Pelukan Terakhir

504 71 11
                                    

Ujian paling berat dari sebuah hubungan adalah ketika kita diharuskan untuk menghadapi yang namanya LDR alias Long Distance Relationship. Banyak pasangan yang kandas ditengah jalan hanya karena LDR, mereka tidak kuat dengan jarak yang memisahkan mereka, mereka tidak bisa menahan rindu dalam waktu yang sangat lama. Meskipun jaman semakin canggih, sejauh apapun kita terpisah dengan orang tersayang, kita masih tetap bisa bertatap muka lewat video call, tetapi tetap saja itu tidak cukup. Belum lagi benih-benih curiga selalu muncul dalam pikiran, rasa cemburu selalu tercipta meski kita berusaha untuk menahannya.

Apa aku sanggup menjalani hubungan jarak jauh dengan Yuta? Sejujurnya aku sangat tidak yakin.
.
.
.

.
.
.
Pagi itu rumah serasa ramai sekali, padahal matahari pun masih sembunyi. Aku dan yang lainnya sibuk dengan kegiatan masing-masing, ya, hari ini adalah hari dimana aku akan melaksanakan wisuda.

Aku melihat dari lantai atas ada ibu yang sedang sibuk menyiapkan sarapan, belum lagi ayah yang merengek minta dipasangkan dasi pada ibu. Seisi rumah sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Setelah aku selesai dengan kegiatanku, aku pun turun menghampiri ibu dan ayah yang sudah duduk di meja makan.

"Kakak cantik banget." Ujar Rendy.

"Memang."

"Tapi hari ini doang, gatau besok-besok." Sambungnya bikin jengkel.

Ayah dan ibu hanya tertawa melihat kelakuan anak-anaknya yang selalu saja ribut di setiap keadaan.

Aku dan keluargaku menyelesaikan sarapan sebelum pada akhirnya kami berangkat menuju tempat dimana acara wisuda akan dilaksanakan.

"Yaudah kalo udah beres semuanya ayo berangkat." Ujar ayah sambil membawa tasku yang berisikan toga untuk aku pakai di acara nanti.

"Pastiin lagi ada yang ketinggalan atau enggak."

Mendengar kata-kata ibu, aku langsung mengecek isi tasku, memastikan barang penting seperti ponsel, kartu undangan, tisu dan lipstik tidak tertinggal.

"Udah bu, semuanya udah siap." Jawabku.

"Yaudah yuk berangkat—eh tunggu.." Ibu menghentikan langkahnya.

"Ada apa bu?" Tanyaku penasaran.

"Kamu udah kabarin Yuta belum?"

Seketika aku bingung harus menjawab apa karena aku belum mengabari Yuta, lebih tepatnya aku memang sengaja tidak mengabari Yuta. Aku tidak tahu Yuta akan ingat tentang hari ini atau dia akan lupa.

Karena bingung harus menjawab apa, aku memilih untuk tidak menjawab pertanyaan ibu dan langsung memasuki mobil tanpa berbicara lagi dengan mereka.

.
.

Diperjalanan menuju tempat wisuda, tiba-tiba saja aku memikirkan Yuta, memikirkan apakah dia akan datang atau tidak. Bodohnya, aku pun terus menerus mengecek ponselku menunggu apakah Yuta akan menghubungiku atau tidak sampai pada akhirnya ada sebuah notifikasi masuk dan pesan itu datang dari orang yang sudah aku duga.

Lucas

Dimana?

Dijalan

Gue udah disini

Disini dimana?

Di gedung

Ngapain?

Yaa liat lo wisudaan lah

Pagi amat
padahal tar siang aja

101 [ YUTA ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang