Aleeza dan Zero berjalan di koridor kampus, tak lama mereka berjalan, terlihat ketiga sahabat Zero tengah berjalan kearah mereka.
"Woy!" Panggil Tio.
"Lagi pacaran Yo, jan ganggu" ujar Romano.
Dan omongan tersebut membuat Aleeza menunduk, merasa tak enak dengan ketiga sahabat Zero.
"Santay aja Za, jangan nunduk gitu" ujar Hans yang menyadari Aleeza menunduk.
"I..iya"
"Eh Ro, kita - kita tadi liat adik lo bergelombolan naik motor, gak tau mau kemana" ujar Hans.
Zero mengerutkan keningnya.
"Kalian gak ikutin?" tanya Zero.
"Udah kita ikutin, cuma mereka - mereka berhenti di warung gitu, kayak base camp" ujar Tio.
"gue rasa mereka mau nyusun strategi buat tawuran" ujar Romano.
"Astagfirullah No, gak boleh suudzon" ujar Tio mengelus dada.
"Halah tai lu Yo, tadi lu yang bilang gitu" ujar Hans menoyor kepala Tio.
Aleeza tak mengerti apa yang mereka bicarakan saat ini.
"Kak Al, Liza ke kelas dulu ya.." ujar Aleeza.
"Gue anter" ujar Zero.
"Ikut ah guaaa" ujar Hans.
"Gua juga.." sambung Tio dan Romano.
Sialan. Batin Zero.
***
Setelah mengantar Aleeza ke kelasnya, Zero dan teman - temannya pergi ke kantin, mereka menghabiskan waktu kosongnya di kantin untuk makan."Hari ini gue yang traktir deh" ujar Zero.
"Ya elah Ro, hari - hari juga elo yang traktir kita - kita" ujar Romano.
Zero menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Eh Ro, gue mau ke rumah lo nih ntar" ujar Tio.
Zero mengerutkan keningnya.
"Mau ngapain?"
"Numpang makan hahahahah" ujar Tio sambil tertawa keras.
Zero memutar bola matanya malas.
"Datang aja, paling langsung di usir lo sama ayah gue" ujar Zero.
"Serius Ro, bunda gue lagi ada acara keluarga" ujar Tio.
"Ck, lo biasa datang ke rumah gue juga kayak jelangkung, tiba - tiba dateng abis itu ngilang" ujar Zero malas.
Dan Tio hanya menyengir.
***
Aleeza menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyum, hari ini memang membuatnya senyum - senyum sendiri."Ihh kok aku jadi bayangin kak Al terus sih.." ujar Aleeza frustasi.
Tak lama, dosen datang dan membuat Aleeza langsung terfokus.
Sementara seorang gadis sekarang berada dalam rumahnya, ia menahan tangisnya melihat keadaan ibunya.
"Mamah, udah jangan kayak gini dong.." ujarnya memohon kepada ibunya.
Sementara yang di ajak berbicara malah tertawa sinis, lalu menatap anak semata wayangnya dengan tatapan jahat.
"Kamu.. kamu anak saya kan?" Tanyanya.
Dia Aneta, yang sedari tadi menahan tangisnya karena ibunya mencoba melakukan hal yang di luar dugaannya selama ini.
"Nanti kalau saya mati, kamu harus ikut sama ayah kamu yang bajingan itu ya" ujarnya.
Aneta menggeleng, lalu tangisnya pecah.
"Enggak.. mamah jangan ngomong gitu.." Aneta langsung memeluk ibunya dari samping dengan erat.
"Jaga diri kamu ya.."
"Mamah.. mamah jangan gini dong" Aneta segera mengambil ponselnya untuk menghubungi dokter keluarganya.
Setelah menghubungi dokter, Aneta masih memeluk ibunya dengan erat, seakan tak membiarkan ibunya melakukan hal itu lagi.
***
"Lo duluan, gue anter Aleeza balik dulu" ujar Zero saat bertemu teman - temannya di parkiran."Mereka mau ke rumah kakak?" Tanya Aleeza.
Zero yang ingin memakai helm kini menoleh ke arah Aleeza.
"Iya, kenapa? Mau ikut?" Tanyanya.
Aleeza melotot, "enggak kak, aku cuma nanya tadi" ujar Aleeza.
Zero menarik sudut bibirnya.
"Ayo pulang" ujar Zero, dan di angguki oleh Aleeza.
***
Setelah mengantar Aleeza sampai tujuan, Zero segera pulang. Saat sampai di ruang tamu, ia sudah di sambut oleh senyuman bundanya yang kelihatan sangat - sangat bahagia."Bun.. kenapa dah?" Tanya Zero keheranan.
"Bunda ada kabar bahagia nih"
"Apaan?"
"Bunda baru di kasih kabar, kalo Kyla udah ke balik ke Indonesia.." ujar Ara dengan senyum manisnya.
Sementara Zero terdiam, otaknya berputar. Kyla udah balik ke Indonesia. Lalu Zero tersenyum remeh.
"Bunda jangan bercanda" ujar Zero tak percaya.
"Ih.. serius, tadi bunda di Kabarin sama mamih nya Kyla tau" ujar Ara.
Zero kembali terdiam, memikirkan semuanya yang akan terjadi jika Kyla kembali ke sini.
Tersadar dari lamunannya, Zero segera berlari menaiki anak tangga, dan menghampiri teman - temannya.
Ia langsung membuka pintu dengan sedikit kencang dan membuat ketiga sahabatnya langsung kaget.
"Astagfirullah.. Ro, kaget gua jing!" Ujar Romano.
"Lu kenapa dah? Udah kayak orang kesetanan aja njir" sambung Hans.
Hanya tio, yang diam. Ia tahu kenapa Zero seperti ini, ia paham. Tadi Ara memang sudah memberi tahunya.
"Yo, gue mau ngomong sama lo" ujar Zero, serius.
Membuat Romano serta Hans penasaran.
"Ini ada apaan si?" Ujar Hans, dengan rasa penuh penasaran.
"Lo berdua diam disini, kalian boleh ambil makanan dan makan di kasur" ujar Zero lalu pergi dari kamarnya, diikuti dengan Tio.
Romano bersorak ria, sementara Hans masih dengan rasa penasarannya. "Eh No, mereka teh kenapa sih? Kayaknya serius deh" ujar Hans.
"Udah lah, yang penting kita boleh makan di kasurnya Jero" ujar Hans, masih pada pikiran positifnya.
Apa kabar?
Maaf lama up nya, semoga suka.
Next? Spam komen and Vote.
KAMU SEDANG MEMBACA
AL - ZERO (selesai)
Teen FictionZero, itulah panggilan dari sekian banyak orang yang mengenalnya. Berbeda dengan Aleeza yang memanggilnya Al atau lebih tepatnya Kak Al. Al- Zero Gibran Gardien, anak dari Fathan Dan ara. Lelaki dengan penuh prestasinya, dan ketampanan yang dimiliki...