Part 24.

1.6K 111 9
                                    


Suka ga sama cover barunya? Atau lebih suka yang lama?

-
-
-
Seminggu sudah berlalu. Aleeza menjauhi Zero. Hanya karena kejadian beberapa hari lalu di taman.

Dengan gampang, Zero mengajaknya menikah. Memang sih Aleeza enggak pernah tahu gimana itu nikah dan segala macamnya, tapi ia pernah di ceritakan oleh mamanya.

Hari ini hari minggu, Aleeza tengah berjalan ke arah taman belakang kompleknya. Menghela nafas setiap mengingat kejadian itu lagi.

Ia berjalan sambil terus mendengus, berjalan sendirian. Ia menolak untuk di antar oleh Aneta, karena tak terlalu jauh juga, dan Aneta juga sedang mengerjakan makalahnya yang entah kapan siapnya.

Aleeza jadi khawatir jika ia akan sepusing kakaknya nanti.

Kembali menghela, Aleeza lalu mempercepat langkahnya karena sudah kelihatan gerobak tukang buburnya.

Setelah lari pagi tadi, sendirian. Hanya lari di dekat rumahnya saja sebenarnya. Tapi setelah lari beberapa menit, Aleeza merasa perutnya sangat lapar.

"Bang, buburnya tiga. Kayak biasa aja" ujar Aleeza.

Setelahnya ia mulai duduk di kursi merah, dan mulai menatap sekeliling sambil tersenyum tipis.

Ia menoleh ke kiri, melihat beberapa anak kecil yang berkumpul. Ia tersenyum, entahlah. Rasanya sangat damai jika Aleeza melihat anak kecil yang tertawa riang atau tersenyum senang.

Lalu ia memutar pandangannya ke kanan, dan...

"Astaga!!" Ia di kejutkan dengan wajah seorang laki - laki yang sangat dekat. Bahkan hanya beberapa inci lagi mereka akan berciuman.

"Gue...ngagetin ya?"

Aleeza mengambil nafas secara teratur, lalu menatap tajam ke arah Zero.

"Iya! Kalo aku jantungan gimana?!" ujar Aleeza kesal.

Zero terdiam.

"I..iya maaf"

"Kalo lo jantungan gapapa" Aleeza melotot.

"Enak-"

"Gue bisa gantiin pakai jantung gue" sambung Zero dengan menaik turunkan kedua alisnya.

Aleeza langsung tersipu, mengalihkan pandangannya.

"A..apa sih ka!"

"Neng, ini buburnya. Jangan pacaran wae" ujar Abang tukang bubur.

"Bang, iri ya?" Ujar Zero.

Kemudian mendapat tepukan di tangannya.

"Kak!" Peringat Aleeza.

"Canda mang, makasih ya mang" ujar Zero.

"Sami - sami"

Lalu keduanya meninggalkan taman, masih dengan keheningan.

"Gue antar aja" ujar Zero.

Aleeza menoleh, "gak usah. Lagian deket kok" ujar Aleeza.

"Gak apa, sekalian mau main juga" ujar Zero.

Mau tak mau, Aleeza harus mengiyakan. Karna jika ia memberi alasan lagi, pasti akan terus beradu bacot dengan Zero.

"Lo..gak mau tanya, kenapa gue bisa ada di taman tadi?" Ujar Zero.

Aleeza menghela nafas, tentu aja enggak.

"Aku tau, kakak ikutin aku....kan?" Zero menoleh lalu menyengir tanpa dosa.

AL - ZERO (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang