Kejutan

663 85 7
                                    

Aku berencana ingin menemui Yuta hari ini. Karena perasaanku sudah kacau sejak hari kemarin. Apa yang terjadi hari kemarin sangat-sangat mengganggu pikiranku. Perlakuan Lucas yang tidak seperti biasanya membuatku berpikir keras. Mungkin itu hanya perasaanku saja, tetapi, aku takut jika tebakan ku benar adanya.

Aku meminta Rendy untuk mengantarku ke coffee shop milik Yuta. Dengan sedikit paksaan, akhirnya Rendy mau mengantarku meskipun dia menuntutku untuk menuruti permintaannya.

Ditengah jalanan kota Bandung yang terik, aku dan Rendy menyusuri jalanan Bandung yang macet. Banyak motor lain yang saling menyalip dengan tujuan agar terhindar dari kemacetan. Tak peduli dengan riuhnya suasana jalan, aku yang tengah sibuk memanggil Yuta lewat telepon namun tetap tak ada jawaban dari yang bersangkutan.

"Kak, udah ditelfon belum bang Yuta nya?"

"Udah, tapi gak diangkat terus."

"Hah?"

"UDAH, TAPI GAK DIANGKAT TERUS."

"Ohh iya iya."

Rendy kembali fokus pada jalanan, dia ikut menyalip seperti motor lain agar tidak terlalu lama terjebak macet.

Sesampainya di coffee shop milik Yuta, aku bergegas menghampiri dan masuk kedalamnya.

"Kak!"

Aku menghentikan langkahku dan membalik badan ke arah adikku yang sedang menunggu sembari duduk diatas motornya.

"Apa?"

"Aku langsung pulang aja deh ya?"

"Jangan! Tunggu dulu disitu." Rendy membuang nafasnya kasar, tak peduli, akupun langsung memasuki coffee shop.

Tanpa basa-basi, aku menanyakan keberadaan Yuta pada salah satu karyawan nya. Tetapi usahaku sia-sia karena Yuta sedang tidak berada ditempat.

Aku bingung. Ada apa dengan Yuta? Dia tidak seperti biasanya. Setelah dia "melamar" ku, aku merasa sepertinya ada yang berubah dari Yuta. Sekarang dia sangat sulit dihubungi, kalaupun dia merespon semua chat dariku, yang selalu dia ucapkan hanya penyesalan karena kesibukannya.

"Udah jangan cemberut, ayo ke cafe yang satunya lagi?"

Rendy memberikan helm dan bergegas menghidupkan kembali motornya.

Hampir menyerah, tetapi aku tetap penasaran dengan keberadaan Yuta yang sama sekali tidak aku ketahui.

Seingatku, Yuta tidak pernah bersikap seperti ini. Menghilang dan tidak memberiku kabar, membuat aku mencari, dan juga membuat aku cemas.

Kami pun berhenti disalah satu minimarket yang ada dipinggir jalan untuk membeli minuman karena tak terasa perjalanan kami sudah cukup jauh.

"Bang Yuta sibuk kali kak." Ujar Rendy dengan tangan yang tengah sibuk membuka salah satu minuman dingin yang kami beli.

"Ya memang sibuk, selalu sibuk."

"Dari kapan sih kalian ga ketemu?"

"Hampir 3 minggu." Jawabku sambil memijat dahi merasa pusing karena mengingat bahwa aku dan Yuta sudah selama itu tidak bertemu.

Meneguk sekaleng minuman bersoda sampai tak bersisa, berakhir ku remas dan ku buang kasar kedalam tempat sampah.

"Kita pulang aja dek."

"Lah? Gak akan ke cafe yang satunya lagi?"

"Gausah, percuma pasti gak ada juga dia disana." Jawabku kesal.

Rendy mengangguk dan bangun dari tempat duduknya. Dia membereskan beberapa sampah yang berserakan diatas meja minimarket lalu membuangnya.

Kami pun kembali pulang setelah berlama-lama berada dijalanan yang terik hanya untuk membuang rasa penasaranku.

Diperjalanan pulang, Rendy terus menerus mengajakku bicara meskipun aku tidak fokus mendengarkan nya, suara Rendy kalah dengan suara bising kendaraan lain.

Pikiranku sangat kacau, waktu 3 minggu itu bukan waktu yang sebentar untuk ditinggalkan tanpa kabar.





"Kalian berdua dari mana aja sih?" Kalimat pertama yang ibu ucapan ketika kami berdua sampai di halaman rumah.

Aku sudah lelah jika harus menjawab pertanyaan ibu saat ini juga. Aku berjalan menghiraukan ibu dan sesegera mungkin masuk kedalam rumah dengan wajah lusuh juga pakaian yang bau asap jalanan.

Sangat malas rasanya jika harus menceritakan kejadian hari ini, hanya membuatku kesal jika harus mengingat bahwa aku seharian mencari keberadaan Yuta.

"Kak tunggu dulu!" Ujar ibu yang berusaha memberhentikan langkahku.

"Apa sih bu? Kakak cape, pingin mandi."

Aku mempercepat langkah ku, dan sesegera mungkin untuk meraih gagang pintu.

"Tapi kak–" Ibu berhasil meraih tanganku.

"Nanti kakak cerita, tapi kakak mau–"

Aku tertegun ketika pintu terbuka. Kalimat ku untuk ibu seketika berhenti dan tidak bisa melanjutkan ocehan ku lagi.

Aku melihat kini didepan ku sudah ada Yuta dan kedua orangtua nya. Pakaian mereka sangat rapi, Yuta juga terlihat sangat rapi dan tampan.

Aku terdiam mematung didepan pintu, tidak percaya bahwa orang yang aku cari seharian kini ada dirumahku, bahkan bersama kedua orangtuanya.




















2020.03.12

© Vancouveur

101 [ YUTA ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang