—————
Playlist : Yummy - Justin Bieber
—————
Anne memandang Mira dengan bingung, wanita itu tersenyum miris sambil bergerak menggenggam tangan Anne.
"Ada penyakit yang menggerogoti tubuh saya." Anne terkesiap mendengarnya.
"Awalnya saya takut, bagaimana nasib Steela jika suatu saat nanti saya akan pergi meninggalkannya sendiri?" Mira memandang Anne lekat.
"Tapi sekarang saya tidak perlu khawatir lagi. Karena dia telah menemukan keluarga aslinya, tempat yang bisa ia sebut rumah."
Kali ini, isakan wanita itu mulai terdengar pilu. "Dan saya yakin, kalian bisa menjaga Steela lebih baik dari yang selama ini saya lakukan."
"Saya mohon, jaga anak itu jika saya tak ada lagi." Mira tersedu di hadapan Anne yang langsung memeluk tubuhnya.
"Tentu saja, kami berjanji akan menyayangi Steela dengan sepenuh hati." Anne memeluk Mira dan ikut menangis.
Steela hampir jatuh terduduk mendengar perkataan kedua wanita itu. Ya, dia mendengar semuanya.
Tadinya, ia ingin bertanya tentang suatu hal. Tapi karena rasa penasarannya, gadis itu menguping pembicaraan dan berakhir mengetahui fakta menyakitkan.
Dadanya terasa sangat sesak, ia menutup mulutnya agar tidak ada isakan yang lolos dari sana.
Hatinya sakit, sungguh. Ia tidak penah menyangka selama ini ibunya hidup bersama penyakit mematikan.
Steela bisa merasakan pelukan hangat yang membalut tubuhnya, serta usapan menenangkan dan jemari yang menghapus air matanya lembut.
"Shh.. aku disini, tak apa. "Steela mengeratkan pelukannya pada sang kakak, mencoba mencari sandaran.
Farren mengecup puncak kepalanya lama, dan Steela pun akhirnya mengangkat kepalanya yang membuat mata keduanya bertemu.
"Steela sayang kakak." Farren tersenyum lebar, ia mencium seluruh permukaan wajah gadis itu.
"Kakak juga menyayangimu, Auri." Mereka kembali berpelukan sebelum teriakan Anne mengejutkan keduanya.
Farren dan Steela berlari menghampiri Satrio yang menenangkan Anne dengan Mira di dekapan wanita itu.
Mata Steela melebar melihat darah yang keluar dari mulut ibunya. Dengan panik, ia menghampiri dan langsung memeluknya dengan sangat erat.
Bibirnya gemetar, "Ibu, jangan tinggalkan Steela.." Mira yang melihat hal itu memegang pipi Steela lalu tersenyum,
"Jaga dirimu, Steela. Itu permintaan terakhirku. Ibu mencintaimu." Dan dengan itu Mira menghembuskan nafas terakhirnya.
Steela yang menyadarinya langsung mengguncang tubuh tak bernyawa ibunya dengan panik,
"Ibu, jangan pergi!!" Steela berteriak histeris. ketiga orang lainnya hanya bisa tertunduk melihat perpisahan itu.
"Tidak.." gadis itu mengelus pipi dingin sang ibu yang masih berlinang air mata.
***
Hujan gerimis turut mewarnai perasaan orang-orang yang tengah berkumpul di depan gundukan tanah.
Steela masih memeluk makam sang ibu asuh dengan tangisan. Kakaknya setia menunggu dan memayungi dirinya sedangkan Satrio membawa Anne masuk ke mobil.
Keempatnya sudah menyerah membujuk sang adik sehingga mereka memilih menunggu, Savier mengelus punggung Steela membuat gadis itu menoleh.
"Ibumu akan ikut sedih melihatmu seperti ini, Princess.." Bujuknya.
Savier juga sudah tidak sanggup mendengar tangisan Steela, begitu juga kakaknya yang lain.
Deringan ponsel Savier membuat lelaki itu pamit sebentar untuk mengangkatnya.
"Steela!"
Semuanya berbalik mendapati remaja lelaki mendekat. Dibelakangnya terlihat seorang gadis juga sepasang suami istri.
"Kak Aiden." Orang itu mendekat dan memandang Steela dengan campur aduk.
Kening Aiden berkerut, "Apa yang terjadi pada tante Mira?" Steela kembali menjelaskan, mencoba menahan tangisannya.
Melihat itu, Aiden langsung menarik gadis itu ke pelukan dan menepuk pundaknya menguatkan. Steela hanya bisa sesenggukan dipelukan lelaki yang sudah ia anggap kakak.
"Ekhem!"
Terdengar suara dehaman yang berasal dari orang tua Aiden dan Risa. gadis itu melepaskan pelukannya dan memusatkan perhatian pada mereka.
"Steela, kami turut berduka cita atas apa yang terjadi." Kini sepasang suami istri itu menatapnya dengan penuh simpati.
"Siapa mereka, nak?" Setelah berterima kasih, Steela menjawab bahwa mereka adalah keluarganya.
Aiden yang baru sadar kehadiran Farren menatap dengan bingung. Begitu pula Risa yang memandang tidak berkedip pada Aksa—yang dibalas acuh oleh lelaki tersebut.
"Semoga kebahagiaan selalu menyertai kalian semua." Steela berterima kasih sekali lagi.
"Ayo kita pulang!" Terdengar suara Satrio yang memanggil dari kejauhan.
Pria itu mendekat dan menemukan ayah dari Risa dan Aiden. Awalnya, pria itu kaget kemudian saling membungkuk secara hormat membuat Steela mengernyit bingung.
"Sudah waktunya pulang, Auri. Barangmu sudah dikemas."
Steela mengangguk paham dan berpamitan pada keluarga Aiden. Ia juga memberi sekilas tatapan terakhir pada kuburan sang ibu sebelum mobil bergerak menjauh.
***
Diperjalanan, Steela tertidur di pundak Arkan. Matanya sedikit membengkak karena terlalu banyak menangis.
"Kau tidak sendirian, Princess.." Farren berbisik sambil menatap adiknya, "Kau tidak akan pernah sendiri."
"Ada Mommy, Daddy, Savier, Arkan, Aksa, dan tentu saja, aku. Kami akan menjagamu mulai sekarang. Menjadi tamengmu dari dunia luar. Karena kau hidup kami, sosok terpenting bagi kami." Farren tersenyum lembut.
Ia berucap syukur dalam hati kepada tuhan yang telah memberikan mereka kepercayaan untuk kembali menjaga sang adik.
Satrio dan Anne memperhatikan interaksi tersebut dan merasa bahagia.
Anne akan memegang janjinya pada Mira bahwa Steela akan aman dan bahagia bersama mereka, Keluarga Bagaskara.
***
04-02-2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Brothers [COMPLETED]
Teen Fiction[BEBERAPA PART DI PRIVATE, FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!]⚠️ Terkadang, sebuah 'kebetulan' hanyalah takdir yang sedang menyamar; Steela hanyalah gadis biasa dengan kehidupan normal. Hidup dengan ibu angkatnya dan bersama-sama bekerja keras demi menjalani...