Sudah tiga hari, setelah kejadian Zero yang meminta untuk balikan oleh Aleeza. Mereka memang semakin dekat sekarang, ya—seperti biasa lagi.
Zero yang selalu menjemput Aleeza setiap pagi. Aleeza sebenarnya merasa aneh, karena bagaimanapun, statusnya dengan Zeri kini hanya mantan pacar.
"Za, berangkat sama Zero?" tanya sang mama yang sudah menyiapkan bekal.
"Iya ma, aku berangkat dulu ya?"
"Bekalnya udah mama taro di tas kamu, jangan lupa di makan!" ujar Soraya sedikit teriak karena melihat sang putri jalan dengan cepat.
"Ta, kamu mau sarapan dulu? Atau mau mama bawain kayak Liza?" tanya Soraya kepada Aneta.
"Aku sarapan disini aja ma, lagian Romano belum jemput" ujarnya dengan senyuman.
"Romano? Pacar kamu?" Tanya sang ayah.
"Ihh, bukan!" ujar Aneta.
"Terus siapa kamu? Hm?" goda sang Ayah.
"Ihhh ayah! Jangan tanya gitu!" ujar Aneta malu.
Lalu terdengar kekehan dari sang mama dan ayahnya.
***
"Maaf kak, lama" ujarnya setelah membuka gerbang rumah dan mendapatkan Zero yang bertengger di samping mobil hitam milik Zero."Santay, yuk berangkat sekarang" Aleeza mengangguk.
Setelah membukakan pintu untuk Aleeza, dan memastikan bahwa Aleeza masuk mobilnya dengan rapih tanpa lecet, ia segera memutar, dan masuk kedalam mobilnya.
Mobil Zero melaju menuju kampus, hanya keheningan yang menyapa mereka.
"Makan aja bekalnya, Za" Aleeza terkaget, bagaimana Zero tahu jika ia membawa bekal untuk di makan pagi ini?
"Gue tau karena lo gak suka makan di pagi hari" ujar Zero.
Apa - apaan ini? Bahkan Zero tahu hatinya yang berbicara.
Zero menghela nafas.
"Karena ada mamah lo, jadi pasti buatin lo bekal, kan?" Aleeza menoleh, lalu mengangguk pelan.
"Yaudah makan sekarang aja, kalo udaj sampe di kampus nanti malah gak sempat makan" ujar Zero menoleh sebentar.
Aleeza hanya mengangguk, dan mulai membuka tas dan juga mengambil kotak bekalnya.
Setelah membuka, ia menemukan tiga potongan roti. Hanya roti dengan isian mentega di balut dengan gula.
Aleeza menoleh kecil ke arah Zero yang sedang fokus ke depan. Lalu mengangkat roti tersebut dan menyodorkannya ke Zero.
Zero sadar. Ia menoleh dengan kening yang berkerut.
"Kakak makan juga" ujar Aleeza.
Zero tersenyum. " gak usah, lo aja makan" balas Zero.
"Ihhh, ayo kakak makan juga" ujar Aleeza mulai pegal memegangi rotinya.
"Yaudah iya" lalu Zero mulai menggigit roti tersebut dan mengunyahnya.
Aleeza tersenyum, dan juga mulai memakan roti lainnya.
***
"Eh si bucin dateng!" Ujar Hans memberi tahu kedua sahabatnya.Zero datang dengan tersenyum - senyum sendiri.
"Gua yakin dia pasti abis mesra - mesraan sama Aleeza" ujar Tio yakin.
"Padahal di terima aja belom" ujar Romano lalu ketiganya terkekeh.
"Kasian banget, Temen lo Yo" ujar Hans sambil menunjuk Zero dengan dagunya.
"Temen lo juga, goblok!"
***
"Ciee, senyum - senyum aja nih si cantik" ujar Aldo.Ia tahu jika Zero dan Aleeza sudah baikan.
"Ihh. Aldo ngagetin Liza aja!" ujar Aleeza.
"Gue dari tadi disini anjir!"
Lalu Aleeza terkekeh.
Tak lama dosen pun datang.
***
"Zero.. lagi sibuk enggak?" Tanya Kyla.Zero menoleh, lalu menggeleng sambil tersenyum.
"Enggak Kyl, kenapa? Butuh sesuatu?" tanya Zero.
Kyla lalu menaruh tangan di atas mejanya dan menompangkan dagu dengan wajah pucat.
"Kenapa Kyl?" Tanya Aaron mulai menoleh.
"Kyla lapar" ujar Kyla.
Aaron lalu segera menutup bukunya.
"Mau makan apa?" tanya Aaron.
"Kyla mau ke kantin"
"Lo masih sakit, Kupret!" Ujar Zero.
"Jaga bicara!" sinis Aaron.
"Iya - iya sorry"
"Lo mau ke kantin Kyl? Sekalian gue aja nih mau juga kesana, mau nitip gak?" tawar Hans.
Kyla langsung bangun, "mau!" Ujarnya senang.
"Mau titip apa?" Tanya Hans.
"Kyla mau bakso yang pedas banget" ujar Kyla.
"Jangan pedas Kyl, kata dokter gak boleh makan pedas" ingat Aaron.
"Kata dokter itu jangan pedes - pedes, bukan gak pedes!" Balas Kyla.
Aaron menghela nafas.
"Kalau nanti sakit perut, gue gak mau antar ke rumah sakit" ujar Aaron, membuat Kyla cemberut.
"Aaron kok jahat!" kesal Kyla.
"Kyl, kata si Aaron bener. Jangan makan pedes dulu lo. Biar Cepet sembuh" ujar Zero.
Dan lagi, membuat bibir Kyla semakin maju.
"Yaudah deh, Kyla mau air putih aja!" Ujar Kyla, dengan ketus.
Aaron tersenyum kecil. Sangat kecil, sampai hampir tak terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
AL - ZERO (selesai)
Teen FictionZero, itulah panggilan dari sekian banyak orang yang mengenalnya. Berbeda dengan Aleeza yang memanggilnya Al atau lebih tepatnya Kak Al. Al- Zero Gibran Gardien, anak dari Fathan Dan ara. Lelaki dengan penuh prestasinya, dan ketampanan yang dimiliki...