Dunia Itu Sempit

652 67 13
                                    

Kalian pasti pernah merasa jika dunia yang kita tinggali ini ternyata sempit banget?
Itulah yang aku rasa saat pertama kali mengetahui jika kak Julia ternyata teman dekat Yuta sejak lama. Bukan hanya itu, dulu saat aku masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, kelasku kedatangan siswa baru, dia laki-laki bertubuh tinggi dan agak sedikit pemalu. Namanya Julian.

Tidak, dia tidak ada hubungan nya sama sekali dengan kak Julia. Mereka bukan saudara, hanya kebetulan namanya saja yang mirip.

Kembali ke Julian, dia teman semasa smp, yang membuat aku merasa dunia ini sangat sempit adalah ketika mengetahui ada foto ku terpajang di kamar Julian.

Kaget? Tentu saja.

Saat itu, aku dan Julian serta tiga orang teman yang lain sedang kerja kelompok di rumah Julian, tepatnya kami semua mengerjakan tugas di kamarnya. Aku yang gabut kala itu dengan teliti menyusuri tembok kamar Julian yang terhias beberapa bingkai foto, dan yang mana salah satunya ada potret yang mirip dengan wajahku terpajang disana.

Aku terdiam dan mengingat mengapa ada wajahku terpampang dalam foto itu.

"Lagi ngapain sar?" Suara Julian membuat tubuhku terperanjat dan mengerjapkan mata beberapa kali seraya mengembalikan kesadaranku.

Belum lagi aku menjawab, Julian sudah mendahului. "Oh itu, inget ga? Itu waktu kita TK." Begitu katanya.

Aku mengerahkan seluruh kemampuan dan daya ingatku untuk menarik semua memori masa kecilku, tetapi rasanya aku tidak mampu karena itu salah satu kelemahanku-pelupa.

"Kita gak satu TK Sar, tapi waktu itu TK kita sama-sama lagi wisata ke sirkus lumba-lumba, kamu beneran gak inget?"

"Aku gak inget sama sekali, itu beneran aku yang dicium lumba-lumba?"

"Iyaa.." Jawabnya dengan terkikih sedikit tertawa sambil menutupi mulutnya.

Aku kembali mengingat meski sangat sulit untuk mengembalikan memori itu.

"Tapi kok kamu masih inget kalo itu, aku?"

"Aku ingat, kita dulu kenalan waktu pas sesudah foto sama lumba-lumba."

"Terus kenapa kamu gak bilang waktu pertama kali kamu satu kelas sama aku?"

"Aku malu."

Gelak tawaku pecah mendengar alasannya, tapi, kenyataannya Julian memang pemalu jadi wajar saja kalau dia memang melakukan hal itu.

Tidak sampai disitu kesempitan dunia yang aku alami, masih berkutat pada Julian.
Singkat saja, Julian adalah sepupu dari Bobby, mantan pacarku.

Ingatan-ingatan itu tiba-tiba saja muncul dalam pikiranku. Julian-dia apa kabar ya?

"Hey."

Ada jentikan jari yang tergerak di depan wajahku. Yuta melakukannya. Sekejap aku tersadar kalau sedari tadi aku melamunkan hal-hal yang secara tiba-tiba mendarat dalam pikiranku. Aku menurunkan kedua tanganku yang sedari tadi sudah menangkup pipi ku selagi aku melamun.

"Kok aku cape banget ya hari ini? Padahal masih pagi." Aku bergumam tetapi itu cukup keras untuk terdengar oleh Yuta.

"Kamu kecapean, gausah terlalu dipikirin, relax aja." Jawab Yuta, tangannya terulur menyelipkan sedikit rambutku yang terjuntai menutupi pipi kiri ke belakang telingaku.
"Lagian, sidang mah gitu-gitu aja gak ada yang harus ditakutin, percaya deh." Sambungnya.

"Ya tetep aja kalo penguji nya killer, kan jadi ciut duluan."

Yuta tertawa mendengarnya, dia menarik tanganku dan dia menggenggam juga mengisi ruang-ruang kosong disela jariku.

101 [ YUTA ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang