Di hari hari berikutnya berjalan sangat lancar dan sangat indah bagi Zero, ia mengantar dan menjemput Aleeza tanpa telat.
"Kamu mau makan dulu?" Tanya Aleeza saat di berada di atas motor Zero.
Zero melirik Aleeza dari spion, lalu tersenyum geli. Memandang wajah imut Aleeza saat kelaparan.
Zero membelokan motornya ke salah satu restaurant, hari ini mereka jam masuk siang. Jadi ia bisa bersantai dan mencari makanan sebelum di kampus.
"Kok kesini?" Tanya Aleeza heran.
"Katanya mau makan? Yaudah ayok" Zero menarik tangan Aleeza.
Sebenarnya Aleeza senang jika Zero peka saat ini, tapi tempat makan ini yang ia inginkan. Ini terlalu besar baginya.
"Kita makan di tempat lain ya?" Ujar Aleeza, Zero yang mendengar langsung memberhentikan langkahnya dan berbalik.
"Kenapa? Disini kurang mahal?" Tanya Zero.
Ah, Kalau begini Aleeza jadi merasa tak enak hati.
"Bu- bukan gitu, kak. Ini restaurant mahal. Aku gak mau makan disini dan Abisin uang-" Ucapan Aleeza terputus, karena Zero lebih dulu menarik tangan Aleeza.
"Gue ikutin kemauan lo, jadi kita makan dimana?" Tanya Zero.
Aleeza menarik semyumnya lebar.
"Warteg bu Sri!" Ucapnya antusias.
"Bu Sri? Langganan lo?" Tanya Zero keheranan.
"Ah, itu langganan bi Atun" Ucap Aleeza, Zeri mengangguk paham lalu menaiki motornya.
****
Mereka sampai di warung bu Sri, Zero memarkirkan motornya tepat di depan warteg milik bu Sri. Disana sedikit ramai, mungkin karena banyak yang mencari sarapan untuk mengisi tenaga mereka."Lo sering makan disini?" Tanya Zero sambil menengok ke kanan dan kekiri.
"Ini langganan aku sama bi Atun kalo lagi malas masak, tenang aja disini murah kok. Gak akan habiding uang kita" Ujar Aleeza.
Mereka masuk, disambut baik dengan bu Sri. Karena Aleeza sudah berlangganan dengan bu Sri.
"Mau makan apa neng?" Ucap bu Sri.
"Liza mau telor bulet di kecapin aja bu, kayak biasa" Ucap Aleeza.
"Kamu mau makan apa kak?" Tanya Aleeza menoleh ke Zero.
"Samain"
Mereka makan dengan tenang, walau warteg sedikit ramai karena banyak yang mencari sarapan saat pagi begini, tapi mereka tetap bisa makan dengan baik dan sangat tenang.
Makanan habis, mereka bayar. Ah lebih tepatnya Zero yang bayar, Zero memaksa agar kali ini ia yang traktir, walau Aleeza menolak, tapi Zero terus memaksa.
"Udah kenyang kan? Ayo dah kita berangkat" Ucap Zero memakai helmnya.
"Ayo. Bu Liza duluan ya bu.. makanannya enak banget!" Ujar Liza dari luar warteg.
Zero menarik sudut bibirnya, ia tak salah jika menjadikan Aleeza sebagai pacarnya. Gadis ini selalu membuat Zero jatuh cinta dan Kadi tambah sayang. Bucin bener..
Di area kampus, seperti biasa. Banyak sekali pasang mata yang menatap Aleeza tak suka, ia menyadarinya.
"Gue anter lo sampe kelas" Ujar Zero membisiki telinga Aleeza dan menggandeng tangan mungil Aleeza.
"Kak, ini di kampus"
"Emang kenapa? Gak boleh? Lo kan pacar gue Za" Ujar Zero tambah mengeratkan pegangannya.
Aleeza membulatkan matanya, Zero menyebut kata "pacar gue" di depan umum begini, ia pastikan banyak seniornya yang tak suka.
"Aku duluan kak Al, kakak hati hati" Ucap Aleeza lalu jalan lebih dulu.
"Eh- tunggu gue mau nganter lo. Malah di tinggal" Ujar Zero mengejar Aleeza.
***
Aneta berjalan dengan tenang, dengan tad yang jinjing di tangan kanan, ia sambil menatap sekeliling. Matanya jera ketika melihat Zero dan Aleeza berjalan dengan sejajar."Ah. Sial, kenapa harus ada pemandangan gak enak sih!" Ujarnya lalu menatap sinis Aleeza.
Dari jauh, Aleeza menyadari jika Aneta tak suka dengan kehadirannya. Aleeza kembali jalan lebih dulu dan agak sedikit lebih cepat, agar ia tak sejajar dengan Zero.
***
Kelas dimulai dengan ketenangan, dosen kali ini cukup baik dan membuat mood Zero membaik untuk belajar, tapi tidak baik dengan ketiga temannya.Sedari tadi Zero mendengar lelucon yang di keluarkan oleh ketiga temannya, lalu mereka bertiga tertawa. Hingga...
"Yang bercanda aja, lebih baik keluar!" Ujar sang dosen dengan tegas.
"Makanya jangan becanda wae lo!" Ujar Zero meledek.
Lalu dosen kembali menjelaskan lagi.
***
Aleeza mencatat apa saja yang dosen catat di papan tulis, merasa itu penting. Maka Aleeza akan catat di buku tugasnya.Hingga bell berbunyi, Aleeza di kejutkan dengan kedatangan Zero, bagaimana tidak terkejut? Ia tiba tiba memegang pundak Aleeza saat datang.
"Kaget banget ya?" Tanya Zero.
"Iya, kamu kalau dateng suka banget ngagetin" Ujar Aleeza.
"Yaudah, maap. Ayo dah kita pulang" Zero menarik pergelangan tangan Aleeza.
"Jangan gini kak, nanti banyak yang liat"
"Inget kan lo cewek gue?"
Aleeza seperti kebingungan.
"Emang kita pacaran ya?" Tanya Aleeza pura pura tak tahu, seperti lup ingatan.
"Iyalah! Kemaren gue udah tembak lo" Jawab Zero.
Aleeza menahan tawanya.
"Emang kita kenal?" Ujar Aleeza.
"Wah, gak beres minta gua apain lo ya" Ujar Zero lalu mengejar Aleeza.
Aleeza yang merasa ingin di tangkap pun berlari sambil tertawa lepas, Zero terpaku sesaat, baru kali ini ia melihat gadisnya tertawa lepas.
"Jangan lari lo, kurcaci" Ujar Zero masih mengejar Aleeza.
Aleeza tertawa lepas sambil lari.
Dari jauh, satu orang memandang mereka berdua dengan tak suka, meremas handphonenya dengan kesal.
"Sebentar lagi Za, sebentar lagi lo akan hancur" ujarnya dari jauh.
Sorry pisan kali ini mah, maap up nya lamaaa bgt:((
Aku masih belum ada ide guys, masih banyak tugas and masih banyak lagi..
Maaf.
Gimana part ini? Suka gak? Maaf gantung.
Jangan lupa follow instagram Author
@_nbilla26
And jangan lupa juga follow akun ROLEPLAYER FAT-ARA:
@storyfatara
@Vregar.ofc
@zhrsyeila_
@vin.noo
@rvn.saputra_
@rembulan.alfred
@fathan_gardien
@kaatetrine
@naila.savera
@chillanaya_
@naufal.gardien
@reynat.vregasya
@nasya.arzalinaMakasih guys. Untuk Rolleplayer Al- Zero segera aku buat.
KAMU SEDANG MEMBACA
AL - ZERO (selesai)
Teen FictionZero, itulah panggilan dari sekian banyak orang yang mengenalnya. Berbeda dengan Aleeza yang memanggilnya Al atau lebih tepatnya Kak Al. Al- Zero Gibran Gardien, anak dari Fathan Dan ara. Lelaki dengan penuh prestasinya, dan ketampanan yang dimiliki...