POSSESIVE BROTHERS | Part 31

48.3K 3.4K 14
                                    

—————

Playlist : In The Name Of Love - Bebe Rexha
—————

     "Masuk!"

Mendengar sahutan tersebut, Farren, Arkan dan Aksa melangkah dan menemukan seorang lelaki sedang duduk tanpa melepaskan pandangannya dari layar komputer.

Ketiganya memandang dengan sedih kakak tertuanya, Savier.

Keadaan mereka setelah Steela menghilang memang bisa dikatakan tidak baik.

Tapi Savier, tidak pernah lagi ada tatapan hangat darinya juga lengkungan senyum di bibirnya yang kembali musnah.

Semua itu dikarenakan Steela, matahari mereka.

Savier masih fokus membaca laporan perusahaan di depannya. Semenjak menjabat sebagai CEO, ia disibukkan dengan masalah seputar bisnis. Tapi itulah yang disyukurinya. Setidaknya hal itu bisa membuatnya sejenak melupakan Steela.

Hatinya kembali terasa nyeri mengingat hal tersebut.

     Fokusnya berpindah ke arah ketiga adiknya yang terus menatapnya, "Ada apa?"

Farren tersadar dan berjalan mendekat, diikuti oleh Arkan dan Aksa.

     "Savier, kau.. mengenal Brandon?"

Tubuh lelaki itu menegang dengan segera, rahangnya mengeras dan pandangannya menajam. Matanya tak lagi fokus menatap rangkaian kata di layar komputer.

     "Apa yang kau bicarakan?" ucapnya dingin.

Farren, Arkan dan Aksa menelan ludah menghadapi perubahan sikap drastis sang kakak.

     Farren menghembuskan nafasnya pelan dan kembali mengumpulkan keberaniannya, "Brandon, aku membicarakan Brandon."

Savier masih menatap adiknya itu dengan menusuk, tapi itu tetap tidak menyurutkan keingintahuan Farren.

     "Aku tau kau mengetahui sesuatu, Savier." sahutnya balas menatap tegas.

     Setelah agak lama, Savier menghembuskan nafas berat. Lelaki itu menatap Arkan dan Aksa, "Kalian keluar."

     Awalnya kembaran itu ingin protes, sebelum dihentikan oleh Farren. "Keluarlah."

Akhirnya dengan berat hati Arkan dan Aksa menuju pintu keluar. Meninggalkan Farren dan Savier berdua disana.

     "Darimana kau tahu tentang Brandon?" Suara berat itu mengisi keheningan di ruangan tersebut.

     "Aku tidak sengaja mendengarnya saat kau saat berbicara dengan Daddy."

     Savier memandangnya, "Kenapa kau ingin tahu? Ini sama sekali bukan urusanmu."

     "Tentu saja ini urusanku, Steela terlibat di dalamnya!"

     CEO muda itu menggertakkan gigi, "Jangan bercanda!"

     "Demi tuhan, aku serius! Semua permasalahan ini, mengarah pada nama tersebut."

     Savier mengerutkan keningnya, "Bagaimana bisa?"

     "Kau tau Aiden?"

     "Ya, sahabatmu itu."

     "Dia adalah Brandon."

     Lelaki itu terkekeh sinis sambil menatap Farren tajam, "Aku tak punya waktu untuk leluconmu."

     "Aku serius, Savier!"

     Savier memijat pelipisnya, "Ceritakan apa yang kau ketahui, dan aku akan menceritakan apa yang kuketahui."

Farren mengangguk setuju, ia mulai bercerita semua yang didengarnya dari Risa, merasa penasaran dengan reaksi Savier yang tidak terlalu terkejut.

     "Hah.. aku tidak menyangka orang yang selama ini kucari ternyata sahabatmu." ia terlihat frustasi.

     Farren terdiam sebentar, "Sekarang ceritakan bagianmu."

Savier berpikir sejenak, lalu mulai bercerita kejadian 11 tahun lalu. Cerita kelam yang selalu berusaha ia lupakan.

Flashback

Savier kecil tersentak saat suara lantang mengganggu kegiatan membacanya.

     "Apa yang kau bicarakan?!"

     Sekarang, suara pria yang ia kenali ikut terdengar, "Berhenti berpura-pura, kau pikir aku tidak tau pelaku penggelapan dana perusahaanku?!"

Savier saat itu masih berumur 10 tahun. Di umurnya yang masih belia, ia sudah dikaruniai pikiran yang lebih dewasa dibanding anak seumurannya.

     "Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan, tuan Bagaskara."

     "Oh, aku tau kau mengerti. Dan kurasa kau juga tahu apa yang biasanya kulakukan kepada penghianat sepertimu."

Nada suaranya dingin membuat pria yang disebut 'penghianat' itu langsung pias.

     "Baiklah, baiklah! Aku mengaku salah, kumohon beri aku satu kesempatan lagi.." Nada suara itu terdengar pasrah.

Savier melangkahkan kaki pendeknya dan mengintip dari sela-sela ruang kerja sang ayah.

     "Aku tidak pernah memberi toleransi pada orang sepertimu." Suara tegas itu membuat pria yang mendengarnya tercekat.

     Ia berlutut dan menundukkan kepalanya, "Kumohon!" Pasrahnya.

Satrio berdecih pelan dan memanggil penjaga untuk mengusir pria itu. Savier segera menyingkir saat pria itu melewatinya.

     "Savier, masuklah." Sahutan itu membuatnya melangkah dengan pelan menuju Satrio.

     "Kau mendengarnya, huh?" Anak kecil itu tersenyum kikuk karena ketahuan sudah mengintip.

     "Tak apa, suatu saat nanti kau jugalah yang akan memimpin perusahaan ini. " Satrio menyentuh kepala anaknya, "Dan itu salah satu contoh bagaimana kau memusnahkan penghianat." Savier mengangguk mengerti.

     "Menurutmu, apa yang harusnya Daddy lakukan untuk sampah sepertinya?"

Savier yang mendapati pertanyaan seperti itu berpikir lama, senyuman samar terbit di bibirnya.

     "Hancurkan."

Satrio langsung tersenyum lebar dan menatap anak tertuanya dengan bangga.

     "Pintar sekali."

Satrio berjalan pelan sambil menggandeng tangan Savier kecil, mengajaknya pergi.

***
12-04-2020

Possesive Brothers [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang