XIX

3K 148 6
                                    

Brakkk!!

Aku membanting pintu kamarku  cukup keras. Kemudian berlari menjatuhkan tubuhku keatas kasur. Aku menangis sejadi-jadinya, melupakan segala perasaan campur aduk ini.

Brian dan Fera telah menjelaskan segalanya padaku, tentang cincin itu, juga tentang kedekatannya dengan Fera selama ini. Belakangan mereka selalu pergi bersama memang karena tengah merencanakan sebuah kejutan kecil untukku, Brian katanya akan melamarku. Semalam pun mereka disana untuk membooking Restoran itu sebagai sentuhan terakhir rencana mereka. Tapi apa? Aku sendiri yang telah mengacaukan segalanya! Dengan entengnya aku mengaku pada mereka bahwa Aku telah menikah dengan Reino. Aku bahkan menuduh mereka berdua berselingkuh di belakang! Pacar dan sahabat macam apa aku ini ???

Setelah kekacauan itu Brian pergi membawa serta amarahnya, panggilanku ia acuhkan. Dia melenggang jauh tanpa menoleh sedikitpu kearah ku. Dia pasti sangat terpukul mengetahui pacarnya telah menjadi istri orang lain, dia pasti kecewa dan kini sangat membenciku!

Fera juga melakukan hal yang sama, dia meninggalkanku tapi dengan sebuah pesan terakhir yang sangat membuatku merasa tertampar untuk kedua kalinya.

" Lo jahat Nay, sampe mikir kalau gue bisa bertindak sejauh itu! Gue kira Lo nganggep gue sebagai sahabat Lo, ternyata gue salah! " katanya kemudian berlalu menyisakan rasa sesak didadaku.

Saat itu aku seakan terkunci, tak bisa berkutik bahkan berkata-kata. Lidahku kelu, hatiku membeku. Aku telah menghancurkan Brian, Fera, dan juga diriku sendiri. Mereka pasti membenciku dan tidak akan pernah memaafkanku lagi!

Tok tok tok!

" Nay..." panggil Reino, aku tau dia mau apa. Tapi aku sedang tak ingin bertemu dengan siapapun. Aku ingin sendirian, menghukum diriku yang bodoh ini dengan hanyut dalam penyesalan.

" Pleas, Leave me alone Rein. Aku nggak mau diganggu " Ujarku di sela-sela tangisku. Aku tak mau membuat Reino menunggu lama didepan kamarku, atau membuatnya khawatir.

" Oke, But you're fine right? " Tanyanya untuk memastikan.

" Iya, udah pergi aja! " cetusku.

Kemudian aku mendengar suara langkah kaki menjauh dari tempatku, dia pasti menuruti perintahku.

Aku membuka mataku yang terasa sangat berat, apalagi pada bagian kantung mata, rasanya seperti ada sesuatu yang mengganjal. Pasti saat ini mataku sangat sembab, aku juga merasa ada tekanan di bagian pipiku. Entah berapa lama aku menangis. Malam tadi, aku benar-benar larut dalam kesedihan, merasa tak bisa melakukan apa-apa untuk memperbaiki segalanya, pikiran ku sudah sangat buntu. Hingga akhirnya aku tertidur dan terjaga pada jam ini. Waktu menunjukan pukul 3 dini hari, aku memang akan tidur lagi tapi sayup-sayup aku mendengar suara televisi yang masih menyala. Apa Reino lupa mematikannya?

Aku beranjak dari tempat tidruku, kemudian menuju sumber suara hendak mematikan Tv yang Reino tinggalkan begitu saja. Lampu-lampu dirumahku memang tak pernah dimatikan, Aku dan Reino sepakat membiarkannya tetap terang karena aku takut dengan kegelapan.

" Rein, Kamu belum tidur ? " Tanya ku ketika menemukan Reino ternyata sedang asyik nonton Tv.

" Lho, kamu kebangun Nay? Suara Tvnya kekencengan ya? "

" Enggak, aku emang kebangun aja.."

Aku berjalan mendekatinya, penasaran dengan yang apa sedang dia tonton sampai selarut ini.

" Bagus Nay Filmnya, sini nonton bareng aku !" ajaknya, dia menepuk tempat kosong di sofa yang dia duduki.

" Aku nggak suka film action Rein, Serem! " Kataku, lalu berbalik dan kemudian menuju kamar.

Jodoh Ditangan Oma (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang