Jadwal Sidang

611 76 28
                                    

Dulu aku dan Yuta pernah membicarakan tentang nama-nama anak, entah apa yang ada di dalam pikiran kami saat itu tiba-tiba saja dengan random memikirkan hal yang tidak pernah dipikirkan sebelumnya.

Yuta juga pernah bilang kalau dia lebih suka anak perempuan dibanding anak laki-laki. Saat aku bertanya apa alasannya, dia sendiri pun tidak pernah tahu.

"Kalo anak nya cewek, aku mau kasih nama tengahnya putri.."

"Berarti kalo cowok nama tengah nya bakal putra dong?" Tanya ku penasaran.

"Enggak juga."

"Terus apa?"

"Gak bakal ada nama tengahnya."

"Kok gitu?"

Yuta tidak menjawab, dia lebih memilih terus melaju sembari mendorong troli ke lorong lain. Ya, saat itu kami sedang berada di supermarket.

"Kalo cewek, mungkin namanya Audina Putri Nakamandala."

"Berarti kalo cowok harus pake nama belakang aku." Ujarku sambil memasukan selai coklat kedalam troli.

Yuta melirik ku sambil tangan nya tetap sibuk memilih roti tawar yang terpajang di rak.

"Ya gak bisa gitu dong, nama belakangnya tetep Nakamandala."

"Curang."

"Nama kamu juga nanti jadi Sarah Nakamandala, bukan Sarah Adipura lagi." Jawabnya sembari mengusak pucuk rambutku, dan dia kembali mendorong trolinya menuju lorong lain.

Aku terdiam dan tak terasa senyumku tertarik begitu saja. Walaupun mungkin Yuta hanya bercanda, tapi dia berhasil membuat air muka ku terlihat lebih ceria.

"Kak!"

Aku masih melihat punggung Yuta semakin menjauh, dan aku berusaha mengejar langkahnya. Tetapi aku merasa tubuhku terguncang.

"Kakak!"

"Ihhhh apasih"

"Katanya suruh bangunin jam 7 pagi, ini udah jam 7 kak."

Rendy benar, semalam aku memintanya untuk membangunkan aku karena hari ini ada janji dengan dosen pembimbing.
Hampir saja aku lupa dengan janji itu, aku akan mendaftarkan diri untuk mengikuti sidang skripsi, karena tak terasa seluruh laporan ku sudah selesai. Dan, tidak terasa juga jika hari pernikahan ku tinggal 5 bulan lagi.

"Kamu ganggu kakak aja, kan barusan lagi mimpiin Yuta tauk."

"Yey.. mimpi apa hayoooo?"

"Kepo!" Aku beranjak dari tempat tidur, menyingkirkan badan Rendy yang menduduki sebagian dari kaki ku.

"Mimpi apasih." Aku tidak menghiraukan Rendy, aku langsung keluar dari kamar meninggalkan Rendy yang kini malah merebahkan tubuhnya diatas tempat tidurku.

"Pasti mimpi anu kan? Iya kan?" ujar Rendy Sambil berteriak dari dalam kamar hingga suaranya tak terdengar lagi ketika aku lebih memilih untuk turun ke lantai bawah.

Aku sudah bersiap, ayah sempat mengajak ku sarapan bersama tetapi aku menolaknya karena merasa jika aku sudah cukup terlambat pergi ke kampus.

"Kak minjem motor." Ujar Rendy sembari menyerahkan telapak tangannya dihapadapan wajahku.

Tentu saja aku tolak, karena aku butuh untuk pergi ke kampus hari ini. Respon Rendy? Dia langsung pergi melengos tanpa berdebat. Anak itu memang tidak pernah keras kepala.

"Kak sarapan dulu cepet."

"Nanti aja bu, kakak buru-buru."

Tak menunggu lama, aku langsung keluar dan segera menghidupkan motor. Ketika aku mulai melaju meninggalkan halaman rumah, terdengar suara ibu yang memanggil aku tetapi karena tidak ada waktu untuk berbalik, akupun tetap melajukan sepeda motorku tanpa menghiraukan ibu.

101 [ YUTA ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang