XVIII

2.9K 152 0
                                    

Aku menghempaskan tubuhku keatas kasur, rasanya hari ini lebih berat dari hari-hari sebelumnya. Semua orang tiba-tiba jahat padaku, Brian, Fera dan sekarang Reino. Sungguh malang sekali nasibku! Aku memejamkan mataku sejenak, setidaknya aku perlu istirahat.

Hari sudah menginjak sore, tadi setelah Bayu dan Tania mengantarku ke Container Office tak lama mereka meninggalkanku sendirian, jadi ku putuskan untuk kabur dari sana tanpa pamit pada siapapun. Suasananya tak bagus untuk perasaanku saat ini, lagi pula Reino sendiri yang tadi menyuruhku pulang jika tak bisa fokus. Aku memang tak bisa fokus! Apalagi setelah ia benatak-bentak seperti tadi. Apa dia tak memikirkan perasaanku? Bukan hanya takut, akupun jadi malu karena  mencuri perhatian banyak orang.

Aku tak pernah bisa menebak Reino, kadang dia baik, kadang iseng, angkuh, dan sekarang dia mengerikan! Sebenarnya apa yang terjadi padanya? Tadi itu hanya masalah kecil, kenapa dia sampai sekesal itu dan malah membesar-besarkan masalahnya? Padahal baru saja siang tadi dia terlihat sangat baik dan perhatian, aku bahkan sempat mengira dia mulai menaruh hati padaku. Tapi sekarang rasanya semua itu tak mungkin, melihat bagaimana dia marah dan meninggalkanku begitu saja membuatku yakin, bahwa dia tak memiliki perasaan padaku sebiji semangkapun!

Tok tok tok!

Suara ketukan pintu yang berasal dari luar kamarku berhasil membuatku terbangun. Ya, ternyata aku tertidur sebentar. Aku melirik jam dinding di kamarku, waktu telah menunjukan pukul 5.30 menit. Setidaknya aku telah tertidur lebih dari setengah jam. Aku masih terdiam diatas kasur sembari mengerjap-ngerjapkan mata untuk memperjelas arah pandangku, serta mengumpulkan nyawaku yang masih setengah sadar.

" Nay, kamu disana? " Tanya Reino sembari terus mengetuk pintu kamarku.

Aku tak menjawab, rasanya masih sungkan untuk bertemu dengannya. Aku menenggelamkan tubuhku kedalam selimut, ku rasa pura-pura tidur adalah cara menghindar yang paling baik.

Glek!

Aku mendengar suara daun pintu di gerakakan, kemudian disusul dengan suara gesekan antara pintu dan lantai. Reino nekat masuk kamarku, aku langsung berakting layaknya orang yang tengah tertidur.

" Nay, kamu tidur? " Tanyanya, sebuah pertanyaan bodoh yang diberikan pada seseorang yang masih terpejam.

Reino duduk menyebelahiku, tangannya kemudian mengusap rambutku dengan lembut. Kenapa lagi dengan dia? Sudah ganti kepribadian lagi?

" Nay..."

" Apasih??! " Aku langsung duduk, dan seketika membuatnya tersentak.

" Kamu tadi nggak tidur? " Reino terlihat heran sekaligus salah tingkah.

" Enggak! " Aku melotot kearah Reino, seharusnya aku melakukan ini saat dia membentakku di proyek tadi.

Reino diam, kami hanya saling menatap. Bedanya, tatapan ku penuh amarah dan tatapannya penuh penyesalan.

" Kamu marah masalah tadi? "

" Yaiyalah, dipikir deh pake otak! Kamu tuh tadi benatak-bentak aku didepan orang banyak, emang aku salah banget ya sampe segitunya ?! " akhirnya aku melupakan segalanya, setidaknya dadaku tak sesak lagi karena menimbun kekesalan ini.

" Ya... Aku... Aku minta maaf. Aku emang salah " katanya terbata, dia meraih tanganku kemudian mengusapnya.

Desiran angin seolah berhembus dari tanganku menuju ruang di dadaku. Bukan hanya tanganku yang merasakan usapannya, namun hatiku juga. Pertahanan ku runtuh, hanya diperlakukan demikian aku langsung luluh, amarahku sirna. Dasar aku, lemah banget sih jadi cewek!

" Udah gitu doang? " Tanyaku dengan nada ketus yang sengaja ku buat-buat agar terkesan masih marah. Aku menarik tanganku dari gengamannya secara paksa.

Jodoh Ditangan Oma (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang