—————
Playlist : Can We Kiss Forever - Kina
—————
Kelima saudara itu berkumpul lagi malamnya di kamar si kembar. Farren dan Arkan berteriak heboh sambil memegang stick PS masing-masing, sedangkan Aksa sibuk bermain ponsel.
Savier dan Steela duduk berdampingan, Savier mengusap surai Steela membuat gadis itu sedikit mengantuk.
"Bagaimana sekolahmu hari ini?" tanyanya, dengan tangan yang terus bergerak.
"Baik.." Steela menjawab pelan, matanya mulai memberat.
"Apa ada yang menganggumu?" Seakan tidak puas, Savier bertanya lagi.
Kantuk Steela sontak menghilang, perasaan gugup memenuhi dadanya, bersamaan dengan saudaranya yang lain.
Farren dan Arkan tetap bermain PS tapi fokus mereka kini berpindah untuk mendengar pembicaraan kedua orang itu. Begitupun Aksa, meski matanya menatap ke arah ponsel, jantungnya berdegup menunggu jawaban Steela.
"T-tentu tidak!" Steela merutuki suaranya yang tersendat, untungnya ia sedang tidak bertatapan dengan Savier yang pasti bisa membaca kebohongannya.
"Kau yakin?" intonasi Savier berubah mendesak.
"Iya, Kak. Kalau ada yang berani menggangguku, aku akan membalasnya!" Steela mengangkat kepalan tangannya.
"Oh ya?" Savier tersenyum jahil.
"Coba, pukul aku!" Steela terkejut mendegar permintaan Savier, tapi tak urung ia lakukan. Tinjunya menghantam lengan atas kakaknya yang ternyata sangat keras.
"Kau sebut itu pukulan?" Savier terkekeh geli melihat Steela meringis kecil, lengannya seperti digelitik.
"Lengan kakak terlalu keras." Steela mengeluh, tak terima dikatakan lemah secara tidak langsung.
"Itu disebut otot, Princess." Savier mencium gemas puncak kepala adiknya. Membuat Steela sedikit lega karena sepertinya Savier sudah melupakan pembicaraan mereka tadi.
Savier kembali mengusap rambut Steela yang terasa halus di tangannya sampai ia merasakan hembusan nafas yang teratur di pelukannya.
Tanpa disadari siapapun, tangan lelaki itu terkepal marah namun dengan mata yang masih menatap tenang.
"Farren." Yang dipanggil hanya menggumam dengan jari yang terus bergerak di stik PS.
"Lelaki yang tadi kau bicarakan di meja makan," Farren akhirnya menoleh pada sang kakak.
"Urus dia."
***
Steela memasuki kelasnya dengan langkah pelan, tak sedikit pandangan sinis yang membuat gadis itu menunduk takut.
Pemilik netra hazel itu menyunggingkan senyum melihat teman sebangkunya, "Selamat pagi." sapanya.
Sang lelaki berbalik dan balas menyapa, "Em.." Mendengar gumaman Steela, ia menaikkan sebelah alisnya.
"Saat pulang sekolah, cepatlah keluar kelas." ucapnya gugup. Tadi malam ia masih bisa mendengar suara Savier walaupun samar.
"Kenapa?" Alisnya menyatu menatap gadis di depannya yang terlihat grogi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Brothers [COMPLETED]
Teen Fiction[BEBERAPA PART DI PRIVATE, FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!]⚠️ Terkadang, sebuah 'kebetulan' hanyalah takdir yang sedang menyamar; Steela hanyalah gadis biasa dengan kehidupan normal. Hidup dengan ibu angkatnya dan bersama-sama bekerja keras demi menjalani...