Part 52

39 4 0
                                    

Happy reading all..

Sudah satu minggu ini Agil tidak pulang ke apartemen. Agil memang akhir-akhir ini lebih memilih pulang ke rumah utama untuk bertemu dengan kedua orang tuanya, dan selama itu juga Bathari hanya sendirian di apartemen.

Dia hanya tahu, Agil sedang sibuk dengan pekerjaannya. Meskipun dia tidak tahu pasti, sedang apa Agil akhir-akhir ini. Ia pernah sekali melihat pria itu datang ke apartemen lalu kembali pergi.

Bathari mengehela nafas kasar, malam ini dia mungkin akan kembali tidur sendirian di apartemen. Namun seketika itu senyumnya mengembang saat mendengar pintu apartemen terbuka, dia buru-buru keluar dari kamar Agil, dan...

"Kau masih disini?" Ujar suara itu. Bathari seketika membeku mendengarnya. Itu bukan Agil tetapi Kanaya.

Kanaya melangkah dengan cepat kearah Bathari dan menarik rambut panjang Bathari dengan kencang.

Saat itu lah Bathari merutuki dirinya yang tidak melihat lebih dulu siapa orang yang datang.

"Itu karena aku terlalu merindukannya." Batin Bathari.

"Sudah ku katakan jangan mendekati kakak ku! Apa kau tuli ha!" Bentak Kanaya. Dia semakin menyiksa Bathari tanpa ampun. Bathari hanya merintih kesakitan, dan sesekali memohon pada Kanaya untuk melepaskannya.

"Aku akan menyiksa mu hingga kau tidak lagi mendekati kakak ku." Ujarnya. Kanaya pun mendorong Bathari ke sembarang arah, membuat tubuh gadis itu terbentur sesuatu.

"Kanaya, aku mohon jangan lakukan ini." Ujarnya yang masih bersandar didinding apartemen setelah Kanaya mendorongnya. Saat ini tubuhnya tidak dalam kondisi baik untuk melawan Kanaya. Hingga beberapa kali ia harus terdorong oleh Kanaya.

"Mau kau memohon sampai mati pun aku tidak akan berhenti menyiksa mu Thari! Dan aku tidak ingin melihat mu disini lagi! Kalau besok aku kemari dan kau masih ada disini, aku tak akan mengampuni mu." Ancam Kanaya, lalu mendorong kasar Bathari. Bathari yang didorong keras pun tubuhnya langsung berbenturan dengan nakas yang ada di apartemen.

Seketika Bathari kembali meringis kesakitan memegang perutnya yang ternyata terbentur ujung nakas itu. Kanaya yang melihat itu acuh dan meninggalkannya begitu saja.

"Kanaya." Panggilnya lirih.

"Ahh," Erang Bathari saat merasakan sakit diperutnya, lalu betapa terkejutnya saat dia melihat darah yang mengalir dari sekitar selangkahannya. Gadis itu benar-benar sangat terkejut melihat itu.

"A..apa apa yang terjadi dengan ku..aaah." Bathari meringis diakhir katanya. Dia semakin mencengkram erat perutnya yang semakin terasa sakit.

"Tidak!" Gumamnya yang sudah terisak. Pikirannya memikirkan hal yang membuatnya menggeleng. Lalu dia pun mencoba berdiri dan melangkah dengan susah payah ke kamar untuk mengambil ponselnya.

Dia mendialing nomor Agil beberapa kali, namun hanya ada nada sambung yang terdengar dari sebrang sana.

"Tidak.. ku mohon angkat kak." Ujar Bathari semakin kalut. Air matanya semakin mengalir deras. Darah juga terus mengalir dari selangkahannya. Kemudian dia teringat seseorang, ya. Dia akan meminta bantuan padanya.

Baru saja nada panggilan tersambung, orang diseberang sana sudah mengangkatnya. Tanpa basa-basi Bathari langsung meminta bantuan pada orang tersebut.

"Kak Afka, aku mohon tolong aku hikss." Ujarnya kembali meringis kesakitan.

"Kamu kenapa?"

"Darah Kak." Dua kata itulah yang hanya bisa ia katakan pada Afka. Itu pun dengar suara yang sangat lemas. Afka yang mendengar langsung khawatir.

Sacrifice in Love ( SIL )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang