Pagi ini, Zero bersiap dengan setelan celana jeans, baju hitam polos dan di balut kemeja kotak - kotak berwarna merah.
"Bun.. Zero berangkat" ujar Zero.
Setelah berpamitan dengan orang rumah, Zero segera melajukan mobilnya bersama dengan Tio menuju bandara. Mereka akan menjemput Kyla kali ini, ia menghela nafas panjang.
Soal kenapa Zero menjemput Kyla, karena Ara bilang kemarin saat malam katanya Zero harus menjemput Kyla di bandara.
Saat sampai, Zero dan Tio buru - buru memarkirkan mobilnya, lalu berjalan menuju loby.
Zero menoleh ke kanan dam kiri, saat menatap kedepan, gadis yang ia tunggu datang dan berjalan, sambil membawa koper.
"Kyla" panggil Zero.
merasa di panggil, Kyla menatap kedepan dan melebarkan matanya, dan lari dengan tersenyum girang.
Kyla berlari kecil, saat didepan Zero, ia memeluk Zero sangat erat, pelukan itu jelas di balas oleh Zero.
"Eh gilaa! Kangen banget sama Zero" ujarnya.
"Aaron mana?" Tanya Zero.
"Aaron lagi beli minum tuh tadi,"
"Tuh anaknya" sambung Kyla sambil menunjuk ke arah Aaron.
Kyla Anezka Lamuella, gadis kelahiran Jakarta dengan darah keturunan Amerika. Biasa di panggil Kyla, ia adalah teman kecil Zero. Soal kenapa Kyla berada di Amerika itu karena saat SMP, papah Kyla ada pekerjaan dan mengharuskan mereka berpisah. Hingga sekarang, mereka bertemu, bersama Zero, Tio, Kyla, Aaron, dan..
"Lho, Neta kemana? Kok gak ada?" Tanya Kyla.
"Dia gak tau" ujar Tio.
"Lo gak mau peluk gue La?"Tanya Tio, lalu Kyla yang sedang ber oh kini menatap Tio lalu tersenyum dan segera memeluk Tio dengan erat.
"Apa kabar Ron?" Tanya Zero bertos ala lali laki dengan Aaron.
"Baik" ujarnya singkat.
Kalo ini? Aaron Bernardus, lelaki kelahiran Bogor, yang saat SD dan SMP menetap di Jakarta bersama neneknya, Aaron tak bersama mamah dan ayahnya karena sejak berumur sepuluh tahun, ayah dan mamah Aaron telah meninggal karena kecelakaan. Sejak saat itu Aaro memiliki sikap yang sangat dingin dan malas jika berbicara yang tidak terlalu penting.
Setelah selesai berpelukan, Tio membawakan koper milik Kyla, lalu berjalan ke arah mobil Zero.
"Gue mau ketemu sama Bunda" ujar Kyla.
Zero menoleh lalu tersenyum.
"Lo gak cape? Kita ketemu bunda nanti sore aja ya? Lo cape, kasian juga Aaron" ujar Zero.
"Yaudah deh, tapi nanti anter gue ya? Ketemu sama Neta juga, gue kangen dia banget" ujar Kyla lalu di angguki Tio dan Zero.
***
Aleeza sedang diam di kelasnya, saat ini memang sedang ada dosen, tapi entah pikirannya dimana saat ini."Baik, saya akhiri. Tugas berkelompok kalian jangan lupa kerjakan, saya tunggu minggu depan" ujar sang dosen lalu keluar.
"Za, kita mulai kerkol kapan?" Ujar salah satu lelaki yang menghampiri Aleeza.
Aleeza terkejut "eh-" ujarnya.
"Gimana kalo besok?" Tanya Aleeza.
"Boleh, tapi jangan terlalu sore, gue mau anter nyokap gue" lalu di angguki Aleeza.
"Lo gak ke kantin? Atau balik?" Tanya lelaki tadi.
Aleeza menggeleng pelan "enggak" balasnya.
"Yaudah gue duluan, nanti gue line" membuat Aleeza mengerutkan keningnya.
"Kamu ada punya id line Aku?" Tanya Aleeza.
Membuat lelaki tersebut tertawa kecil. "Ada, gue dapet dari orang" ujarnya, lalu Aleeza ber oh.
"Lo hati - hati disini" ujarnya, dan di senyumi oleh Aleeza.
Darren Giorvino, itu yang Aleeza tahu dari lelaki yang baru saja berjalan keluar kelas. Ia lelaki yang humoris dan cukup di kenal banyak orang di kampusnya, tapi tak seterkenal Zero dan ketiga temannya.
Lalu Aleeza segera membereskan buku - bukunya ke dalam tas, dan mengecek ponselnya.
Tak ada kabar chat apapun dari Zero, lalu Aleeza berpikir sebentar, kak Al sibuk?. Pikirnya, lalu ia menepis pikiran negatif tentang Zero dan segera bangkit untuk pulang.
Saat di depan pintu kelasnya, Aleeza di kagetkan dengan kedua makhluk, dan makhluk tersebut adalah Romano dan Hans, mereka tak menggunakan baju rapih? Apa mereka tidak ada kelas?.
"Kalian? Ngapain?" Tanya Aleeza.
"Eh neng Leja" sapa Hans.
"Liza bedon, bukan Leja" koreksi Romano.
"Eh iya Liza maksudnya, kita di suruh jagain lo sama Zero, dia lagi ada acara katanya" ujar Hans.
"Loh? Liza gak papa kok sendiri, kalian pulang aja" ujar Aleeza.
"Kaga bisa, kita di ancem kaga boleh main lagi ke rumahnya nanti, yaudah skuy balik sama kita" ujar Romano menggandeng tangan Aleeza.
"No, lu ketauan Zero gua yakin di gorok kepala lu sama dia" ujar Hans, membuat Aleeza tertawa kecil.
"Iya maap ya, yaudah yuk" sambung Hans.
Mereka berjalan bertiga, menuju parkiran. Sesuai kemauan Zero, mereka mengantar Aleeza sampai depan rumahnya, tak lupa ucapan terimakasih dari Aleeza dengan senyum manisnya.
Gimana part ini? Aku usahain up banyak ya..
Maaf aku jarang up.
Next? Spam komen "LANJUT" biar aku semangat.
Al - Zero Gibran Gardien
Aleeza Laila
Tio Rahbani
Romano Algifari
Hans Vanzelay
Salam sayang, saya istri sah satu - satunya Do Kyungsoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
AL - ZERO (selesai)
Novela JuvenilZero, itulah panggilan dari sekian banyak orang yang mengenalnya. Berbeda dengan Aleeza yang memanggilnya Al atau lebih tepatnya Kak Al. Al- Zero Gibran Gardien, anak dari Fathan Dan ara. Lelaki dengan penuh prestasinya, dan ketampanan yang dimiliki...