Happy reading all..
Setelah insiden dua hari yang lalu saat Bathari secara terang-terangan menentang keinginan Dinda, belum ada tanda-tanda BMKG bahwa Dinda akan membalas perlakuan gadis itu. Namun baik Bathari dan Jenar masih terus menebak apa yang akan Dinda dan geng nya lakukan.
Karena biasanya Dinda akan membalasnya secara cepat, tumben kali ini tidak.
Siang ini Bathari dan Jenar duduk di kantin seperti biasa untuk menunggu pesanan datang. Hari ini kelas mereka selesai hampir bersamaan hingga mereka berdua bisa makan bersama lagi di kantin.
Dan setelah pertemuan hari itu juga, Bathari tak lagi melihat pria itu datang ke cafe, dan otomatis dia juga tak akan bisa melihat orang itu kembali. Kemungkinan juga pria itu tidak akan pernah ditemuinya lagi dalam jangka waktu lama. Setahun mungkin? Atau bahkan lebih lama lagi seperti biasanya.
"Apa yang sebenernya sedang geng ondel-ondel itu rencanakan ya?" Gumam Jenar. Suara gadis itu pun mampu menyadarkan Bathari dari acara melamunnya. Dia melirik Jenar sekilas lalu berfikir seperti apa yang gadis itu lakukan.
"Mungkin sedang merakit bom Jen?" Ujar Bathari, kini giliran Jenar yang melirik Bathari dan mengangguk setuju.
"Lo benar Thar, bom itu pasti sedang dirakit dengan bahan yang mudah meledak, hanya dengan satu jentikan." Jenar menjentikkan jarinya seolah-olah memang seperti itu.
"Isss terus ngapain kita mikirin ondel-ondel itu." Ujar Jenar tersadar tentang apa yang baru saja mereka lakukan. Bathari terkekeh melihat tingkah sahabatnya itu.
"Bukan nya kamu yang mulai ya?" Jenar mendengus kasar.
"Aku hanya tidak sengaja, lupakan mereka. Masa bodo mereka sedang merencanakan atau merakit apapun itu." Putus Jenar, kemudian pelayan kantin pun datang membawa pesanan mereka.
"Aduk dulu Mbak Jen." Bisik pelayan itu yang umurnya mungkin dibawah Jenar dan Bathari. Mereka berdua saling berpandangan dan menatap kepergian pelayan itu.
"Kamu dengar apa yang dia katakan?" Tanya Jenar memastikan.
Bathari pun mengangguk, kemudian keduanya mengaduk bakso yang mereka pesan, dan apa yang mereka berdua dapatkan, membuat Jenar dan Bathari kembali berpandangan. Jenar sudah menampakan jelas raut menahan amarahnya. Sedangkan Bathari hanya menghela nafas kasar."Kendalikan emosi mu Jen." Ujar Bathari saat melihat gadis itu akan berdiri. Jenar mendengus kasar namun tetap menuruti perkataan Bathari.
Baru saja mereka berdua membicarakan rencana apa yang sedang Dinda lakukan untuk membalas Bathari, dan baru juga mereka berhenti membicarakannya. Bom itu sudah mendarat saja dihadapan mereka. Jenar benar-benar harus memberi Dinda pelajaran.
"Rasanya aku ingin membawa bakso ini dan menjejalkannya pada ondel-ondel itu." Ujar Jenar marah. Bakso yang mereka pesan ternyata diberi kecowa oleh seseorang dan mereka yakin ini adalah ulah Dinda dan gengnya. Siapa lagi yang tidak suka pada mereka berdua selain Dinda end the gang?
"Kita yakin mereka akan berteriak histeris karena melihat spesies menjijikan seperti mereka berdua." Ujar Dinda, dan kedua temannya pun mengangguk setuju.
"Betul banget, udah pas tuh nambah satu personil kan." Kekeh Kanaya.
"Siapa yang kalian maksud akan berteriak histeris?" Ujar Jenar.
Bathari yang berada dibelakang Jenar karena tertinggal langkah gadis itu yang cepat pun menghembuskan nafasnya pelan. Dia sudah memperingati Jenar untuk tidak mendatangi Dinda dulu. Tetapi gadis itu mana mau menurut."Ups ternyata ada spesies menjijikan disini." Ujar Dinda dengan nada dibuat-buatnya. Kanaya dan Lala yang mendengar tertawa keras. Sedangkan Jenar yang mendengar nada bicara Dinda bergidik jijik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sacrifice in Love ( SIL )
Любовные романыSacrifice in Love Bercerita tentang pertemuan Bathari satu tahun yang lalu dengan seorang Agil yang memiliki tatapan tajam. Pertemuan keduanya kemudian berlanjut saat keduanya kembali dipertemukan dalam kecelakaan yang hampir menimpa pria itu. Hingg...