—————
Playlist : Dangerous Woman - Ariana Grande
—————
"Risa?" Savier mengernyit menatap Aksa yang bungkam. "Kau pernah menjalin hubungan dengan perempuan itu?"
"Tunggu dulu, bukannya kau kenal baik dengan Risa? kau pernah bekerja kan dirumahnya?" Farren bertanya pada Steela.
"Ya, aku memang pernah bekerja disana. Tapi hubungan kami tidak bisa dikatakan baik, aku hanya berteman baik dengan kak Aiden.." Steela teringat masa-masa dimana ia dulu bekerja bersama ibu angkatnya.
Risa sering sekali meliriknya sinis, dan Steela tentu tau bahwa gadis itu tidak menyukainya.
Sejenak, keheningan mendominasi disana.
"Begini saja," ucapan Farren membuat yang lain memperhatikannya. "Aku akan datang rumah Aiden, dan mencoba mencari tahu sesuatu." usulnya.
Arkan mengangguk menyetujui, "Itu ide yang bagus mengingat kau adalah sahabatnya."
"Tapi Aiden bilang bahwa Risa sedang sibuk mempersiapkan diri untuk melanjutkan pendidikan di Australia." gumam Farren sambil memegang dagunya.
Savier mengangkat bahu, "Tidak ada salahnya mencoba."
"Aku boleh ikut?" seru Steela membuat Farren membuka mulutnya hendak menolak, tapi anggukan Savier memotongnya.
"Tentu, kalian berdua bisa pergi."
"Semoga berhasil." Lelaki itu menepuk pundak Farren pelan dan melangkah pergi.
***
Farren dan Steela berada di pintu depan rumah Aiden, Farren menekan bel hingga muncul seorang wanita paruh baya dengan seragam.
"Ada keper— Steela?!" Wanita itu memandang dengan terkejut, Steela tersenyum lebar. Ia meraih tubuhnya dan memeluknya erat.
"Bagaimana kabarmu, Bibi?" tanyanya setelah pelukan mereka terlepas, wanita itu masih terlihat tidak percaya.
"Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu? Oh astaga, aku sudah lama tidak mendengar kabar darimu."
Steela tersenyum, "Aku juga baik bi, kami berdua—"
Pandangannya akhirnya berpindah pada seorang lelaki yang memperhatikan mereka berdua.
"Siapa yang datang bersamamu?"
"Dia kakakku, Bi. Kami kesini untuk bertemu dengan kak Aiden," Wanita itu mengangguk paham.
"Silahkan masuk." Pintu itu akhirnya terbuka lebar membuat Farren dan Steela melangkah.
Farren sibuk melihat-lihat sedangkan Steela hanya tersenyum mengingat memori dulunya bersama sang ibu disini.
"Dek Aiden sedang berada di taman belakang."
"Dek?" Farren sedikit terkikik geli akan panggilan tersebut, sampai Steela menarik lengannya pergi.
Disana mereka bisa melihat taman kecil yang ditumbuhi rerumputan dan bunga hias yang ditata sedemikian rupa.
Terlihat juga seorang pemuda yang duduk membelakangi mereka. Dilihat dari postur tubuhnya, itu sudah pasti Aiden.
Steela berniat menyapa tapi Farren mengisyaratkan sambil menempel jari telunjuknya dibibir, Steela terkekeh mengerti dan mereka mendekat secara perlahan.
Farren sudah bersiap untuk mengagetkan sahabatnya itu sebelum mendengar suara kekehan dari mulut Aiden.
"Kayaknya lo senang banget bisa ngelabuin mereka?" Farren terdiam begitupun Steela.
Tapi tanpa menunggu, Farren segera menepukkan tangannya dibahu Aiden membuat lelaki di depannya terlonjak.
"Shit!" Umpatan itu membuat Farren tertawa keras, Aiden yang melihatnya sedikit terkejut dan sedikit kesal.
"Sial, sejak kapan lo disini?!" Aiden menggerutu sambil memutuskan panggilan, ia berbalik menghadap sahabatnya itu.
"Gue udah disini pas lu nelfon." jawab Farren santai, berbanding terbalik dengan Aiden yang terlihat tegang.
"Lo denger percakapan gue tadi?" Steela sedikit aneh mendengar nada suara Aiden yang terdengar menuntut, memangnya apa yang lelaki itu bicarakan di telfon?
"Tadi? Gak tuh." Raut wajah Aiden mengendur, Farren segera mengambil tempat disamping sahabatnya itu dan ikut menarik Steela.
"Lo ngapain kesini?" Aiden bertanya ringan, menampilkan senyum kecil yang selalu terpatri di wajahnya.
"Adik lo mana?" Aiden menatap wajah Farren, lalu menghela pelan.
"Dia lagi ngurus surat kepindahannya ke Australia. Kenapa? Tumben amat nanya." Farren menggeleng, enggan memberitahu alasan sebenarnya.
"Oh iya, Steela.." Aiden menatap sendu gadis itu.
"Ya, Kak?"
"Gue mau minta maaf atas nama adik gue," Aiden berucap penuh sesal, ia mengetahui dari Farren bahwa Risa mengganggu Steela dan ia merasa bersalah.
Steela menyengir pada lelaki yang sudah ia anggap kakak itu, "Sebelum kakak minta maaf pun, aku udah maafin Risa karena dia udah aku anggap saudara aku sendiri." Mendengar itu, Aiden tersenyum lega dan mengangguk.
Farren juga menatap adiknya bangga, ia mencium pipi Steela hingga sang empu tersenyum lebar.
"Kakak menyayangimu," Farren mengelus lembut surai Steela.
"Aku juga sayang kakak!" jawab gadis itu semangat membuat Farren mencubit pipinya gemas.
Interaksi itu tidak luput dari penglihatan Aiden, ia memperhatikan keduanya sambil menyunggingkan senyum.
***
18-03-2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Brothers [COMPLETED]
Teen Fiction[BEBERAPA PART DI PRIVATE, FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!]⚠️ Terkadang, sebuah 'kebetulan' hanyalah takdir yang sedang menyamar; Steela hanyalah gadis biasa dengan kehidupan normal. Hidup dengan ibu angkatnya dan bersama-sama bekerja keras demi menjalani...