatnya.
Disana terdapat fotonya bersama sang ibu angkat, Mira. Pikiran Steela berkelana memutar potongan memori yang dulu keduanya lalui, suka dan duka mereka jalani dengan tegar.
Steela tahu sejak dulu kalau Mira bukanlah ibu kandungnya, dan ia sama sekali tak mempermasalahkannya.
Tangannya meraih bingkai tersebut dan mendekapnya erat, menyalurkan segala kerinduan yang dipendamnya terhadap sosok penyemangat hidupnya, serta sosok yang selalu menemani hari-harinya.
Saat ini Steela begitu ingin menceritakan kepada Mira yang dilaluinya, mencurahkan seluruh isi hatinya. Hanya ia dan sang ibu. Seperti dulu.
Ketukan di pintu membuat Steela segera menghapus air matanya dan membuka pintu kamarnya.
Terpampanglah wajah kakak ketiganya, Arkan. Lelaki itu awalnya tampil dengan cengiran di bibirnya, namun setelah melihat mata merah adiknya ekspresinya langsung berubah.
"Hei, kau kenapa?" tanyanya khawatir, tangannya mengusap bulu mata sang adik yang terasa basah.
Arkan menangkap bingkai foto yang tergeletak di tempat tidur adiknya, ia bisa melihat dengan jelas foto wanita disana dan itu membuatnya mengerti.
"Bersiaplah, kakak ingin mengajakmu ke suatu tempat." Arkan mengecup pipi Steela lalu berjalan kembali menuju kamarnya.
Steela hanya menuruti kakaknya, ia membasuh tubuhnya yang berkeringat dan memakai pakaian santai. Sudah ada Arkan yang menunggu sambil bermain ponsel di pinggir kasurnya.
"Sudah?" Steela mengangguk, ia mengikat rambut lalu Arkan menarik tangannya menuju garasi.
Arkan ingin mengambil kunci mobil tapi Steela lebih memilih naik motor.
Awalnya, Arkan tidak setuju dengan alasan takut terjadi apa-apa. Hingga Steela menatapnya memohon membuat Arkan tak tega.
"Pegangan yang erat!" Steela mengangguk dari balik punggungnya, motor sport Arkan pun melaju cepat meninggalkan pekarangan rumahnya.
Gadis itu menikmati angin yang menerpa wajahnya, tetap bertanya dalam hati kemana kakaknya itu akan membawa dirinya.
Motor Arkan itu melambat saat mencapai area pemakaman yang tak asing. Saat mereka turun, Steela menatap kakaknya tidak percaya.
"Pergilah, Princess. Kakak akan menunggu disini." Arkan tersenyum menenangkan, Steela memeluknya erat dan berterima kasih sebelum pergi menuju gundukan tanah yang ia kenali.
Arkan menatapnya dari jauh sambil tersenyum. Ponselnya berdering nyaring dan terlihat nama Aksa disana, Arkan mengangkatnya dengan malas.
"Hm."
"Lo dimana?"
"Lagi nemenin Auri." Matanya terus memperhatikan gerak gerik sang adik.
"Kemana?"
"Kepo lo."
"Ah gak seru, gue ngambek nih."
"Najis, kayak cewek aja." Aksa menggerutu di seberang sana.
"Yang penting mom bilang kalo lo sama Steela harus ada pas makan malam."
"Kenapa?"
"Kepo lo." Aksa cekikikan puas.
Arkan mematikan sambungan sepihak dan menggeram kesal. Ia menyandarkan tubuhnya di motor besarnya, hingga akhirnya adiknya itu datang dengan mata bengkak.
Arkan membantunya naik sebelum mereka kembali berkendara. Walau penasaran, ia tak mau bertanya dan membuat adiknya itu tidak nyaman.
Selama perjalanan, Steela terdiam. Tapi tak urung pikirannya saat ini jauh lebih tenang dibanding sebelumnya.
Gadis itu juga bersyukur Arkan tidak bertanya macam-macam. Sungguh, ia sama sekali tidak ingin membahasnya.
Savier sedang berada di teras, mendengar deruman motor ia mengernyit melihat Arkan dan Steela yang baru datang.
"Kau mengajak Auri naik motor?" Savier bertanya menyelidik, Arkan tahu bahwa Savier akan memarahinya habis-habisan.
"Aku yang minta, Kak." Arkan menghembuskan nafas lega saat Steela menyelamatkannya.
Savier berbalik dan menatap Steela tidak suka. Tapi sekali lagi, ia tidak mungkin bisa marah pada adik kecilnya itu. Lengannya mendekap Steela sedangkan Arkan sudah masuk duluan.
"Jangan lagi, Princess. Kakak tidak ingin kau kenapa-napa." Steela sedikit merutuki sifat protektif Savier tapi ia sadar kakaknya itu hanya ingin keselamatan dirinya.
"Baiklah, Kak Savi."
***
"Besok malam, kita akan mengadakan pesta." Satrio berujar diikuti anggukan Anne.
"Pesta untuk?" Aksa bertanya penasaran. Pasalnya, mereka jarang membuat pesta kecuali untuk sesuatu yang penting.
"Ini untuk pengangkatan kakakmu sebagai CEO menggantikan Daddy," Anne menjeda sejenak. "Dan untuk memperkenalkan Steela kepada publik."
Farren, Arkan dan Aksa mengangguk mengerti. Sedangkan Savier, lelaki itu sudah tau tentang hal ini.
"Aku?" Steela bertanya bingung,
"Iya, sayang. Kami ingin semua tahu tentangmu karena kau tidak pernah di liput." Jelas Satrio.
Steela agak gugup sekarang, ia tidak pernah suka menjadi pusat perhatian. Tapi ia harus menghargai usaha Mommy dan Daddy-nya.
***
22-03-2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Brothers [COMPLETED]
Teen Fiction[BEBERAPA PART DI PRIVATE, FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!]⚠️ Terkadang, sebuah 'kebetulan' hanyalah takdir yang sedang menyamar; Steela hanyalah gadis biasa dengan kehidupan normal. Hidup dengan ibu angkatnya dan bersama-sama bekerja keras demi menjalani...