Pagi ini berangkat bersama supir, akhir - akhir ini memang ia sering di antar jemput oleh supir pribadi mamahnya.
"Liza masuk dulu pak, bapak hati - hati" ucapnya pada supir pribadi mamahnya.
Saat ingin masuk, ia di kejutkan dengan Zero yang merangkul seorang gadis, Aleeza hanya diam. Itu Kyla, teman kecil Zero.
"Bengong aja cantik" Aleeza terkejut saat mendapatkan Darren yang langsung merangkulnya.
"Aku kira siapa" ujar Aleeza memegangi dadanya.
"Sorry, sorry kalo buat lo kaget" ujar Darren tertawa kecil, lalu mereka kembali berjalan sampai kelas dengan Darren yang masih merangkul Aleeza.
Dari jauh, Zero mengepalkan tangannya menahan emosi.
"Za, jadi kan mau ngerjain tugas kelompok?" Tanya Darren.
Aleeza menoleh, lalu mengangguk sembari tersenyum kecil.
"Kita kerja kelompok di cafe cio aja gimana?" Tanya Darren.
"Boleh aja, itu juga gak terlalu jauh dari rumah aku" ujar Aleeza, lalu dosen datang. Darren dan Aleeza kembali fokus pada dosen yang menerangkan.
***
Zero meletakan segelas es jeruknya di meja kantin, bersama dengan Kyla, Aneta dan Tio mereka bercanda - canda membahas sesuatu lelucon."Siang ini kita ke cafe mau gak?" Ajak Aneta.
"Boleh dah, gue juga gabut banget di rumah cuma gegoleran doang" ujar Tio.
"Gue ikut aja" ujar Zero dan di setujui oleh Kyla.
"Nanti ajak Aaron, Romano sama Hans juga" ujar Aneta.
Siang ini, Darren bersama dengan Aleeza pergi ke cafe, Aleeza juga sudah bilng kepada supir pribadi mamahnya agar tak usah menjemputnya dulu.
"Mau pesen dulu atau langsung aja kita kerjain?" Tanya Darren.
"Kerjain dulu aja, nanti kalo mau laper atau haus kita pesen" ujar Aleeza lalu di angguki dengan Darren.
Mereka duduk di pojok, bangku lebar dengan meja sedikit berukuran lebih besar dari meja yang ada di cafe.
Lalu mereka mulai mengerjakan, tak ada perbincangan, sampai Darren bertanya beberapa hal tentang pelajaran tersebut dan begitupun Aleeza.
"Gue pesen dulu ya? Udah seret nih" ujar Darren dengan menggosokan lehernya, dan Aleeza tertawa kecil.
Setelah kepergian Darren, Aleeza mulai memutar pandangannya, menatap keluar, dan betap terkejutnya saat mendapatkan Zero yang ingin masuk ke dalam cafe cio bersama dengan Aneta, Tio, Romano,Hans, Aaron dan juga... Kyla.
Zero pun begitu, terkejut dengan keberadaan Aleeza di dalam cafe, karena pintunya kaca jadi bisa terlihat kedalam.
Zero langsung melihat meja yang di tepati oleh Aleeza, ada dua laptop, itu artinya gadisnya tak sendiri disana. Satu langkah berjalan, lagi lagi Zero di di kejutkan oleh keberadaan lelaki yang menghampiri Aleeza dan memberinya gelas yang berisi kopi, mungkin?
Dalam hati Zero mulai merasa risih melihat Aleeza bersama dengan seseorang yang tak ia kenal, ia sebisa mungkin menahan emosinya.
Mata mereka bertemu, Aleeza melihat ada tatapan kecewa di mata Zero, dan Aleeza mulai mengerutkan keningnya, kak Al marah? Ucapnya membatin.
"Za" tegur Darren.
"Eh- iya.. makasih Ren" ujar Aleeza.
Saat Aleeza melihat kembali gerak - gerik Zero, Zero malah menatap Kyla yang berada tepat di depan lelaki tersebut.
Aleeza menghela nafas lalu kembali mengerjakan tugasnya.
Sementara Tio yang baru menyadari keberadaan Aleeza langsung membisik ke Zero.
"Ro.. ada Liza" bisik Tio.
"Udah tau" ujar Zero.
"Apa yang udah tau?" Tanya Kyla.
"Bukan apa - apa"
***
Aleeza pulang, dengan di antar Darren tadi. Sebenarnya ia tak mau di antar atau pulang bersama Darren karena melihat sorot mata Zero tadi. Tapi Darren terus memaksanya agar pulang bersama, katanya tak baik jika perempuan pulang sendirian saat magrib."Liza pulang" ujar Liza.
Dari jauh, Aleeza telah melihat mamahnya yang tengah menyiapkan makan malam untuk dirinya dan juga beberapa asisten rumah tangga.
"Kamu mandi dulu gih" ujar Soraya.
Tanpa menjawab, Aleeza mulai menaiki anak tangga menuju kamarnya. Saat sampai ia sempatkan untuk membuka ponselnya, tadi sebelum ia mengerjakan tugas kelompok bersama Darren, Aleeza sudah izin kepada Zero lewat chat, tapi sampai saat ini Chat tersebut belum di balas atau di lihat.
Lagi - lagi, Aleeza menghela nafas dan menaruh handphonenya di atas kasur bermotif polkadot hitam, dan segera menguncir rambut panjangnya agar tak basah.
***
Zero kini tengah bersiap kebawah untuk menonton TV bersama dengan bundanya, bunda tercinta atau bundahara kalau kata Zero.Menuruni anak tangga, dan sampai di depan sofa coklat, lalu Zero duduk di samping ayahnya yang tengah fokus menonton acara di televisi.
"Gimana kuliah kamu bang?" Tanya Ara.
"Baik"
"Kyla? Kapan dia kesini? Bunda kangen" ujar Ara.
"Kemarin dia kesini, tapi bunda lagi ke Bandung" ujar Zero.
"Yahh gak ketemu deh"
"Nanti Zero ajak kesini" ujar Zero, lalu Ara mengangguk.
Lalu Zero bangkit kembali membuat Fathan mengerutkan keningnya "mau kemana kamu?" Tanya Fathan tegas.
"Mau ambil Hp sebentar" ujar Zero lalu segera menaiki anak tangga.
Jangan tanya kemana Leon dan Leona, karena mereka masih di kamar sehabis pulang sekolah tadi, mereka tak keluar kamar sama sekali.
Zero mengambil ponselnya, saat ingin berbalik untuk kembali, handphonenya bergetar. Ada telepon masuk dari.. Aleeza.
Zero kembali teringat dengan kejadian tadi siang saat di cafe, saat ia melihat Aleeza bersama dengan lelaki yang tak ia kenal.
Lalu tak lama suara tersebut mati, dan Zero mendengar teriakan bundanya yang sangat terdengar.
"Abang! Ada Kyla sama Aaron nih!" Teriak Ara, membuat Zero berbalik dan melempar handphonenya ke kasur.
Gimana sama part ini?
SEMOGA SUKA!!
makasih buat 24 ribunya🥺
Next? Spam komen "LANJUT" dan Vote.
Al Zero Gibran Gardien
Aleeza Laila
Kyla Anezka Lamuella
Darren Giorvino
Salam sayang, saya istri sah satu - satunya Do Kyungsoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
AL - ZERO (selesai)
Teen FictionZero, itulah panggilan dari sekian banyak orang yang mengenalnya. Berbeda dengan Aleeza yang memanggilnya Al atau lebih tepatnya Kak Al. Al- Zero Gibran Gardien, anak dari Fathan Dan ara. Lelaki dengan penuh prestasinya, dan ketampanan yang dimiliki...