XIII

3K 139 1
                                    

Aku bingung harus bagaimana lagi , terus berjalan takut semakin jauh dan semakin tersesat. Berhenti saja juga tidak membawa perubahan apapun. Aku memutuskan untuk berjalan beberapa menit lalu kembali berhenti ketika menyadari bahwa langkahku hanya membawaku semakin jauh. Aku bukan pengingat yang handal , apalagi sepanjang perjalanan tadi aku tak sempat melihat-lihat sesuatu yang bisa menjadi penanda lokasi ku tadi.

" Dek dek , maaf ... " Aku menghentikan seseorang yang baru saja melintas di hadapanku. Seorang anak laki-laki yang entah mengapa jam segini masih keluyuran." Arah ke Malioboro kemana ya ? "

" Waduh , nyasar mbak ?? "

" Iya dek , tolong ya ! "

" Duet sek tho mbak " anak itu menengadahkan tangannya. Ya ampun masih sempat-sempatnya malakin orang nyasar.

Aku langsung merogoh saku dan memberikan selembaran uang lima puluh ribu padanya , aku tak punya pilihan lain karena hanya anak itu harapanku satu-satunya. Untungnya sebelum pergi jalan-jalan aku sempat meminta uang pegangan pada Reino.

" Akeh tenan iki mbak, mantoll ! " Ujarnya dengan senyum sumringah yang terpampang nyata di wajahnya. " Rungoke yo mbak , iki lurus sitik , Terus pertigaan ngiri , barkui lurus bae ngetut no dalan. Lha kui ono dalan gede belok kanan , wes jebul  Malioboro maneh ! "

" Oke , kiri lurus kanan! " Kataku lirih sambil berusaha mengingat-ingat setiap kalimatnya. " Makasih ya dek "

" Siap , podo-podo mbak ! "

Aku berbalik arah mengikuti arahan bocah tadi sambil terus melantunkan arahannya.

" Pertigaan kanan ! " Ujarku ketika menemukan pertigaan. Aku lurus lagi mengikuti jalan seperti perintah bocah itu. Tapi apa yang terjadi ?? Di ujung jalan hanya terdapat sebuah dinding besar yang berarti adalah jalan ini buntu !! OmG , Aku pasti di kerjaiin ! Sia-sia sudah uang 50 ribu yang aku keluarkan. Dasar Bocah tengik !

Aku hanya bisa pasrah , tak tau lagi harus bagaimana. Kakiku juga rasanya sudah sangat lemas karena berjalan terus-menerus. Aku jongkok karena rasanya emang udah terlalu capek , ku tenggelamkan kepalaku diantara lutut kemudian ku dekap dengan kedua tanganku. Mataku mulai berkaca-kaca , ya ampun aku memang manja banget yaa ternyata ... Gini aja nangis. Betul kata Reino tadi.

" Nay ! " Sayup-sayup aku mendengar sebuah suara memanggilku , Seperti Suara Reino.

Halu banget sih Aku , giliran susah aja langsung inget sama Reino ! Coba kalau nggak gini ? tiap ketemu bawaannya berantem terus , marah-marah terusss !

" Naya ! "

Suara itu makin jelas dan aku pun tersadar bahwa itu benar-benar nyata. Reino memanggilku , dia ada disini !!! Aku menoleh , sejurus kemudian berdiri ketika mendapati Reino memang ada disini dan dia sedang berlari kearah ku.

Reino langsung memeluk tubuhku dengan erat , ini lebih seperti menubruk tubuhku karena rasanya cukup keras. Dan air mata yang tadi sempat aku tahan kini mengucur dengan derasnya, dasar cengeng !

Adegan ini sangat mirip ending film-film romantis yang lagi kerjar-kejaran di bandara atau stasiun. Bedanya , ini terjadi disebuah jalan buntu.

" Nay , kamu nggak papa kan ?! " kedua tangan Reino menggenggam pundakku , matanya seperti sedang memeriksa kelengkapan anggota tubuhku dari ujung kaki hingga rambut.

Aku hanya menggeleng , sembari mengusap air mataku.

" I'm so sorry Nay, Sorry ! " Reino memeluk lagi tubuhku. Dia terlihat sangat menyesal dan bersungguh-sungguh meminta maaf padaku , dan sebenarnya aku juga sangat menyesal karena kecerobohan ku aku sampai tersesat begini.

Jodoh Ditangan Oma (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang