IV

3.6K 179 1
                                    

" Bosen nggak sih ketemu terus ? " Aku menatap Reino , ku harap dia merasakan apa yang aku rasakan saat ini.

Malam itu setelah acara makan  selesai , seperti biasa Bunda dan yang lainnya selalu saja mencari cara agar aku bisa berduaan dengan Reino. Kali ini akal-akalan Oma , awalnya ia mengajakku dan Reino duduk berdua di halaman belakang rumah namun ditengah percakapan yang Oma bangun , dia meninggalkan kami dengan alasan mau ke toilet sebentar. Tapi ini udah 10 menit dan Oma belum juga kembali , dan Fix ini emang akal-akalan dia aja sih.

" Sekalian belajar , nanti kalau udah nikah juga bakal ketemu terus " Jawab Reino dengan santai , dia duduk bersandar di kursi sambil menatap langit. Entah apa yang sedang ia nikmati , langit malam itu gelap nyaris tak ada bintang satupun.

" Eh ! " Aku protes , tak terima dengan apa yang Reino katakan . Sudah berulang kali ku katakan padanya bahwa aku akan menggagalkan perjodohan ini bagaimanapun caranya , tapi dia seolah tak peduli dan sepertinya menganggap ucapan ku hanyalah main-main. " Siapa yang mau nikah ?? "

" Kok siapa ? ya kitalah ! " Jawabnya lagi nadanya lebih songong.

" Denger ya ! Sekali lagi aku kasih tau , pernikahan itu nggak akan pernah terjadi ! " Cetus Ku sambil menuding kan jari ke arahnya.

Reino menatapku dan seperti biasa , ekspresinya sangat datar. Dia tak terlalu menanggapi apa yang baru saja aku katakan , mungkin seperti angin lalu baginya. Dia membuatku makin muak dengan tingkah dinginnya , Reino ini memang cowok paling ajaib yang pernah aku temui. Bisa ya punya kepribadian ganda gitu ? Kadang keliatan baik dan kadang nyebelin. Tapi lebih banyak nyebelinnya sih !

Aku langsung bangun dari kursi , lalu pergi meninggalkannya. Lagipula untuk apa lama-lama bersamanya , gak ada faedahnya sama sekali. Reino tetap diam saja , tak menghalangiku atau sebagainya mungkin dia sedang fokus menerawang isi langit malam yang sedari tadi tengah ia tatap. Siapa tau ketemu gambaran jodoh masa depannya , dan pastinya bukan aku !

Tak tau kapan bangkitnya , Reino tiba-tiba sudah memegangi pergelangan tanganku. Aku terkejut dan menghentikan langkahku

" Ditinggalin tuh nggak enak tau ! " Bisiknya ke telingaku kemudian berlalu meninggalkanku.

*****

Aku masih tak mengerti kenapa aku dilahirkan dan di besarkan di kota ini ? Kalau boleh di revisi aku ingin sekali di lahirkan serta di besarkan di daerah pegunungan yang tentunya akan terasa lebih sejuk dan dingin di bandingkan kota Jakarta. Ya , Jakarta hari ini sangat panas ,Suhunya mencapai 37° Celcius. Padahal kulitku tak terpapar sinar matahari secara langsung , namun rasanya seperti terbakar. Tenggorokanku juga terasa sangat kering padahal baru saja aku hujani dengan air mineral sebotol ukuran sedang .

Aku sedang sendirian berjalan menuju kantin , seperti sebatang kara yang tak memiliki teman satupun. Fera menghilang entah kemana , sedangkan Brian aku sengaja tak mengajaknya bersamaku karena aku tengah membagikan undangan ulang tahunku. Aku masih bingung akan mengundang Brian atau tidak ke acara ku itu , karena aku yakin disana pasti akan ada Reino dan keluarganya , namun aku juga tak mau Brian kecewa dan jadi curiga karena tak ku undang di hari sepesial ku.

" Nay !! " Panggil Fera , dia melambai ke arahku. Ku lihat Fera tengah duduk berhadapan dengan Brian yang juga ikut melambai kearah ku.

Fera memang mudah sekali bergaul dan akrab dengan siapapun , tak heran dia bisa sedekat itu dengan Brian. Sejak awal ku perkenalkan Brian dengannya , Fera langsung bisa menyesuaikan diri dengan Brian , obrolan mereka nyambung dan terlihat sangat menyenangkan seperti orang yang sudah lama saling mengenal. Tapi , ya begitulah Fera ... Dia memang mudah sekali berkawan. Tidak seperti aku , yang pemalu. Iya , aku ini sebenarnya pemalu. Apalagi dengan orang yang belum ku kenal , aku cenderung diam ketika mereka tak mengajakku bicara. Awal perkenalanku dengan Fera serta Brian juga karena merekalah yang memulainya. Tipe seperti Brian dan Fera seharusnya sangat mudah untuk mendapatkan pasangan , tapi entah mengapa sampai detik ini Fera masih saja lengket dengan status jomblonya.

Jodoh Ditangan Oma (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang