XXI

4.5K 165 0
                                    

Aku menekuk jemariku sampai menimbulkan bunyi gemletuk, berulang kali aku melakukannya pada ke sepuluh jari-jari tanganku untuk menghilangkan kegugupanku.
Mama serta Bunda sedari tadi melirik curiga kearahku, sepertinya mereka mulai menemukan kejanggalan pada diriku. Aku memang berbohong pada mereka, dengan mengatakan bahwa aku sudah memberitahu Reino tentang acara hari ini, padahal aku sama sekali tak menghubunginya. Mungkin kecurigaan mereka makin kental, melihat Reino yang belum juga tiba hingga saat ini.

" Nay, Coba kamu telfon Reino. Tanya, dia udah sampai mana?!" Perintah Bunda.

Deg.

Aku menggigit bibir bawahku, sambil berfikir untuk menemukan alasan yang tepat agar aku tidak harus melakukannya. Tapi percuma, buntu! Aku tak menemukan ide apapun.

" ee.. Iyaa..bun " jawabku agak terbata.

Aku mengambil ponselku dari dalam tas kemudian berjalan menjauh dari mereka berdua. Sekarang apa yang harus aku lakukan? Pura-pura menghubungi Reino atau benar-benar menghubunginya? Tapi bagaimana kalau kami bertemu nanti? Jujur aku belum siap untuk bertemu dengannya, sekalipun rinduku ini telah meradang.

Aku menempelkan ponselku disamping telinga dalam kondisi Locked. Ku putuskan untuk pura-pura menelfonnya kemudian tak mendapat jawaban. Sepertinya pilihan itu yang paling aman!

Glek!

Tiba-tiba saja ponselku raib dari genggamanku. Aku langsung menoleh, dan terbelalak ketika menemukan Reino berdiri tepat dihadapanku kini.

" Aku disini..." Ujarnya, dia berjalan meninggalkanku untuk menyalami mama dan bunda. Tapi aku masih terpaku ditempat itu karena speachless dengan kehadirannya yang sangat tiba-tiba . Bagaimana dia bisa datang? Sungguh, aku belum memberitahunya tentang acara hari ini!

" Maaf, Reino telat! Tadi ada urusan kantor yang harus Rein selesaikan dulu bun." Jelasnya kemudian duduk bersebelahan dengan Bunda.

Sudah 4 hari aku tak bertemu bahkan tak melihat wajah Reino selain dari Foto-foto kenangan kami semasa di jogja yang sengaja aku bawa kerumah. Jujur aku memang merindukannya, dan pertemuan hari ini sedikit banyak telah mengobati rasa rinduku. Perasaanku mulai kacau, bercampur antara bingung, gugup dan rindu.

Aku memilih untuk duduk di seberang mereka. Tak mungkin aku bersebelahan dengan Reino atau nanti aku bisa mati kutu! Sesekali aku mencuri-curi pandang kearahnya, rasanya ada yang aneh dengan ekspresinya yang terlalu biasa. Terakhir kali kami bertemu, dia sangat marah padaku tapi hari ini dia bersikap layaknya tak pernah terjadi apa-apa diantara kami.

Yah walaupun dia masih tak banyak bicara padaku, hanya sesekali menanyakan pendapatku, mungkin sebagai formalitas saja. Aku juga hanya menganggguk atau sekedar memberikan jawaban " ya/ boleh" yang terus ku ulang karena masih agak canggung menghadapinya.

Kami di sajikan beberapa sample untuk menu utama dan dessert. Reino tak segan-segan mengeluarkan pendapatnya atau mengkomplain makanan yang menurutnya kurang menarik untuk disajikan diacara resepsi kami ~yang sebenarnya tak akan pernah terjadi itu~.
Dia memang kelihatan angkuh, tapi keangkuhannya yang membuat dia lebih berkharisma. Dan aku, hanya duduk manis mencicipi semua menu yang disajikan sambil terus terpesona pada ketegasannya. Lagi pula aku tak terlalu mengerti soal rasa, yang ku tahu hanya sebatas enak dan tidak enak.

Reino mengatur segalanya sesuai kehendaknya , dari dessert hingga menu utama. Sedangkan Bunda dan mama sama Seperti ku, hanya memberikan pendapat mereka atau anggukan-anggukan kecil ketika menyetujui pilihan Reino. Dia bertingkah seolah pernikahan ini akan benar-benar terjadi!

" Iya, aku emang nggak cinta sama Naya "

kata-kata itu tiba-tiba saja menyeruak kedalam telingaku, dan seketika mengganggu ketenangan batinku. Seakan Reino baru saja membisikannya kepadaku!
Aku melirik kearah Reino, dia masih sibuk berdiskusi dengan cheff  yang akan bertanggung jawab penuh pada makanan kami, dan jaraknya cukup jauh dariku. Tapi bagaimana bisa kalimat itu terus terngiang di telingaku dan membuat dadaku terasa makin sesak. Beberapa detik yang lalu aku masih merindukannya dan menikmati pertemuan ini, tapi kenapa sekarang aku jadi muak dan kesal melihat tingkah Reino tanpa berdosa mengatur semuanya seolah pernikahan ini akan benar-benar terjadi!

Jodoh Ditangan Oma (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang