Aleeza menolak untuk ke kantin bersama, dengan alasan ia harus cepat ke kelas dan mengikuti kelas paginya hari ini.
Padahal Zero tahu, jika Aleeza takut padanya. Walau Zero sudah bilang gue gak gigit lo, jangan takut. Namun masih sama, Aleeza seperti tegang di dekat Zero.
Kelas sudah selesai saat tiga menit yang lalu. Sekarang jam tiga sore, Kampus cukup ramai pada saat ini. Dan tak memungkinkan untuk Aleeza keluar dari kelas.
"Heh! Liza! Lain kali bilang mamah lo! Jangan jadi jalang! Jangan beraninya hancur in keluarga gue!" Seorang gadis menggebrak meja karena kesal, Aleeza mendongak.
"Ma- mama aku kenapa?" Tanya Aleeza takut.
"Pura pura polos atau gimana? Tau gak?! Karena mamah lo yang jalang itu, mami gue jadi suka nangis terus! Bilang sama mama lo jangan rusak keluarga gue!" Ucap gadis tersebut, Anetta Novita. Gadis sangat cantik dan terkenal sexy di Universitas Gilbert, Kecantikannya membuat hampir mahasiswa menyukainya.
"Mama aku gak gitu!" Ucap Aleeza tak terima.
Anetta tersenyum miring.
"Terus lo fikir gue ngapain sekarang marah marah sama lo?! Gak ngotak, anak sama ibu sama aja. Sama sama jalang!" Ucap Anetta, Aleeza memejamkan matanya perlahan. Menahan bulir air mata tersebut.
Tangan Anetta terangkat ke udara, hendak menampar pipi mulus Aleeza, tiba tiba tangannya tertahan.
"Jangan main kasar" Ucap seorang laki laki, Zero, tadi ia mendengar suara teriakan dari dalam kelas Aleeza, lalu ia menghampirinya dan menemukan semuanya.
Aleeza membuka matanya, sudah ada Zero di depannya yang menahan tangan Anetta di udara.
"Pergi atau besok lo di DO" Ucap Zero.
"Shit!" Ucap Anetta lalu pergi.
Zero menatap kepergian Anetta, lalu menoleh ke arah Aleeza.
"Lo gak papa?" Tanya Zero.
Aleeza menangis, air matanya jatuh saat mendengar tuturan kata anak sama ibu sama aja! Sama sama jalang!.
Zero mengerti, Bundanya selalu mengajarkan jika ada gadis yang sedih seharusnya sebisa mungkin Zero hibur.
"Gausah nangis, gue anter pulang deh" Ucap Zero.
Aleeza membuka matanya.
"Aku bisa pulang sendiri" Ucap Aleeza lalu pergi dari kelas tersebut.
***
Di sepanjang lorong kampus, Aleeza menunduk. Tak berani mendongak dan menatap satu persatu mahasiswa maupun mahasiswi di Universitas Gilbert."Oh ini ya? Anak jalang itu?"
"Oh si Liza"
"Ternyata bener ya, anak sama ibu sama aja"
Caci maki yang Aleeza dengar sedari tadi terus berputar di otaknya, Aleeza mempercepat jalannya dan mulai mencari bus untuk ia pulang.
Sedari tadi Zero terus membuntuti Aleeza, mengikutinya dari belakang.
Ini gue kenapa jadi gini? Batin Zero.
"Woi Ro!" Teriak Romano.
"Ngapain lo dari tadi ngeliat ke arah luar mulu" Ucap Tio.
"Gue penasaran sama cewek tadi" Ucap Zero.
"Aleeza maksud lo?" Tanya Hans.
Jadi namanya Aleeza?
"Gausah di pikirin, gak penting. Cabut aja dah ke rumah lo yo" Ucap Zero.
KAMU SEDANG MEMBACA
AL - ZERO (selesai)
Teen FictionZero, itulah panggilan dari sekian banyak orang yang mengenalnya. Berbeda dengan Aleeza yang memanggilnya Al atau lebih tepatnya Kak Al. Al- Zero Gibran Gardien, anak dari Fathan Dan ara. Lelaki dengan penuh prestasinya, dan ketampanan yang dimiliki...